22. Pengen Teman Baru

263 62 18
                                    

Suarga
—22. Pengen Teman Baru—

------

Mendekatlah, biar ku ceritakan kisah lucu tentang ku.

------

Wilard mendorong segelas kopi hitam yang masih mengeluarkan uapnya dihadapan seseorang yang kini duduk berharapan dengannya. Kopi hangat untuk teman ngobrol mereka, sejenak mencairkan suasana canggung yang sempat terjadi.

Wilard berdehem pelan, membuat Jeo yang semulanya menatap kearah lain kini berfokus padanya. Bisa Jeo lihat Wilard tengah tersenyum sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Bagaimana tentang Wolves?" Wilard memulai pembicaraan mereka dengan mengajukan pertanyaan.

"Ayolah, lo nggak perlu se-kaku itu sama gue." Ujar Jeo, sedikit merasa geli dengan bahasa kaku yang digunakan Wilard.

Wilard mengusap tengkuknya sendiri. "Sorry, kita udah lumayan lama nggak ketemu."

"Oh bener juga, setelah kejadian itu ya. Gue pribadi meminta maaf karena langsung menghilang gitu aja seolah nggak berterimakasih sama jasa kalian yang udah bantuin gue dan kelompok gue."

Wilard tertawa pelan lalu mengangguk. "Santai, bang Jico juga bilang sama gue alasan lo nggak bisa nemuin kami lagi. Gue nggak merasa keberatan, gue malah bersyukur karena tau kalo akhirnya lo baik-baik saja."

Jeo menarik kedua sudut bibirnya. "Wolves udah aman sekarang, kami stay di markas tanpa banyak berinteraksi sama dunia luar. Tapi mengenai berita tentang kelompok-kelompok lain tetep masuk di telinga kami."

Jeo menegakkan posisi duduknya, tatapannya serius lurus pada Wilard yang juga tengah menatapnya. "Wilard, selamat atas kedudukan mu sebagai Ketua baru Suarga."

Wilard tertegun seketika, maniknya membulat sempurna. Melihat bagaimana tulusnya Jeo yang berucap padanya, hingga Wilard dibuat tertawa sembari menunduk hanya untuk menutupi rasa malunya.

"Yang bener aja!" Ujar Wilard disela-sela tawa nya.

Jeo pun turut tertawa pelan, ia sendiri juga sedikit merasa malu dengan apa yang diucapkan nya.

"Maaf ya gue baru ngucapin, padahal lo udah jadi Ketua lumayan lama."

Wilard menggeleng. "Lo ngomong apaan sih, kocak? Gue terharu banget lo ucapin selamat, ternyata lo cukup peka juga ya."

"Gue tau dari Sahil, sepupu nya kan anggota Suarga." jawab Jeo, menyempatkan diri untuk meminum kopinya sejenak.

"Gue juga tau tentang keributan antara Suarga dan Conda." Lanjut Jeo.

Wilard kembali berdehem, menetralkan suaranya setelah tadi tertawa. "Sudah gue duga lo pasti tau soal ini."

"Termasuk Conda yang lo ratain dan Ketuanya yang lo penjarain?"

Wilard tersentak, ia spontan celingukan untuk mengecek keadaan sekitar. Memastikan kalau tidak ada yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

"Yang kali ini lo tau dari Sahil juga?"

Jeo mengedikkan bahunya. "Bukan, lo nggak perlu khawatir karena berita ini pun nggak sembarangan orang tau." Ujarnya membuat Wilard bernafas lega.

"Gue akui lo cukup nekat, padahal Conda baru aja berencana buat nyerang Wolves."

Mendengar hal itu membuat Wilard teringat disaat Rego mendatanginya dan menawarkan kerja sama untuk menyerang Wolves, dan Wilard yang tidak tertarik pun langsung menolak begitu saja tanpa pertimbangan ulang.

SUARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang