THIS WORK BELONGS TO FIELSYA (Fielsya)
VOTE DAN KOMEN YANG BANYAK
🔥🔥🔥
ANGGA’S POV
Sengaja aku hanya berdiam diri di kamar saat Mas Bagas datang dari perjalanan dinasnya, tidak ... mungkin lebih tepat kalau dibilang perjalanan cintanya. Beberapa kali Mbak Raline memintaku untuk makan bersama tapi aku menolak dengan alasan masih kenyang.
Lama berselang, jam dinding mulai menunjukkan waktu pukul sebelas malam. Mata ini nyaris saja terpejam kalau saja suara Mas Bagas tidak memekakkan telinga, diikuti suara barang yang jatuh terdengar cukup keras.
Aku terperanjat dan berniat ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Hanya saja logikaku menahan. Ini urusan rumah tangga mereka. Rasanya nggak elok kalau aku mencampurinya. Tapi, kalau sampai aku mendengar dia memukul atau melukai fisik Mbak Raline, akan kupastikan, bahwa Mas Bagas tidak akan keluar dari rumah ini dalam keadaan baik-baik saja.
“Kalau aku bilang nggak tau, ya nggak tau. Kalau kamu nggak percaya sama aku, oke, lebih baik aku pergi dari rumah ini. Pusing lama-lama di sini. Punya istri taunya cuma curigaan. Suami capek pulang kerja dari luar kota, bukannya dilayani, malah sibuk nanyain hal nggak penting.” Suara Mas Bagas makin jelas di telingaku, bisa kupastikan dia sudah ada di luar kamar.
“Oke, fine! Silakan keluar, angkat kaki sejauh mungkin dari sini. Kamu pikir aku nggak tahu kalau di luar sana, kamu sibuk sama pelacur-pelacur itu?” teriak Mbak Raline yang membuatku terpaksa harus keluar untuk melihat situasi yang sebenarnya.
“Ini ada apa, sih? Kenapa kalian ribut-ribut tengah malem gini? Malu dong sama tetangga,” leraiku sambil berpura-pura memasang ekspresi baru bangun tidur. Nggak lupa sambil ngucek mata biar terlihat lebih natural.
“Selamat ya, Ngga, kamu akan punya kakak ipar baru, seorang pelacur ....”
“Tutup mulut kamu Raline! Dia bukan pelacur.” Tampak jelas, Mas Bagas membela wanita itu di hadapan istrinya sendiri.
“Apa namanya kalau bukan pelacur? Wanita murahan? Cuma wanita nggak bener yang mau tidur sama suami orang. Dan ngaku aja, kamu akhir-akhir ini berubah juga karena wanita itu kan? Jawab!” sentak Mbak Raline yang baru pertama kali ini sangat terlihat kobaran api amarahnya dari sorot mata.
“Ngaco! Aku berubah itu ya karena kamu sendiri. Kamu nggak bisa merawat diri. Kamu terlalu sibuk sama Lita dan pekerjaan kamu. Kamu cuek sama aku. Suami mana yang betah punya istri kaya kamu?”
“Cukup Mas! Aku sudah peringatkan Mas Bagas. Hargai istrimu! Dia satu-satunya wanita yang bertaruh nyawa cuma untuk ngasih keluarga kita keturunan. Kalau dia sibuk dan nggak bisa merawat diri, harusnya Mas Bagas nyadar diri, udah baik belum nge-treat istri? Lihat Papa, apa beliau mencari kesenangan di luar sana saat bosan dengan Mama? Mikir pake otak, jangan cuma nafsu!”
Aku sudah muak dengan kakakku ini. Dia terus-terusan menyalahkan istrinya, tapi nggak pernah sadar diri. Benar kata Mbak Raline waktu itu, kalau Mas Bagas akan tetap mengelak sekalipun dia mendesak agar suaminya jujur tentang wanita itu.
Aku nggak tahu apa yang memicu pertengkaran mereka malam ini. Hanya saja ini semua cukup membuktikan bahwa memang Mas Bagas sangat tidak layak untuk istrinya. Dia tidak pernah menyadari bahwa kebahagiaan istri itu tergantung bagaimana suaminya. Jika ada kekurangan pada sang istri, maka yang bertanggung jawab adalah suami.
Pengen istri cantik? Ya dimodalin. Pengen punya istri yang cukup melayani suami? Beri dia asisten rumah tangga untuk mengurus hal selain suaminya di rumah itu. Mau istri fokus di rumah, ya berilah nafkah yang layak. Karena sejatinya nggak ada wanita matre, yang ada mereka realistis.
![](https://img.wattpad.com/cover/385732999-288-k249791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WWG HOLIDAY PROJECT
Short StoryThe WWG datang lagi membawa project baru bertema THE WWG HOLIDAY PROJECT. Terdiri dari kumpulan cerita adult romance. Dalam kumpulan cerita ini, kamu akan dibawa ke dalam kisah-kisah romansa yang muncul tanpa rencana, di mana setiap tatapan, setiap...