Bab 10

497 89 29
                                    

KATH

Aku tidak percaya dengan orang ini. Putranya jelas terluka, tapi apa yang dia pikirkan?

Dia hanya suka memerintah dan menindas.

Aku mencoba melepaskan tanganku darinya, tetapi dia mengencangkan cengkramannya untuk menarikku. "Duduklah."

"Liam membutuhkanku."

"Membutuhkanmu?" ulangnya dengan nada mengejek. "Memang kau siapa?"

"Istrimu. Kau yang memintaku menjadi dia, apa sekarang kau lupa?"

"Dan apa kau pikir secara ajaib itu bisa membuatmu menjadi ibunya?"

Tidak. tentu saja tidak! Kenapa malah aku ikut-ikutan marah? Freen memang ayah kandungnya tapi apakah dia benar-benar perduli dengan putranya? Orang sepertinya tidak pantas mempunyai anak.

Dia kembali memotong dagingnya seolah tidak terjadi apa-apa. Sambil menahan emosi aku memilih untuk sarapan juga. Bagaimanapun, inilah alasanku ada di sini.

Untuk makan. Apa lagi?

Aku mengolesi rotiku dengan mentega lalu menambahkan sayuran, telur dan tiga potong daging. Lalu menggigitnya dengan banyak. Desahan tak sengaja keluar dari bibirku saat makanan itu masuk ke perutku.

Tidak berhenti disitu, setelah memastikan rotiku habis tidak bersisa aku menyesap kopi susu kesukaanku. Perutku terasa kenyang sekali, dan aku ingin bersendawa untuk mengurangi rasa tidak nyaman, namun saat aku mengetahui Freen menatapku dengan galak sedari tadi, aku mengurungkan niatku.

Apakah aku baru saja melakukan sesuatu yang melanggar etika atau semacamnya? Bahkan aku sudah memastikan untuk makan dengan perlahan.

Suami palsuku menyesap kopinya, kopi hitam seperti jiwanya—dan terus menatapku dengan tatapan membunuh dari balik cangkir. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berhasil mendorongku ke tepi kursiku.

"Ini Ogla." Freen mengangguk ke arah wanita kaku yang berdiri di dekatnya. "Kau bisa bertanya padanya tentang bagaimana sikapmu dulu. Dia tahu kau sedang kehilangan ingatanmu."

Aku hendak mengatakan padanya bahwa aku tidak hilang ingatan, bahwa aku disini hanya memainkan peran menjadi istrinya. Kemudian aku berfikir kembali, jika dia memberi tahu semua orang bahwa aku hilang ingatan, maka aku akan lolos dari kecurigaan orang-orang saat aku berperan menjadi Becky.

Dia cerdas, tapi begitulah sifat kebanyakan orang brengsek.

Wanita kaku, Ogla, mengangguk tajam kepadaku dan aku membalasnya dengan cara yang sama.

Dia terus memperhatikanku saat aku menyeruput kopiku dengan cara yang mengerikan itu. Aku memaksakan diri untuk minum lebih lambat, tidak perduli seberapa tersiksanya aku.

"Kau boleh berkeliling di sekitar properti kecuali wisma tamu."

Dia punya wisma tamu? Benarkah? Dasar bodoh, tentu saja dia memilikinya, apa yang tidak bisa dia miliki? Jika dia menginginkan bulan maka dia akan meminta astronot untuk mengambilkannya. Ya, dia memang aneh dan gila!

Sekarang setelah Freen memberitahuku untuk tidak pergi ke sana, perhatianku pun teralihkan. Rasa ingin tahuku sungguh mengerikan, seperti binatang lapar yang menginginkan sepotong daging. Akan lebih baik jika dia tidak memperingatkanku sejak awal.

Aku ingin tahu, apa yang ada didalam wisma tamu.

"Kau tidak boleh meninggalkan rumah."

"Aku bukan tawananmu."

Dia mengangkat sebelah alisnya. "Kau adalah apa yang aku katakan. Gelar tidak memiliki nilai apa pun, terserah padamu bagaimana kau menggunakannya. Jika kau lebih suka menyebut dirimu seorang putri daripada seorang tahanan, silakan saja. Faktanya adalah kau tidak diizinkan melangkah keluar kecuali dikawal atas izinku."

DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang