Seorang Nenek

4 2 0
                                    

"Oma," suara itu terdengar lirih, air mata sudah tak mampu dibendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oma," suara itu terdengar lirih, air mata sudah tak mampu dibendung.

Kara tidak pernah membayangkan bahwa waktu di mana semua kesabaran dan rasa takutnya akan meledak. Dia tidak pernah membayangkan akan memperlihatkan dirinya yang hancur dan berantakan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan terlihat seperti seorang anak kurang ajar yang tak pernah diajari etika sopan dan satun terhadap orangtua.

Setelah semalam bertengkar dengan sang kakak, hari ini Kara malah menemukan orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dengan semua tetek-bengek persiapan pernikahan. Kara terbangun dengan kepala yang terasa nyaris meledak, sebab dia baru saja tidur jam 5 tadi dan terbangun pada pukul 6.30 setelah dia mendengar suara berisik dari luar.

Kedua matanya seketika terbelalak, dia kelabakan, dan lansung berlari mencari keberadaan sang mama yang ternyata berada di area dapur bersama dengan mbak-mbak lainnya. Kara terduduk tatkala orang-orang tersenyum ke arahnya. Janur kuning terlihat bergantungan di setiap penjuru rumah.

"Kamu udah bangun? Bagus, sekarang pergi siap-siap. Kita bakalan kedatangan tamu dari keluarga Wiran," katanya setelah menoleh ke arah sang cucu sebentar, "Kita adain acara kumpul keluarga hari ini biar nanti kamu bisa nikah secepatnya, niat baik nggak boleh ditunda-tunda."

"Oma," Kara terus memanggilnya lirih.

Tidak, bukan seperti ini yang dia rencanakan. Kedua matanya yang basah menatap ke arah sang kakak yang hanya diam sembari menikmati the hangat di ruang tamu. Kara nyaris memaki. Semua yang dia katakan semalam tak cukup untuk menggetarkan hati lelaki ini.

"Pokoknya semuanya biar Kakak kamu yang atur...."

"Oma!" pada akhirnya Kara meledak, suaranya terdengar begitu nyaring.

Namun perempuan yang masih terlihat cukup muda padahal sudah mendekati usia 80 tahun itu hanya menghela napas menanggapi teriakan dari sang cucu, kemudian melanjutkan. "Nanti gedungnya yang bagus, yang bisa nampung banyak orang. Soalnya kita punya banyak keluarga, belum lagi kolega kakek sama ayah kalian itu."

"KARA NGGAK MAU NIKAH, OMA!" Kara terisak, semua orang yang tengah sibuk menyiapkan acara menoleh ke sumber suara. "Kenapa dari kecil Oma nggak pernah dengerin Kara? Kara ampe nanya sama diri Kara sendiri, ini Oma beneran sayang sama Kara atau nggak! Oma terus bilang ke Kara kalau semua demi kebaikan Kara, tapi Oma nggak pernah nanya Kara maunya apa! Kara nggak mau nikah, Oma!"

Tradisi sialan, nenek menyebalkan, kakak yang mirip seperti setan, dan papa yang tak pantas dipanggil orangtua. Kara menemukan semua hal menjengkelkan di dunia ini. Semua hal yang yang pernah orang lain bayangkan akan ada di dalam hidupnya yang terlihat begitu sempurna.

Tangisannya semakin menjadi, Kara sudah tidak memperdulikan bagaimana sang oma yang terlihat marah sembari memegangi dadanya. Sayangnya, sewaktu ditanya ingin hidup atau tidak, Kara tidak memilih untuk lahir di keluarga yang seperti apa.

DrowningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang