[M] Pada suatu pagi, Kaivan menemukan dirinya terkapar di tepi hutan belantara tanpa pakaian. Dia linglung, beberapa penduduk yang menemukan dirinya berusaha menolong, tetapi dia malah berteriak ketakutan. Kedua matanya menatap nyalang, sedangkan tu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hey, I've never chased someone before. However, I like you!"
Namanya Elina. Seorang wanita cantik pemilik senyum yang teramat manis dengan lesung pipi serta gigi kelinci yang lucu. Rambutnya diwarnai merah dan panjang, tubuh yang kurus tetapi memiliki lekukan yang indah, serta kulit seputih porselen. Semua lelaki menyukainya dan semua wanita membenci dirinya.
Seperti yang dia katakan barusan, bahwa dia memang tidak pernah mengejar lelaki manapun sebelumnya. Siapapun akan menyukainya dan merelakan dirinya untuk dihancurkan oleh wanita bernama Elina itu. Alasan kenapa semua wanita membencinya juga karena dia bisa mengambil semua atensi lelaki di dunia ini—termasuk pacar orang lain.
Namun, entah kenapa semua hal mudah yang selama ini dia dapatkan tidak begitu berarti saat bertemu dengan sosok asing yang teramat menarik di matanya itu. Sosok itu sama sekali tak memperdulikan dirinya, bahkan Elina merasa bahwa dirinya kalah menarik dari seekor kucing jalanan yang sosok itu temui di pelataran mall.
"Sorry?"
Elina pikir dia akan menemukan ekspresi wajah berbinar dengan tatapan penuh nafsu dari sosok yang berdiri di hadapannya ini. Padahal dia sudah menyiapkan diri untuk sebuah malam panas dengannya setelah dirinya memberanikan diri mengakui perasaannya pada lelaki yang dia temui dua minggu yang lalu ini—Kaivan.
Hanya saja kenyataannya adalah sosok ini malah memperlihatkan sebuah ekspresi terkejut dan bingung. Keningnya berkerut dengan kedua mata berkedip pelan. Elina bahkan sudah memastikan berulang kali bahwa lelaki ini tidak memiliki kelainan bawaan lahir atau karena kecelakaan sehingga membuatnya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dia katakan.
"I like you," katanya lagi.
Jantung wanita ini berdetak tak karuan. Ada perasaan malu dan antusias yang menyatu di dadanya. Kedua matanya menatap lekat pada sosok yang masih memperlihatkan ekspresi kaget itu. Elina nyaris memaki dan melompat kesal karenanya.
Hingga saat bibir itu nyaris bergerak guna mengatakan sesuatu, dua lelaki yang datang entah darimana itu tiba-tiba menarik lengan Kaivan.
"Kai? Pak Ujang udah dateng!" ujar salah satu dari mereka.
Kaivan langsung mengalihkan atensinya, "Sorry, aku ada urusan!" ujarnya dan meninggalkan Elina dengan rahang yang nyaris jatuh ke bawah.
Untuk pertama kali dalam hidupnya dia dipermalukan dan tidak diperdulikan oleh seorang lelaki. Elina menoleh dan menemukan begitu banyak pasang mata menatap ke arah dirinya. Beberapa dari mereka terlihat nyaris meledakkan tawa dan beberapa dari mereka berusaha memutus kontak mata darinya karena takut.
Elina menyisir rambutnya karena kesal.
Sial, makinya di dalam hati.
"Kak Elina ngapain di sini?"
Dia menoleh dan menemukan sosok yang dia kenal di sebuah night club itu. Yoza berdiri berdampingan dengan seorang wanita. Lagi, ekspresi itu. Elina tahu bahwa kedatangannya ke Fakultas ini terlalu mendadak dan tidak biasa, tetapi dia sendiri tidak berharap akan mendapatkan reaksi yang jauh menyedihkan dari ekspektasinya sendiri.