24. Part of them, really?

32 7 1
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Rafael—atau Ael, begitu kami memanggilnya di rumah— beneran pulang. Penampilannya lumayan berubah sejak terakhir kali aku lihat dia, mungkin setahun lalu. Anak kecintaan Mamaku dan salah satu cucu favorit Oma dan Opaku pulang. Aku siap makin kelihatan kayak angin di hadapan keluarga besar beberapa hari kedepan.

Setelah satu hari nginep di rumah Oma, dia pulang ke rumah orang tua kita. Mama sama Papa udah ketemu Ael kok kemarin. Aku aja yang nggak dateng ke rumah Oma. Jadi kita baru ketemu hari ini.

Rama dan aku duduk di bench depan, nyambut Rafael yang dijemput Mama dan Papaku. Begitu mobil Papa masuk area halaman rumah, Rama langsung berdiri. Jujur aku merasa sikap dia itu terlalu kayak pelayan. Dia nggak seharusnya sesopan itu kan?

"Mau kemana sih? Tunggu disini aja." Kataku pas Rama mulai melangkah.

"Adek kamu barangnya pasti banyak. Biar aku bantu."

Aku mengernyit heran. It's okay kalau sopannya ke Mama dan Papaku. Ke Adikku? Bukannya nggak perlu sampe sebegitunya ya?

Ael aja heran ketika dia buka pintu, Rama ngulurin kedua tangannya pertanda nawarin bantuan barangkali ada yang bisa dia bantu bawain. Ael natap ke arahku, seolah memastikan ini Rama suamiku atau pelayan rumah ini. Aku mendengus dan jalan ke arah mereka.

"Udah nggak usah dibantuin. Bentar lagi pembantu pembantu dirumah juga dateng." Belum satu detik aku nutup mulut, beberapa pelayan rumah tangga datang. Rama dan aku mundurin badan supaya mereka bisa bantu bawain barang-barang Ael.



Singkat cerita, kita sekarang berkumpul di ruang makan. Keluarga kita yang dulunya cuman ada empat orang udah nambah member baru. Kursi meja makan untuk 12 orang di rumah Mama akhirnya ketambahan isi lagi. Mungkin nggak lama kursi di sebelah Ael akan ditempati oleh perempuan baru dan kursi kursi kosong disana akan ditempati sama anak-anak kita. Wow, kedengaran harmonis. Nggak tau juga sih bakalan beneran harmonis atau hancur kayak keluarga Papa.

"Halo, Bang. Rafael." Ael nyapa Rama dengan proper. Walau menurutku sama sekali nggak proper juga sih.

"Rama. Gimana London?"

"Gimana kenapa?" Ael natap aku, dia kayanya udah mulai lupa sama pertanyaan basa basi di Indonesia.

"Maksudnya tuh gimana keadaan disana? Aman aja? Atau lagi krisis? Atau lagi ada bencana? Atau kenapa gitu kek."

"Oh, aman aja, Bang. Abang ini di Nusafood kan ya?"

"Iya. Tadinya aku intern di Nusafood. Terus Ibu aku mampir ke tempat kerjaku pas lagi di Jakarta. Pas ada acara amal, El. Eh nggak sengaja ketemu Mama Nidny. Dijodohin deh kita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang