Bab 8

476 93 63
                                        

KATH

"Lenochka."

Aku bergumam dalam tidurku, kepalaku terasa berat seolah-olah ada palu yang memukul-mukulnya.

Nafasku terputus.

Aku terkesiap, hanya untuk disambut oleh sesuatu...lembut? Mataku terbuka tiba-tiba dan aku mendapati diriku tengkurap, wajahku menempel pada bantal.

Jari-jari yang panjang membuka ritsleting gaunku perlahan, menggeser kain itu ke bawah tubuhku.

Sesaat, aku begitu bingung. Aku bahkan tidak tahu di mana aku berada, apalagi apa yang sedang terjadi. Aku seharusnya tidak tidur di tempat tidur yang mewah, aku seharusnya tidur di garasi parkir yang dingin.

Realitas kembali menghantam dengan kekuatan yang membuatku terus terengah-engah. Aku datang bersama Freen ke rumahnya. Setelah Aku melihat putranya, aku teringat kembali putriku dan kemudian... apa?

Apa yang terjadi setelah itu? Di mana aku?

Yang lebih penting, apa yang terjadi saat ini?

Udara berbenturan dengan kulitku yang telanjang, seketika membuatku merinding. Gaunnya sudah tidak ada, aku hanya mengenakan bra tanpa tali dan celana dalam berenda yang diberikan Emily sebelumnya.

Bahuku menegang kaku saat keringat membasahi dahiku. Aku takut menoleh ke belakang dan melihat tatapan matanya saat ini. Jika aku melakukannya, aku akan terjebak dan tidak bisa kembali. Namun, menahan diri untuk tidak menatapnya tidak akan mengurangi rasa panas yang dipancarkannya.

Pikiranku melayang ke segala arah saat kenyataan yang tengah terjadi menghantam perutku dengan bunyi gedebuk.

Freen tidak mungkin sekejam itu sampai melakukan hal ini, kan?

Apa yang sedang kupikirkan? Semua yang telah dilakukannya selama ini untuk membuatku berada di bawah kendalinya hanya membuktikan seberapa jauh dia akan berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Mungkin...mungkin jika aku berpura-pura tidur, dia akan berhenti. Mungkin dia hanya ingin melepaskan gaunku.

Bahkan saat aku berpikir begitu, aku tahu aku hanya membohongi diriku sendiri. Dia bukan tipe orang yang bisa dihentikan. Aku tahu itu!

"Apa yang sedang kau lakukan?" Suaraku pelan, serak, dan amat ketakutan.

"Jangan bicara."

Dia membuka kaitan bra-ku dan tubuhku menegang seketika saat dia menariknya keluar dari bawahku, meninggalkanku dalam keadaan setengah telanjang. Payudaraku menyentuh kasur yang lembut, tetapi rasanya seperti logam dingin yang siap memotong putingku.

"Freen, kumohon..." bisikku sambil meneteskan air mata. "Jangan lakukan ini."

"Melakukan apa?"

"Apapun yang ingin kau lakukan. Aku takut."

"Kau selalu merasa takut."

"T-tidak…"

"Ya, kau juga suka mengemis Lenochka, jadi mohonlah padaku."

Jari-jarinya mencengkeram pinggang celana dalamku, membuat isak tangisku tercekat di tenggorokan. "Tolong...tolong...jangan..."

Dia tidak mendengarkanku, tetap melanjutkan menarik celana dalamku hingga ke bawah kakiku. 

Tangannya yang besar, yang kuperhatikan tadi pagi mencengkeram pinggulku dengan cengkeraman yang kejam. Tanpa basa-basi lagi dia menyerbu masuk kedalam vaginaku dari belakang.

Teriakanku yang serak menembus keheningan saat penisnya mulai merobekku. Keras, tanpa ampun yang dimaksudkan untuk menghukum.

Dia tidak memberiku waktu untuk menyesuaikan diri, hanya terus mendorong dengan ritme yang terus meningkat. 

DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang