06. Mengurusi Penghianat

294 60 6
                                    

Suarga
—06. Mengurusi Penghianat—

------

Manusia itu unik, bahkan kamu tidak akan bisa menebaknya.

------

Shankara memperhatikan Juyen yang sibuk berkutat dengan laptop nya, entah apa yang dilakukan nya. Hingga Shankara akhirnya mendekat dan memperhatikan bagaimana frustasinya Juyen yang tengah mengutak-atik kursor nya.

"Gue butuh alat yang lebih canggih!"

"Kan lo punya."

Juyen langsung menoleh, ia berjengit kaget saat baru sadar kalau Shankara sudah sangat dekat dengannya.

"Iya gue punya, tapi menurut lo gue normal nggak kalau mencurigai orang?"

Shankara mengerutkan keningnya. "Siapa yang lo maksud?"

Juyen terdiam sejenak, melipat bibir bawahnya. Juyen lalu bangkit membuat Shankara menatapnya dengan bingung. "Biar gue kasih lihat."

Shankara mengikuti Juyen memasuki kamarnya, memang sedari tadi Shankara berada di kediaman Juyen karena ingin meminjam flashdisk. Juyen mulai menyibukkan dirinya dengan komputer besar dihadapannya, hasil hadiah dari Kai.

"Gue sebenernya udah curiga dari awal, tapi gue cari-cari tau sendiri dan malah dapet ini."

Manik rubah Shankara membulat, ia semakin mendekat agar bisa memperhatikan lebih jelas. Keningnya berkerut, Shankara nyaris tidak mempercayai apa yang ia lihat saat ini.

"Setelah sekian lama, apa ini bisa disebut penghianatan?"

Juyen langsung mengangguk cepat. "Jelas, dia bawa masuk orang asing ke markas dan mengobrak-abrik ruangan Ketua tanpa izin. Gue rasa dia ngelakuin ini juga nggak sendiri, buktinya rekaman asli CCTV yang di laptop gue jauh beda sama sekarang ini."

Shankara berpikir sejenak, menoleh pada Juyen yang juga tengah menatapnya. "Menurut lo apa alasannya?"

Juyen tersenyum tipis, kembali menggerakan mouse nya untuk memundurkan video rekaman itu dan memperlihatkannya pada Shankara. "Dia nggak suka sama Ketua."

Shankara hanya diam, namun kepalan tangannya mengerat. Shankara berpikir mereka harus segera membicarakan hal ini pada Wilard dan yang lain.

------

Kekacauan pada malam hari itu sedikit mereda saat akhirnya Wilard menarik mundur dirinya dengan masih menatap Danu dengan tajam. Amarah masih menguasainya, membuat anggota lain tidak ada yang berani untuk mendekat.

Danu mengusap sudut bibir nya yang mengeluarkan darah, ia masih terkejut karena secepat itu Wilard langsung mendepak nya dari Suarga. Namun seharusnya ia sudah lebih dulu menduga hal ini, Wilard pasti sangat marah dengannya.

Wilard menarik nafas dengan dalam, ia mengusap kasar surai nya hingga berantakan. Wilard mengalihkan pandangannya dan baru menyadari banyaknya anggota yang sedari tadi memperhatikannya.

"Tahan dia." Ucapnya pelan, namun membuat beberapa anggota yang memang sudah di tugaskan untuk menangani hukuman kini segera menahan Danu dan membawa nya ke ruangan belakang untuk menunggu masa hukuman nya.

Shankara akhirnya memberanikan diri untuk mendekat, mengusap pundak Wilard dengan pelan dari belakang. Namun Wilard tidak berbalik, Shankara bisa merasakan nafas Wilard masih memburu.

SUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang