Part 36

362 28 11
                                    

Gamaliel dengan pakaian santainya berdiri di balkon hotel tempatnya dan dua anggota keluarga lainnya menginap. Menurut cerita sang kakak, hotel ini adalah milik Daddy mereka.

Hembusan angin menerpa kulitnya, membuatnya merasa damai ditengah teriknya sinar matahari siang ini, mata dan mulutnya terus memandang dan bergumam kagum atas keindahan kota Istanbul yang dilihat dari lantai dua puluh empat ini.

Ya, kota Istanbul. Setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua belas jam ini, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di mantan ibu kota negara Türkiye ini.

Saat merencanakan liburan ke Negara gerbang timur dan barat ini, Mike melupakan satu hal yang penting. Ya, Mike lupa bahwa di bulan Juni ini biasanya adalah musim panas.

Dan inilah yang terjadi sekarang, mereka sudah terlanjur berada di sini dan Gamaliel juga sudah mengatakan bahwa tidak apa-apa.

Sebenarnya tidak masalah untuk Mike maupun Bastian dengan suhu panas seperti ini. Namun yang mereka pikirkan adalah Gamaliel. Ini adalah pertama kalinya mereka mengajak dia pergi berlibur, namun mereka malah membawanya ke negara dengan musim panas seperti ini.

Tapi kata Gamaliel, dia tidak apa-apa. Sungguh tidak apa-apa, negara Türkiye adalah negara impian banyak orang, diajak kesini saja dia sudah sangat bersyukur karena pada akhirnya bisa menginjakkan kakinya di luar negeri bersama dengan Daddy dan kakaknya, sama seperti mimpi-mimpinya ketika dia kecil dulu.

"Dek, ayo makan siang!" Bastian datang menghampiri sang adik membuat Gamaliel langsung menatap kearahnya.

"Kebetulan aku sudah lapar, tapi pemandangan di sini indah sekali, kak..." Gamaliel rasanya tidak ingin meninggalkan balkon ini.

"Nanti kita makan di gazebo, kamu masih tetap bisa melihat pemandangan!" Gamaliel menjadi semangat mendengar hal itu.


🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾



Walaupun memang sedang musim panas, namun ada hembusan-hembusan angin yang menenangkan jiwa menyentuh kulit. Apalagi saat ini Mike dan kedua putranya tengah menikmati makan siang mereka di lantai dua puluh.

"Daddy, boleh foto bersama? Aku ingin mengabadikan moment ini..." Gamaliel berujar dengan ragu. Saat berlibur di pulau waktu itu, Bastian yang menawarkan untuk mengambil gambar, tapi kali ini dia yang meminta lebih dulu karena moment ini terlalu indah jika tidak di abadikan.

"Tentu sayang!" Balas Mike sambil tersenyum.

"Bu anı güzel fotoğraflarla yakalayın!"
("Abadikan momen ini dengan foto-foto indah!")

Mike menyerahkan handphone mahalnya kepada salah satu bodyguard yang mengawal mereka di sana, dan diterima baik oleh bodyguard tersebut.

Saat datang ke negara ini, Mike memang tidak membawa satupun bodyguard dari negaranya karena dia juga memiliki bawahan di sini, apalagi dia memiliki usaha perhotelan di kota ini.

Mike dan kedua putranya pun melanjutkan acara makan siang mereka sambil sesekali berbincang-bincang, melupakan bahwa saat ini salah satu bodyguard tengah mengambil beberapa gambar.

Menurut Mike, gambar yang diambil secara candid akan lebih terlihat aesthetic daripada gambar yang diambil secara sengaja dimana kita tersenyum kearah kamera.

"Untuk hari ini kita di hotel dulu saja, ya? Besok baru jalan-jalan okay?" Mike saat ini tengah memberi pengertian kepada putra bungsunya yang ingin sekali mengunjungi tempat-tempat indah yang dia lihat dari atas sini.

"Baiklah dad," balas Gamaliel dengan wajah sedikit kecewa.

"Jangan sedih, hm. Sebagai gantinya, kakak akan ajak kamu keliling hotel ini, gimana? Hotel ini juga indah loh! Di lantai dua ada taman bunga!" Gamaliel segera menatap kearah sang kakak.

 Son Of A Murderer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang