07. Pengakuan

337 58 20
                                    

Suarga
—07. Pengakuan—

------

Kami hanya manusia biasa, kadang juga mengeluh dengan keras.

------

TUK!

Danu, pemuda itu mendongak saat merasakan pucuk kepalanya mengenai sesuatu. Sosok yang tidak ia duga kini berdiri di hadapan nya, memasang wajah songong terbaiknya seolah mengejek posisi tidak mengenakkan Danu saat ini.

Sebuah tongkat bisbol berada dikepalanya, membuat Danu tidak bisa banyak bergerak dan hanya bisa menatap sinis.

"Lo harusnya tau, gue nggak sesabar Ketua."

Danu mendengus. "Yang benar saja, lo berharap gue meminta permohonan?"

Riki terkekeh, tongkat bisbol nya turun mengenai pipi Danu. "Gue harap lo bener-bener menyesal setelah ini, lo salah langkah banget kalau mau menantang kepemimpinan Suarga."

"Sampah!"

Kening Riki berkerut, namun ia tetap tenang menatap Danu. Meski saat ini tangannya sudah sangat gatal ingin memporak-porandakan wajah sinis Danu yang sangat menantangnya ini.

"Gue bertahun-tahun mengabdi sama Suarga, bahkan gue setia sama Tiyas yang menjadi penggerak gue. Tapi kalian nggak ada ngelirik gue sedikit pun, dan malah menunjuk Wilard yang notabenenya cuman orang asing! Dia bahkan belum paham seluk beluk Suarga dengan benar, sebenernya apa yang ada didalam otak kalian waktu menunjuk Wilard?!" Danu memekik penuh emosi, mengeluarkan uneg-uneg nya.

Riki terdiam sejenak, sebelum akhirnya tawa nya pecah menggema dalam ruangan sempit itu. Karena sungguh meski Danu berbicara dengan marah-marah, Riki malah malah merasa lucu mendengarnya.

"Lo pengen dapet posisi di Suarga, huh?"

Danu mengalihkan pandangannya, seharusnya Riki sudah tau hal itu tanpa Danu berkata dengan gamblang.

Riki terkekeh, ia menunduk dan meraih dagu Danu sehingga kini mereka bertatapan. "Kami nggak ada yang mengajukan diri, semua posisi yang kami dapatkan itu berasal dari keputusan Ketua dan para senior. Kalo gue bisa udah gue lempar posisi gue ini ke lo, tapi gue nggak punya kuasa buat menolak."

Riki tersenyum miring melihat reaksi Danu. "Wilard pun dipilih tanpa diberi kesempatan buat menolak, itu karena dia memang pantas mendapatkan nya sebagai Ketua Suarga yang baru. Kalo lo nanya apa buktinya, lihat aja posisi lo sekarang. Wilard menemukan kebusukan lo secepat itu, bahkan ketika Bang Kai dan Juyen belum sadar sama CCTV yang udah lo manipulasi."

Danu membulatkan matanya, rahangnya mengeras disaat itu juga. Andai kedua tangannya tidak terikat ia pasti sudah menghantam wajah Riki dengan kepalan tangannya.

Riki menarik tubuhnya sedikit menjauh, ia puas melihat raut kesal Danu. Kembali ia bawa tongkat bisbol nya dipundak Danu. "Sekarang, biarin gue ngasih lo apresiasi atas usaha lo yang bersusah payah buat menjatuhkan kepemimpinan Suarga."

Danu memejamkan erat kedua matanya, bulir keringat kini membasahi keningnya. Disaat seperti ini memohon ampun pada Riki pun percuma, ia hanya bisa berharap Tiyas muncul dan membantunya. Seperti yang biasa dilakukan pemuda itu padanya.

------

Wilard menghela nafas untuk yang kesekian kalianya, ia memasukan bandul kalungnya kedalam kerah seragam nya. Kalung dengan bahan titanium itu kini ia ganti pemberat nya, peluit kayu yang Jico berikan padanya lah yang saat ini ia kenakan.

SUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang