Author's POV
Lelaki dengan banyak tatto itu berjalan di sepanjang lorong sekolah dengan sangarnya.
Tak ada seorang pun yang berani menengoknya atau meliriknya sedikitpun. Wajar saja, lelaki ini sangat ditakuti.
Tap.. tap.. tap..
"Apa yang kau lakukan disini ?"
"Menunggumu, sayang.."
"Jangan panggil aku dengan sebutan yang kau sendiri tak bisa bertanggung jawab atasnya !"
"Aku tak pernah bermain, sayang. justru kau yang meninggalkanku.."
"Terserah apa katamu ! Aku hanya tak bisa lagi.."
"Tidak cinta.. kita bisa, kau bisa percayakan padaku, karena lihatlah tak ada cinta yang seperti aku.."
"Kumohon.. berhentilah berkata begitu.. kau diambang kematian sekarang.."
"Jika kau ingin begitu, lakukan sayang, lakukan.. demi cintamu.."
"Tidak! Mundurlah, sekarang ! Aku tak bisa melakukan ini ! Pergilah !"
"Kalau kau tak bisa maka kembalilah, sayang.. kenapa kau lebih memilihnya dari padaku, sayang.."
"Aku.. aku.. aku, tak bisa bersamamu.. ini takdirku.. dia yang terbaik untukku.. Derek,yang terbaik.."
"Dia yang terbaik ? Kau sudah yakin dengan ucapanmu ? Yakin ? Lantas mengapa kau tak bisa membunuhku sekarang, sayang ? Kenapa.."
"Kenapa kau tak bisa sekali saja menurutiku ? Aku, aku, tak akan membiarkan Derek melukaimu demi aku.. lebih bail aku saja.. jangan kau.."
"Apa yang kau lakukan, sayang.. aku mencintaimu sangat, bahkan lebih dari apapun !"
"Mm-maaf.. Tapi aku hanya ingin engkau bahagia, karena aku mencintaimu.."
"Oh jadi begini rupanya ?! Kau rela menjadi tunanganku karena kau mencintainya ?! Kau masih mencintainya ?!"
"D-Derek.. bukan begitu, ini salah.. aku,aku,.."
"Masa bodoh dengan kalian berdua! Sekarang kau pilih, dia atau aku ?!"
"D-Derek, dengarkan aku dulu.. kumohon jangan seperti ini.."
"Pilih dia atau aku !"
"Aku mencintainya.. maaf.."
"Hah! Hah, kau, kau, berkhianat ! Hah, tak kusangka!"
"Derek, kami saling cinta, jangan biarkan kau merusaknya. Lanjutkan hidupmu, Derek.. Temukan seseorang diluar sana.."
"Hey, kau sudah berani menasihatiku, ya bodoh ! Begini saja, kalau aku tak bisa mendapatkannya maka kau juga tidak bisa mendapatkannya !"
"Derekkk ! JANGAN !"
DORRR!!!!
"AAAA!"
"TIDAK!!!"
Mendadak atmosfer terasa menyempit dan lelaki penuh tatto itu tak bisa bernafas. Pandangannya mulai mengabur, lututnya melemas, kucuran keringat di pelipisnya menetes.
Sosok lelaki lain sedang bersandar di kursi taman. Menunggu seseorang yang tak juga kunjung datang.
Ia mulai resah, takut orang yang ditunggunya tak kan datang sesuai janji. Tapi dia mencoba bersabar dengan terus menunggu disana.
Kuis Capital tak jadi diselenggarakan sore itu. Kuis itu dimundurkan dua hari lagi. Semua pun turut serta dalam kuis ini termasuk dua si joli baru, Louis dan Harry.
Niall's POV
"Kalian lebih baik persiapkan ilmu untuk kuis saja! Aku juga mau belajar." Aku berkata pada Louis dan Harry yang tengah bersamaku.
"Tapi kalau nanti Liam sudah memberi kabar bagaimana ?" Harry bertanya.
"Kalau dia sudah ada kabar, aku akan menelpon kalian. Sudah tenang saja, dan cepat pergilah!" Aku menjawabnya lalu menyuruh mereka berdua pergi dari kamarku.
Louis dan Harry pun menurut dan mereka pergi ke kamarnya. Kini tinggal aku yang tetap menunggu kabar Liam soal rencana pertemuan Louis, Harry, dan Zayn malam ini.
Entahlah ini akan berhasil atau tidak yang jelas aku berharap yang terbaik. Tapi saat ini aku tak bisa berbohong kalau, perasaanku tidak enak.
Malam ini pasti sesuatu akan terjadi. Pasti, aku yakin sekali.
Note : ikuti aja alur ceritanya. Kalian akan menemukan yang tersembunyi perlahan lahan.
Ini memang gak panjang, aku sengaja gitukan biar feelnya dapet.
Happy reading..
KEEP VOTES AND COMMENTS!
all the love. H x.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Love [Larry Stylinson]
Fanfictioncinta adalah sebuah anugerah, cinta adalah kasih mesra yang di hadirkan Tuhan. Cinta dilahirkan berpasangan laki-laki dan perempuan. tapi bagaimana jika cinta itu mencintai sesamanya ? jika kau jijik dengannya maka lihat Tuhan yang justru memberkati...