42. Aksi Teror

5.1K 249 6
                                        

selamat membaca semua dan semoga suka❤️

FOLLOW DULU BOSSS!

RAMEIN KOMEN KALIAN SEBANYAK-BANYAKNYA DI TIAP PARAGRAF🔥

JANGAN LUPA VOTE🔥

───

HAPPY READING

───

42. Aksi Teror

•••

Kesunyian yang melingkupi kelas A+ seperti selimut yang dingin, sesekali tersentuh oleh gemerisik kertas yang di balik atau gesekan pelan kursi yang terdorong tanpa sengaja. Atmosfer itu bukan hal baru. Kelas unggulan yang di kenal dengan ketenangan memang memiliki karakteristik yang berbeda. Dinamika di dalamnya lebih monoton daripada simfoni penuh warna. Tidak ada suara lantang dan tawa keras.

Bahkan tanpa kehadiran guru yang mengisi waktu pelajaran, suasana damai itu memudar dan bergeser menjadi kebosanan yang pekat.

Di berbagai sudut ruangan, beberapa siswa larut dalam buku-buku. Mata mereka bergerak mengikuti barisan huruf seperti robot yang terprogram. Di sisi lain, ada yang bersandar malas di kursi, kepala terangkat ke jendela, menatap kosong pada langit abu-abu, sementara segelintir lainnya terlibat percakapan, nyaris seperti bisikan yang terancam hilang dalam udara.

Namun, ketenangan itu terhenti saat Mahesa tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. Posturnya tegap, bersama kepercayaan diri yang tak tertandingi. Wajah Mahesa tampak serius. Dengan ujung pulpen yang ia ketukan di meja dua kali, langsung menarik perhatian. Seketika mereka berhenti berbicara, menunggu dengan rasa ingin tahu..

"Guys, tolong perhatiannya sebentar!" seru Mahesa tegas, tapi tidak terkesan memaksa.

Dalam waktu singkat, suasana di kelas berubah drastis. Percakapan terhenti, suara halaman buku-buku mendadak lenyap, bahkan siswa yang melamun di dekat jendela pun memutar kepala mereka untuk melihat Mahesa. Rasa penasaran dan juga bosan bercampur dalam pandangan yang hanya tertuju ke arah Mahesa.

Setelah memastikan perhatian penuh, Mahesa menarik napas dalam, "Gue mau kasih informasi penting tentang kegiatan perayaan penyambutan yang sebentar lagi bakal di adain," ujarnya mengawali dengan mantap.

Kalimatnya seperti percikan api yang penuh dengan tumpukan kayu kering. Bisikan-bisikan terdengar. Mata-mata saling bertukar pandang, menebak apa yang akan ia katakan selanjutnya.

Namun, Mahesa segera mengangkat tangan, memberi isyarat untuk diam. Ia melanjutkan dengan nadanya yang semakin membangun rasa penasaran, "Ini mengenai rangkaian acara yang udah di putuskan sama dewan guru." Mahesa berhenti, menciptakan jeda dramatis, sebelum kembali berbicara. "Salah satu acaranya nanti bakal ada pesta dansa."

Seolah sebuah bom kecil meledak di tengah kelas, suasana berubah total. Beberapa siswa seketika tersenyum lebar dengan raut berseri-seri. Tetapi, di sisi lain, ada yang terlihat bingung, bahkan tak percaya, sementara yang lain mulai bertanya-tanya, mencoba membayangkan seperti apa acara itu. Keributan kecil memenuhi udara.

Mahesa segera menghentikan dengan menambahkan kalimat yang lebih mengejutkan. "Tapi, ada syaratnya," lanjut Mahesa berhenti, membiarkan kalimatnya menggantung, sebelum menyelesaikan ucapannya, "Pasangan dansa harus sama temen kelas."

Pengumuman itu langsung memicu gelombang reaksi dari seluruh kelas. Keluhan dan protes terdengar dari segala arah. Suara para siswa saling tumpang tindih seperti badai yang tiba-tiba meledak tanpa peringatan.

THE SIXTH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang