Bab 9

385 88 16
                                    

KATH

Aku meringis saat lututku menyentuh tepian bak mandi. 

Karena sedekat ini, aku seakan disandera olehnya—dan itu bukan hanya karena cengkeramannya di pergelangan tanganku. Aku menegang saat bertubrukan dengan tubuhnya yang telanjang.

Meskipun terendam didalam air, tetapi air yang transparan membuat sebagian tubuhnya tetap terlihat. Aku memaksakan diri untuk menatap ke tempat lain, bukan pada penisnya yang setengah tegak.

Bagaimana mungkin seseorang bisa memancarkan kesempurnaan fisik seperti itu? Ketampanannya memang tidak mencolok seperti bintang film atau model. Tetapi dia mempunyai kharisma yang tidak dimiliki semua orang.

Freen membuyarkan pikiranku dengan mengendus pelan tanganku, otot di bawah rahangnya bergerak saat dia menarik napas panjang. "Apakah kau menyentuh dirimu sendiri, Becky?"

"Tidak…" Suaraku sedikit serak, seolah-olah aku masih terjebak dalam mimpi buruk itu.

"Jangan bohongi aku." Nada suaranya tenang tapi mengancam. "Aku bisa  mencium aromamu di jari-jari ini."

"Aku bilang tidak."

"Ini adalah teguran pertamamu. Berbohonglah padaku lagi dan aku akan menghukummu."

Kenangan dari mimpi buruk itu serasa mencekik setiap ons udara di sekelilingku.

Dia akan menelanjangiku dan meniduriku sekarang juga. Dia akan memperlakukanku seperti binatang lalu meninggalkanku begitu saja. Dia akan merampas semua kekuatanku.

Genggamannya di pergelangan tanganku semakin kuat. Bibirku bergetar, jemariku mencengkram tepi keramik bak mandi agar tubuhku tetap membungkuk. "Tolong...jangan..."

"Ada apa?" Dia berbicara dengan aksen Rusia, bukan aksen Amerika seperti yang ada dalam mimpi burukku.

"T-tidak ada apa-apa."

Dia berdiri dalam keadaan basah dan…telanjang.

Dia benar-benar telanjang.

Meskipun aku sempat melihatnya sekilas didalam bak mandi, tetap saja aku tidak siap melihat pemandangan itu.

Aku memfokuskan tatapanku pada tatonya. Kedua lengannya penuh dengan tinta hitam yang terjalin seperti labirin.

Sama persis seperti dalam mimpi burukku.

Meskipun aku bisa saja berhalusinasi tentang menggigit tanganku, yang ini tidak bisa dibuat-buat. Aku belum pernah melihat Freen telanjang sebelumnya, jadi tidak mungkin aku bisa menebak jika lengannya ditato.

Aku meraih botol sabun keramik dan mengarahkan ke arahnya. "Menjauhlah dariku!"

"Becky" Freen mengucapkan nama itu dengan lembut.

"Aku bukan Becky! Aku Kath! KATHERINE RAYWATT!"

"Tenanglah." Dia terus mendekatiku dengan langkah pelan

"Kubilang, menjauhlah dariku!" jeritku, suaraku berubah menjadi histeris.

Dia berhenti, lalu mengangkat kedua tangannya. "Baiklah. Aku akan menjauh, letakkan benda itu."

Aku menggelengkan kepalaku dengan panik. Wajahnya yang tadi tenang kini berubah menjadi marah. Kenapa jadi dia yang marah? Akulah yang seharusnya marah. Akulah yang dipaksa keluar dari zona amanku lalu dipaksa untuk tinggal di sini.

"Berikan botol itu padaku, Becky."

"Tidak! Dan berhenti memanggilku Becky!" Aku memecahkan botol itu pada tepi bak mandi lalu mengacungkan kepadanya. Sabun cair berwarna putih menetes ke tanganku disertai dengan darah. Pecahan botol itu telah menancap di kulitku.

DoppelgängerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang