31. Parasit

571 129 61
                                    

Kedatangan Regan dan Nahla bersamaan membuat Aruna berbalik badan meninggalkan tepi pantai terlebih dahulu masuk ke vila dengan wajah marah dan cemburu. Aruna tidak ingin orang tahu sehingga ia memilih untuk mundur.

Nahla membersihkan tubuhnya di bawah shower. Semua kalimat Regan kembali terngiang di otaknya. Kenapa rumit sekali. Harusnya Nahla tidak luluh dengan semua kalimat Regan. Tapi kenapa hatinya tidak menyetujui apa yang ada di pikirannya saat ini.

Menghembuskan napas pelan, Nahla menatap dirinya di cermin. Apa yang harus Nahla lakukan? Mempertahankan atau membiarkan. Nahla tidak ingin menyesal jika tidak mencobanya. Namun jika ia coba, apakah hasilnya sesuai apa yang ia harapkan? Bagaimana jika sebaliknya? Perjuangannya sia-sia?

Memakai handuk lalu menggulung rambutnya dengan handuk kecil. Nahla keluar dari kamar mandi bertelanjang kaki. Sambil memeriksa beberapa pesan masuk di ponselnya. Askara memberitahu berita terbaru mengenai teror yang ia terima.

Betapa terkejutnya Nahla melihat Regan sudah berbaring di tempat tidurnya dengan posisi terlungkap dan mata terpejam. Nahla meletakkan handphonenya ke atas nakas. Bagaimana pria ini bisa masuk? Jelas Nahla mengunci pintu kamarnya.

"Ngapain lo di kamar gue? Gimana lo bisa masuk?" Nahla menggoyangkan tubuh telanjang Regan pelan. "Regan," panggilnya.

Regan merubah posisinya terlentang, pria itu hanya memakai boxer pendek menatap Nahla nakal. "Itu," tunjuknya menggunakan dagu.

Nahla menoleh ke belakang melihat pintu lain yang berbentuk seperti lemari. Ternyata kamarnya connecting dengan kamar Regan. Nahla memejamkan mata geram. Menegapkan tubuhnya Nahla melipat tangan di dada.

"Sana, gue mau ganti baju," usirnya.

"Ganti aja, selama ini juga lo ganti baju nggak terganggu sama keberadaan gue." Regan meletakkan kedua tangannya ke belakang kepala sehingga otot tangan dan perutnya tercetak sempurna.

Nahla menggeret kopernya menuju kamar Regan membuat Regan terkikik geli. Menunggu Nahla berganti baju. Regan menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Lo mau tukar kamar?" Nahla menyembulkan kepalanya di pintu usai memakai baju tidur.

"Sini, Na," Regan menepuk tempat di sampingnya. Langit semakin gelap dan hawa dingin semakin terasa. "Sini."

Nahla membuka pintu lebar. Berjalan mendekat. "Kenapa?" Nahla tidak berniat untuk naik ke atas ranjang. Ia memilih duduk di sofa. "Apaan?"

"Pengen peluk lo aja,"

Nahla melipat kakinya dengan kaki kanan berpangku pada kaki kiri. "Kalau lo nggak ada kepentingan, balik aja ke kamar. Gue mau istirahat."

Regan beranjak dari ranjang, dengan tubuh kekarnya ia menghampiri Nahla membuat Nahla sedikit gugup dan takut. Tubuhnya merespon tidak terduga membuat Nahla menjadi ciut seketika. Terlebih Regan langsung mengunci tubuhnya dengan kedua tangan.

"Ngapain lo?" Nahla mencoba memundurkan tubuhnya namun tidak bisa. "Regan lo jangan macam-macam,"

"Lo inget nggak alasan lo terima gue jadi cowok lo pas SMA?"

"Hah?"

"Alasan gue suka sama lo. Kenapa gue terpikat sama lo."

"Kenapa? Lo mau nostalgia? Mau menghidupkan rasa masa lalu?" Nahla menelan ludahnya yang nyangkut di tenggorokkan. Nahla mendorong pelan dada Regan. "Jauhan, ih,"

Regan naik ke atas sofa dengan posisi Nahla di dalamnya. Nahla panik namun tetap mengendalikan tubuhnya jangan sampai ia kalah. Tubuh kekar itu terpampang jelas di hadapannya. Jantung Nahla kembali meronta dan hawa panas tiba-tiba menyelimuti dirinya. Apa yang sebenarnya ingin Regan lakukan.

Regan & NahlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang