Day-12

583 79 1
                                    

Setiap hari aku bersyukur karena kau ada bersamaku

Hadiah yang Tuhan berikan padaku

Setelah hari ini, aku mungkin akan bertindak canggung lagi

Tapi hari ini aku benar-benar ingin mengatakannya

Jadi dengarkan

Caramu menangis, caramu tersenyum

Begitu banyak berarti bagiku

Kata-kata yang ingin aku ucapkan

Kata-kata yang aku lewatkan kesempatan untuk mengatakannya

Aku akan mengaku jadi hanya dengarkan aku bernyanyi untukmu

Cukup dengarkan, aku bernyanyi untukmu.

Joy berjalan memasuki kamarnya. Dia menengok kebelakang. Sehun tidak mengikutinya. Dia mengerang pelan. Apa salah dia sampai Sehun seperti itu? Apa Sehun sedang sakit? Dia tidak mengerti apa yang Sehun maksud.

Dia berjalan menuju meja belajarnya. Dia terbelalak kaget melihat diarynya terbuka. Apa Sehun membacanya? Jadi itu alasan Sehun marah padanya?

"Kenapa namja itu lancang sekali?!" Geramnya pelan. Dengan cepat dia menyambar buku itu dan berlari kebawah menemui Sehun.

"Sehun-ah!" Serunya membuat Sehun terlonjak kaget.

Amarah Joy sudah meluap-luap. Dengan sisa tenaganya dia berlari menghampiri Sehun, dan....

PLAAK!!

Dia menampar pipi Sehun.

"Waeyo, Joy-ah?" Tanya Sehun datar. Dia sudah tau maksud Joy karena dia melihat sebuah buku di tangan Joy.

"Kenapa kau membaca diaryku?! Katakan padaku!!" sembur Joy didepan wajah Sehun.

"Kenapa? Aku namjachingumu." Jawab Sehun—masih datar.

"Bukan berarti kau berhak membaca diaryku! Dasar ceroboh!" Sembur Joy lagi.

"Tapi aku bersyukur memiliki sifat ceroboh," ucap Sehun. Joy terdiam, mencerna perkataan Sehun. "Karena sifat bodohku ini aku jadi mengetahui sifat asli yeojachinguku."

Diam membeku. Itu yang dirasakan Joy sekarang. Dia tidak bisa berbicara apa-apa, bahkan membuka mulutpun tidak bisa.

"Kenapa kau mempermainkanku, Joy-ah? Bukankah kau mencintaiku?" Cicit Sehun pelan.

Mata Joy berkaca-kaca. Apa sekarang dia dicampakkan oleh Sehun?

"Apa salahku padamu?"

"...."

"Oh, aku tau. Kesalahanku adalah mencintaimu yang hidup sedangkan aku hanya arwah. Ia, kan?"

"..."

Sehun menghela nafas lalu memalingkan wajahnya. "Waktuku tinggal tiga hari lagi. Jangan ganggu aku dan aku akan menyelesaikan misiku, lalu aku akan pergi dari sini-untuk selamanya." Tuturnya final, dengan sorotan mata tajam. Setelah berkata begitu, Sehun pergi meninggalkan Joy yang mulai meneteskan air matanya di ruang keluarga.

Joy begitu shock melihat sifat dingin seorang Oh Sehun.

Dia tau ini kesalahannya dan dia menyesal telah menampar dan memarahi Sehun. Dia menyesal telah memacari Sehun. Seharusnya dia memendam saja perasaannya. Namun sayangnya, memendam itu sakit.

Dengan lemas Joy berjalan gontai menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Dia memasuki kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Ya, dia tidak mau Sehun melihatnya menangis.

Dia mulai terisak dan tangisannya berakhir dengan raungan. Dia tahu menangisi kebodohannya sendiri adalah hal konyol. Tapi dia tidak bisa menyangkal kenyataan kalau dia adalah yeoja yang cengeng.

Disisi lain, Sehun menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar sesaat setelah dia mengunci pintu ruangan dari dalam. Dia tidak tau ini ruangan apa karena gelap tapi dia tidak peduli.

"Seharusnya kau tau itu dari awal, Oh Sehun!" Serunya kesal pada dirinya sendiri. "Seharusnya kau tau dia menerima cintamu hanya karena belas kasihan!" Serunya lagi.

Dia mengepalkan tangannya keras-keras. Dia memukul tembok sekeras yang dia bisa. Dia tidak memperdulikan darah yang mulai mengalir dari buku-buku tangannya.

"Seharusnya kau sadar diri, Oh Sehun!! Kau hanyalah sebatas arwah!!"

Seruannya kini berubah menjadi teriakan. Dia menjerit-jerit sekeras yang dia bisa. Dia memukul-mukul tembok itu lagi. Dia melampiaskan seluruh kekesalannya kepada tembok itu.
"JIKA TAU INI AKAN TERJADI SEHARUSNYA AKU TIDAK MENERIMA TUGAS INI DAN MATI SAJA!!!"

Sehun mulai menangis dengan keras. Dia tidak tau sakit hati sesakit ini. Dadanya terasa sesak. Dia meremas dadanya dan memukul-mukulkan dadanya, tidak peduli rasa sakit yang dia terima.

Dia sangat menderita sekarang. Dia sangat menderita karena satu kata yaitu cinta.

"Hiks... hiks... eomma..., Jongin hyung... hiks... hiks..."

Dia jatuh berlutut dan menangis. Dia tidak bisa mengentikan tangisnya hanya karena satu yeoja. Yeoja yang membuat perisainya runtuh. Yeoja yang membuat namja kuat sepertinya menangis. Yeoja yang membuatnya menjadi cengeng.

"Hiks.. hiks.. eomma... aku mencintainya lebih dari apapun tapi dia menyakitiku, eomma..."

***

360 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang