KATH
Ini mimpi buruk.
Ini hanya mimpi buruk lainnya. Aku tidak benar-benar bangun pagi ini dan aku sedang mengalami mimpi buruk lainnya.
Aku memejamkan mataku erat-erat, lalu membukanya lagi.
Becky masih di sana, menatap, tapi tidak ke arahku. Pandangannya tidak mengikutiku saat aku tersandung.
Aku mencubit diriku sendiri dalam usaha putus asa untuk bangun, tetapi yang menyambutku hanyalah rasa sakit yang membakar.
Seluruh tubuhku gemetar saat aku mendekatinya lagi. Dia terus menatap, tetapi tidak ada yang bergerak di tubuhnya. Baik tangannya, maupun anggota tubuh lainnya.
Sepertinya dia tertidur dengan mata terbuka.
"Becky," bisikku, takut suara apa pun yang lebih keras akan membuatnya melompat dari tempat tidur dan mengiris leherku seperti yang terjadi dalam mimpi burukku yang terakhir.
Dia tidak menunjukkan reaksi apa pun, aku ragu jika dia bisa mendengarku. Matanya masih menatap ke atas, menatap pada kehidupan lain. Aku mencoba mengerakkan tanganku didepan wajahnya, tetapi dia tidak mengikutinya.
Dia bahkan tidak berkedip, benar-benar seperti sedang kesurupan. Sekarang setelah aku tidak lagi terkejut, aku dapat melihat bahwa matanya yang kosong, lebih terang dari mataku, seolah-olah perasaan yang membuatnya cerah telah sepenuhnya menghilang.
Aku perlahan menyentuh bahunya, sedikit menjaga jarak agar aku bisa kabur saat dia bereaksi. Namun, Becky tidak bergerak. Bahkan satu inci pun.
Apakah dia koma? Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang tetap dalam kondisi ini tanpa melakukan satu gerakan pun?
"Becky…" bisikku lagi.
Tidak ada jawaban.
Namun, itu tidak membuatku lega. Malah rasa takut dari kejadian sebelumnya menusuk tulang rusukku dan mengencangkan jerat di hatiku.
Kakiku terkesiap, mengira Becky telah menyentuhku.
Itu ponselku. Hanya getaran dari ponselku.
Aku mengambilnya dengan tangan yang masih gemetar. Pesan teks yang menyambutku hanya memperdalam ketakutanku.
Unknown Number : "Sudahkah kau menemukan misi mu?"
Pandanganku beralih dari layar ke Becky lalu kembali lagi pada ponselku.
Apakah dia…apakah bayangan itu ada hubungannya dengan semua ini? Aku mengetik balasan.
"Apakah ini ada hubungannya dengan Becky?"
Unknown Number : "Kau menjadi Becky Sarocha karena suatu alasan. Jadi, lakukanlah tugasmu. Aku sudah kehabisan kesabaran, Duchess."
"Apa sebenarnya maksud dari semua ini?" gerutuku.
Kepala Becky berputar ke samping dengan sudut yang tidak wajar, seolah-olah akan patah. Matanya berkedip cepat lalu mulutnya terbuka saat erangan panjang kesakitan keluar dari mulutnya. Suaranya kasar, dalam, dan sangat menghantui.
Aku berlari keluar dari kamarnya, membanting pintu di belakangku dengan keras. Jari-jariku gemetar saat aku berlari. Aku tidak berhenti berlari sampai aku berada di luar.
Jantungku berdebar kencang, seakan aku baru saja lolos dari pembunuhan yang kejam. Aku yakin jika para penjaga itu juga menyadari ketakutanku, tetapi mereka memilih untuk tidak mengomentarinya.
Aku memaksakan diri untuk berjalan menuju rumah utama. Aku berlari menaiki tangga, masuk ke kamar tidur, dan bersembunyi di balik selimut.
Tanganku masih mencengkeram erat ponselku, seakan-akan itu adalah garis aman dari jari-jari hantu yang mencoba menyingkap selimutku atau tali boneka yang mencoba mengarahkanku ke terowongan yang gelap.
Bagaimana jika Becky mengikutiku? Bagaimana jika dia akan membunuhku sekarang juga?
Keringat membasahi keningku dan jari-jariku kaku saat aku menatap cahaya ponsel di balik kegelapan selimut.
Pesan teks dari nomor tak dikenal itu seakan menatapku tajam. Dia tahu sesuatu. Dia bilang aku menggantikannya karena suatu alasan. Tapi apa? Selain dipaksa oleh Freen untuk melakukan ini, aku tidak punya alasan lain untuk menjadi Becky. Aku tidak pernah ingin menjadi Becky.
Lalu kenyataan yang baru saja aku lihat menghantamku bagai palu godam.
Dia hidup.
Becky Sarocha masih hidup.
Sebelumnya aku hampir putus asa, tetapi sekarang setelah tahu dia hidup, aku merasa sepuluh kali lebih buruk daripada pagi ini.
Semua yang Freen lakukan padaku sangat kacau, kupikir aku melawan seseorang yang sudah mati, tapi ternyata dia masih ada. Dia masih bernapas. Dia ada di rumah yang sama sementara seorang gelandangan meniduri suaminya setiap hari.
Aku merenggut nyawanya, putranya, suaminya. Semuanya.
Tidak heran jika aku sering bermimpi buruk tentang dia yang membunuhku atau mencoba membunuhku. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika suamiku, orang yang aku cintai membawa wanita lain untuk bercinta di bawah atap rumahku, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.
Aku tidak peduli jika dia memanggilnya dengan namaku atau dia hanya membawanya sebagai pengganti. Dia bukan aku.
Itu curang.
Itu salah besar.
Sebelumnya aku mungkin akan tetap bungkam mengenai hal itu, tetapi sekarang setelah aku mengetahuinya, aku tidak bisa terus seperti ini.
Aku tidak sejahat Freen. Aku bukan perusak rumah tangga.
Aku bukan wanita yang seperti itu.
Saat berbicara dengan bayangan itu, aku tahu bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa memberiku jalan keluar.
Lagipula, dia menculikku dari pesta ulang tahun di tengah semua keamanan yang ada, hanya untuk bicara. Dia bisa melakukannya lagi jika aku berbohong dan mengatakan aku tahu misinya.
Kali ini, aku tidak akan kembali ke sisi Freen atau permainannya yang gila.
Aku harus pergi.
