Episode 22

1 0 0
                                    

"Tapi kalo sama lo mungkin bisa dipertimbangkan."

Mata Oisin melebar sejadinya mendengar Michika mengatakan kalimat itu. Tidak ada angin, tidak ada badai, tidak ada bencana apa pun, tiba-tiba Michika mengucapkan kalimat seperti itu dan dengan tanpa beban seperti itu. Lebih dari itu, bukannya itu artinya sama dengan pernyataan cinta? Hah? Michika jatuh cinta dengannya? Sejak kapan? Bukannya sejauh ini dirinya adalah orang yang kasar, pemaksa dan menyebalkan di mata Michika? Bagaimana bisa Michika sampai jatuh hati kepadanya? Apa Michika sudah gila?

"Bercanda." Melihat Oisin yang terdiam dan terus memperhatikan dirinya dengan mata melebar, membuat Michika tidak bisa menahan tawanya. Ia pun terkekeh geli.

Apa tadi? Bercanda? Sedikit melegakan, tapi sama sekali tidak ada lucu-lucunya. Oisin segera menghembuskan nafas kasar sambil kembali menatap ke arah depan.

*

Gladi resik dilakukan sore ini, di hall mall yang sudah She-Ya sewa untuk dijadikan tempat event offline. Dalam acara tersebut, banyak pengunjung mall yang kepo dan menonton dari samping stage. Beberapa ada yang mengarahkan kamera untuk merekam apa yang sedang Michika dan MC lakukan.

"Itu Kak Chika kan?"

"Kak Chikaaaaaa!!"

Michika langsung menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Tak begitu jauh dari stage, ia melihat tiga orang cewek tengah tersenyum lebar sembari melambaikan tangannya heboh. Jujur saja, Michika tidak tau mereka adalah adik kelasnya di SMA Thamrin. Tapi Michika tetap membalas dengan senyuman dan lambaian tangan.

Gladi resik pun selesai dengan lancar dan cepat. Sebelum meninggalkan venue, Michika dan tim berkumpul di backstage untuk melakukan brief singkat sebelum acara sebenernya dihelat besok sore.

"SHE-YA, GO GO FIGHTING, SHE-YA!" semua tim kompak saling meletakkan telapak tangan satu sama lain secara bertumpuk hingga membentuk lingkaran. Mereka semua juga kompak membunyikan yel-yel dadakan yang dibuat oleh salah satu tim. Michika hanya mengikuti, tak ikut berteriak. Setelahnya, semua tim termasuk Michika sudah diperbolehkan pulang.

"Chava, Michika mana?" Sheila entah dari mana, tiba-tiba muncul ke backstage, menghampiri Chava yang masih sibuk beberes untuk menanyakan keberadaan Michika.

"Itu, di sana." Chava menunjuk Michika yang juga tampak sibuk mengemas barang pribadinya ke dalam tas yang ia bawa.

Sheila pun segera menghampiri Michika, diikuti seorang cowok berambut ikal gondrong.

"Michika,"

Segera Michika membalikkan badan begitu ia dipanggil oleh Sheila. Tidak seperti Chava, Michika memang mengenal dan sudah beberapa kali bertemu dengan Sheila, tapi rasanya Michika tidak senyaman itu dengan Sheila. Mungkin karena aura bos atau entah apa. "Iya, Kak, gimana?"

"Ada yang mau ketemu sama kamu." Sheila melirik cowok di sebelahnya yang tingginya menjulang.

Pastinya perhatian Michika pun ikut tertuju pada cowok itu. Michika mendongak, menatap wajah lelaki yang tersenyum padanya. Yang Michika langsung tau itu siapa. "Raksasa?"

Cowok itu dan Sheila langsung terkekeh mendengar ucapan Michika.

"Ah, sori. Maksud gue, Raksaka?"

Benar. Cowok itu adalah Raksaka, bukan Raksasa. Ia merupakan seorang youtuber yang sedang digandrungi banyak cewek karena ketampanannya. Konten-konten di youtube-nya lebih sering me-review tempat-tempat di dalam negeri yang jarang didatangi oleh orang-orang. Selain itu, diketahui ia juga seorang gamer yang handal. "Gue ngerasa tersanjung lo bisa langsung ngenalin gue." cowok itu pun merespon ucapan Michika dengan senyum yang dihiasi dimple di satu pipinya.

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang