Harry's POV
Sudah hampir sejam aku dan Louis menunggu kabar Liam. Tapi satu tanda pun tak ada yang muncul. Aku mulai resah dan sedikit mengantuk.
Yang benar saja, sekarang sudah hampir jam 10 malam dan biasanya itu adalah waktu tidurku. Tapi malam ini aku justru belum juga merebahakan tubuhku.
"Louis, aku akan keluar sebentar. Aku ingin cari udara segar." Aku minta ijin pada Louis yang tengah telentang di tempat tidur.
"Baiklah ayo !" Louis menjawab. Dia dengan cepat bangkit berdiri lalu menggandeng tanganku.
"Eh, kau tidak perlu menemaniku Louis. Aku tak apa pergi sendiri.." aku berusaha menolak ajakan Louis karena dia sudah menemaniku sepanjang hari ini.
Lagipula walaupun kami sudah bercinta, aku masih tetap ragu kalau Louis mau terus bersamaku dalam maksud menjadi teman ataupun kekasih.
"Hazza, kalau kau sudah bercinta denganku itu artinya kau milikku. Itu juga berarti kau adalah tanggung jawabku, dan aku tak mau kau kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik jangan membantahku lagi." Louis berkata sungguh-sungguh membuatku tersipu malu.
Jantungku berdebar-debar lagi saat dengan protektifnya tangan Louis merangkul pinggangku erat dan menaruh kepalaku di lehernya.
Pipiku tak bisa lagi tak memerah, senyumku juga tak bisa ditahan lagi.
Jujur saja posisi ini sangat nyaman hanya saja postur tubuh kami yang berbeda menjadi sedikit malasah.
Aku melepas rangkulan tangannya dan memindahkan jemarinya agar bisa kugenggam.
Kami saling menatap dalam diam. Hanya ada senyuman disana yang terus mengembang.
Seandainya dia tau, betapa bahagianya aku bisa bergandengan tangan dengannya.
Merasakan getaran kehangatan yang menyelimuti dada. Tak akan ada cukup rasa puas dimana saat aku bisa berpegangan padamu, Louis.
Louis's POV
Kehangatan menyerbak ke relung-relung tulangku sekalipun dinginnya angin malam menembus kulit dengan kasarnya.
Semua ini tak ada artinya karena ada Harry disampingku. Aku tak pernah menyangka kalau hatiku akan jatuh dengan mudahnya pada lelaki pirang ini.
Pertahanan hatiku yang sudah kujaga sedemikian rupa agar tidak jatuh cinta kini justru sudah jatuh telak pada pandang pertama.
Sungguh kurasa inilah hidupku yang seharusnya. Merasakan sebuah kasih sayang yang tulus tanpa pamrih.
Tapi mungkin saat ini aku masih takut menghadapinya. Takut kalau masa kelamku terulang lagi. Masa itu, dimana aku berubah.
"Lou, aku ingin mengelilingi lorong sekolah yang aku belum tau. Kau mau tidak ?" Harry menguapkan seluruh isi kepalaku.
"Emm, baiklah apapun yang kau mau. Kau mau kita ke lorong mana dulu ?" Aku menanggapinya dengan senyum hangat.
"Emm, perpustakaan bagaimana ?" Dia mengusulkan.
"Kau yakin kau ingin kesana dulu, Haz ? Bukan apa-apa sih hanya saja aku ingin memberi tau kalau lokasi perpus sangat suram. Aku tak yakin kau berani kalau malam begini." Aku menjelaskan.
Itu benar, lokasi perpus itu mengerikan bagi kebanyakan anak. Hanya anak-anak seperti aku dan Liam yang tidak paranoid yang berani kesana.
"Apa sesuram itu, Lou ? Tak apalah, lagipula aku kan bersamamu. Aku yakin kau tak akan membiarkanku sendiri." Harry menjawab mantap. Aku tersenyum, kecupan singkat di pipi kuberikan padanya dan ia blushing.
cute sekali!
Kami pun berjalan memasuki lorong depan sekolah yang hanya dihiasi lampu-lampu neon di sekitarnya.
Tangan kami terus bertautan, saling menggenggam tanpa cela. Udara dingin menyelimuti sekitar kami.
Kakiku mengarahkan Harry untuk berjalan terus di lorong hingga sampai tikungan ke kiri nampak.
"Lou, kenapa letak perpus jauh sekali ?" Harry bertanya, dari nadanya ia terdengar sebal karena perpus tak juga terlihat.
"Sebenarnya dulu letak perpus tepat disebelah lab computer. Tapi sekarang dipindahkan di sebelah gudang karena sebuah alasan." Aku menjawab.
"Yaampun, alasan macam apa hingga perustakaan diletakan di sebelah perpus ? Jangan bilang, ruang musik justru disebelah perpustakaan !" Harry menanggapi dengan kesal.
Dalam hati aku terkekeh geli melihat dia menggerutu begitu karena dia terlihat cutee !
"Sayang sekali, tapi kau benar. Ruang musik tepat di sebelah perpustakaan." Aku menjawab tepat ketika kami akhirnya sudah melewati tikungan ke kiri yang tepat di kanan jalan ada tulisan besar bertuliskan "gudang".
Langkahku berhenti mendadak saat menyadari sesuatu. Harry ikut berhenti dan menatapku bingung.
"Lou, ada apa berhenti mendadak ?" Pertanyaan Harry tak bisa kujawab. Mataku hanya melihat ke depan, tepat di depan pintu perpustakaan.
Harry mengikuti arah pandangku dan seketika itu juga matanya membulat dan ia langsung melepas tanganku sebelum aku sempat menahannya.
Aku menyusul Harry yang tengah berjongkok. Tidak mungkin! Apa yang terjadi! Ini tidak mungkin!
"Lou, cepat bantu aku mengangkatnya !" Harry berkata dengan panik.
Aku menatap nanar pada sosok bertato yang terbaring tak berdaya dihadapanku.
"Louis ! Tunggu apalagi ?! Bantu aku mengangkatnya !" Harry berkata lagi dengan nada semakin panik.
"Haz, ini Zayn.."
Note: tetap ikuti alurnya, akan menjadi teka-teki.
Masalalu siapa yang ada di part sebelumnya ?
Siapa Zayn sebenarnya?
Masa lalu Louis yang kelam itu sebenarnya apa ?
Dan ada apa lokasi perpustakaan sangat tidak strategies ?
Temukan jawabannya dengan tetap mengikuti fanfic ini..
Happy Reading..
Don't forget to,
VOTES AND COMMENTS GUYS!
*lot of love from 1D new single DRAG ME DOWN*
NOBODY NOBODY CAN DRAG ME DOWNNNNN !
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Love [Larry Stylinson]
Fanfictioncinta adalah sebuah anugerah, cinta adalah kasih mesra yang di hadirkan Tuhan. Cinta dilahirkan berpasangan laki-laki dan perempuan. tapi bagaimana jika cinta itu mencintai sesamanya ? jika kau jijik dengannya maka lihat Tuhan yang justru memberkati...