"Sehun, dia... alat penunjang hidupnya akan dicabut."
Semua terbelalak mendengarnya. Bahkan Kyungsoo sudah membekap mulutnya dan menangis duluan.
Jongin, yang belum memahami maksud appa Sehun bertanya, "kenapa? Bukankah alat itu membantu Sehun bertahan? Dia tidak bisa bertahan sendirian, kan?"
"Jongin...," lirih Suho.
"Apa itu keputusan dokter, Ahjussi? Kenapa?" Tanya Baekhyun.
"Iya, itu keputusan dokter. Sehun sudah terlalu lama berjuang. Dia pasti sangat tersiksa disana." Appa Sehun berusaha tersenyum. "Kita tidak bisa merencanakan apa yang akan terjadi pada Sehun." Lanjutnya.
"Kapan... kapan alat-alatnya akan dicabut?" Tanya Chanyeol, walaupun dia tau jawaban dari pertanyaannya akan membuat semuanya menangis.
"Satu jam lagi."
***
'Diketahui, yeoja yang bernama Park Sooyoung tersebut bunuh diri dari fly over. Dia sekarang dirawat di rumah sakit...'
Sret!
Seorang namja dengan sangat cepat berdiri dari duduknya dan berlari keluar setelah mendengar berita tersebut.
"Yak, V, mau kemana kau tiba-tiba?" Tanya salah satu temannya. "Kita ada jadwal latihan, kau ingat itu?"
"Aku tau." Jawab namja yang diketahui bernama V itu. "Aku ada urusan mendadak. Aku akan kembali."
"Baiklah." Ucap temannya lalu kembali berbalik arah menghadap tv.
Aku tau itu pasti kau.
Aku menyesal meninggalkanmu.
Maafkan aku.
***
"Tekanan darahnya stabil. Aku tau besok dia akan sadar." Seorang dokter menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia yeoja yang sangat hebat."
Setelah berkata begitu, dia pergi menuju ruang rawat lainnya.
'Oh Sehun'
Dia membaca nama yang terpampang di pintu kamar rawat VIP tersebut.
"Apa dia namja yang dimaksud yeoja tersebut? Apa dia namja yang disebut-sebut namanya sebelum operasi? Atau hanya kebetulan namanya sama? Ah sudahlah, aku harus mencopot alat penunjang hidupnya."
Dokter tersebut membuka pintunya dan masuk. Seperti yang dia duga, kedatangannya disambut dengan raut kesedihan orang-orang yang ada didalam sana.
Dokter yang bermarga Han tersebut membungkukkan badan dan meminta izin. Setelah diizinkan, dia maju dan hendak mencopot alatnya sebelum dihadang oleh satu namja yang lumayan tinggi dan berkulit tan.
Jongin POV
"Bolehkah saya melanjutkan?" Tanya dokter itu membuat hatiku remuk.
Jangan, jangan cabut nyawa Sehun.
Kau tidak berbeda dari malaikat pencabut nyawa!
Aku menatap appa Sehun. Jebal, katakanlah tidak.
Tapi, bukan itu jawaban yang kudengar.
"Lanjutkanlah."
Mataku membulat sempurna. Saat dokter itu melanjutkan langkah pertamanya, tanganku dengan reflek menghalanginya tepat didada.
"Jebal, dokter, hajima!" Seruku cepat, membuat beberapa diantara kami mengeluarkan air matanya.
Kumohon, kumohon selamatkanlah Sehun. Siapapun, bawalah Sehun kepada kami sekarang!
Aku tidak mau kehilangan Sehun. Aku bahkan rela menukarkan nyawaku dengan nyawa Sehun sekarang jika bisa.
Dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri.
"Jongin-ah, jebal." Ucap Kyungsoo lirih sambil menahan isak tangisnya. "Biarkan Sehun tersenyum."
Dahiku mengerut frustasi. "Shireo!!! Biarkan Sehun sehari lagi!! Berikan Sehun satu kesempatan lagi!!!" Teriakku keras-keras.
"Hiks.. hiks.. hajima, Jongin-ah!" Seru Baekhyun sambil menangis. "Kau sayang pada Sehun, begitu pula kami. Biarkan Sehun berbahagia disana."
"Hiks... shireo..."
Air mata pertamaku keluar. Aku mulai lemas sekarang.
Dokter membungkuk kearahku dan membisikkan kata maaf saat membungkuk lalu kembali berjalan menuju Sehun.
"SHIREO!!!! Sehun-ah!!!!!" Aku berteriak keras namun saat aku mau kembali menghalangi dokter tersebut badanku dicekal kuat oleh Chanyeol.
"Chan?! Kenapa, Chan?! Apa kau mau Sehun mati, hah??!!" Bentakku keras, dan satu tinjuan melayang di pipiku.
"Apa kau pikir aku juga mau hal ini terjadi, hah?! Aku tidak mau Sehun mati, tapi aku juga tidak mau Sehun menderita! Aku mau dia bahagia, ingat itu Jongin!" Bentak Chanyeol dengan muka merah.
Aku yang tersungkur hanya terdiam—bodohnya. Aku menangis sangat keras. "Hiks... hiks... huaa., Sehun-ah... hiks..."
Aku ingin kembali berdiri namun dicegah oleh Tao yang siap menendangku kapanpun dia mau.
"Sehun-ah..."
Jongin POV end
***
"Yak, palliwa!! Palli!!" Seru Sehun gusar.
"Yak, sabarlah! Kita sebentar lagi sampai, tahu!" Balas Moon Jae kesal sambil menunjuk rumah sakit yang tidak jauh dari tempat mereka terbang.
"Palli! Perasaanku tidak enak, noona!"
"Aku juga! Jadi, sabarlah!"
Dengan gesit, Moon Jae terbang kebawah dan menembus dinding rumah sakit dan memasuki ruang kamar Sehun.
"Cepatlah." Setelah melepaskan Sehun, dia berjalan mundur perlahan.
Sehun menarik nafasnya dalam. Perasaan tidak enaknya benar terbukti. Disana tubuhnya sedang dilepasi alat penunjang kehidupan.
Dia menatap miris Jongin dan yang lainnya yang tersiksa.
"Cepatlah! Jika alat itu terlepas maka kau akan mati!" Seru Moon Jae mengingatkan Sehun.
"N-ne!"
Sehun menarik nafasnya dalam dan memejamkan matanya. Dia berlari menembus Jongin dan Tao dan melompat ke tubuhnya, tepat saat alat terakhir dilepas.
Moon Jae memicingkan matanya dan mendesis. Waktu dimana Sehun masuk ketubuhnya dan alat terakhir dicabut dokter hampir bersamaan. Kecil kemungkinan Sehun akan hidup kembali.
Tapi, sepertinya takdir berkata lain.
Saat semua tangisan pecah diruangan itu, Sehun menggerakkan jarinya samar.
"D-dia hidup!" Seru Jongin yang melihatnya.
"Sudahlah Jongin! Dia sudah tiada!" Seru Lay.
"Tidak, dia hidup!" Ucap Jongin lagi. Kali ini dia menunjuk kearah Sehun.
Semua melihat Sehun, dan benar saja. Sehun kembali untuk mereka.
"Oh Sehun!! Kau kembali!"
"Mustahil!!"
"Hikss... Sehunnaaa!!!"
Sehun tidak menggubris teriakan sahabat-sahabatnya. Dia lebih memilih menatap Moon Jae yang masih berdiri dibelakang.
Kau berhasil.
Kata-kata itulah yang kira-kira disebutkan Moon Jae tanpa suara.
Sehun tersenyum kecil pada Moon Jae, demikian sebaliknya.
Ya, aku berhasil.
***
Tbc to part 3 and maybe... 4? Kekeke
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Hours
Fiksi Penggemarterjebak antara keadaan hidup dan mati, itulah keadaan seorang namja manis bernama Oh Sehun. di ujung perbatasan antara hidup dan mati, Sehun bertemu dengan malaikat cantik yang memberi Sehun misi aneh dengan bayaran kehidupan Sehun, dalam waktu 360...