Part 24 {LOUIS ONLY}

2.2K 174 36
                                    

Louis's POV

Aku dan Harry tengah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan kota untuk membeli perlengkapan sekolah kami esok. Ya, kami sekalian berjalan-jalan dan membelikan perlengkapan Liam, Niall, dan Zayn pula.

Aku menggandeng tangan Harry mesra sambil kami saling bercerita tentang diri kami masing-masing. Kami masuk ke Man&Man's toko khusus toko laki-laki mulai dari pakaian, sepatu, dan perlengkapan lainnya.

Aku mengambil sweater dengan model yang sama untuk kami berlima, sementara Harry membeli perlengkapan lain seperti buku tukis, sabuk, dan banyak lagi.

Begitu selesai belanja kami membayarnya di kasir lalu segera keluar. Kami memutuskan untuk makan dulu karena perut kami sudah lapar lagi.

Kami pergi ke MCD dan memesan ayam goreng, es krim, dan juga air mineral. Kami makan dengan lahap sambil saling berbincang tentang bagaimana sekolah kami besok.

Apa sekolah kami itu lebih megah dari sekolah kamu yang sekarang ? Apa sekolah kami itu sekolah khusus ? Apa saja pelajarannya ? Apakah sama dengan sekolah kami yang biasanya ?

Hari ini rasanya begitu menyenangkan. Bisa seharian bersama Harry, berbagi cerita tentang kami, belanja bersama, masak bersama, melakukan segala hal bersama, ini begitu menyenangkan !

Tidakkah kami terlihat begitu serasi ? Tidakkah kami cocok jadi lebih dari sepasang kekasih ?

Harry sangat manis, dan dia membuatku berubah sedikit demi sedikit. Dia seperti narkotika untukku.

Matanya, hidungnya, bibirnya, pipinya rambutnya, tubuhnya, semua adalah heroin bagiku. Dia juga jadi obat biusku. Dia juga vitamin ku.

Intinya, tanpa Harry aku bukan apa-apa. Aku serasa bisa mati bila tak ada Harry. Aku tersenyum mengingat bagaimana pesona lelaki kriting ini bisa menarikku begitu dalam ke hatinya dan terperangkap disana tanpa ingin keluar.

Kau tau, sebelum Harry datang ke kehidupanku aku ini hanyalah laki-laki bodoh, bajingan, yang tidak terurus sama sekali.

Ayah dan ibuku bercerai, lalu ibu menikah lagi. Ayah tiriku sangat baik dan aku menyayangi mereka. Aku punya 4 adik perempuan dan dua yang paling kecil, kembar.

Aku sayang mereka semua, tapi sayang pergaulanku yang tak diperhatikan membuatku jadi pemalas, pembakang, suka berkelahi, mudah marah, dan banyak lagi.

Aku suka membuat onar, seringkali membolos hanya untuk merokok di atap sekolah. Saat libur musim dingin, aku tidak pulang ke rumah untuk natalan bersama keluargaku. Aku lebih memilih ke club dan bersenang-senang dengan perempuan disana.

Begitu terus hingga saat Zayn datang, entah apa yang membuatku tiba-tiba tertarik padanya. Aku suka gayanya yang acuh, berantakan, tapi manis. Ia masih mau tertawa bersama kami.

Waktu itu aku sempat mabuk dan kehilangan kendali jadi aku meniduri Zayn. Dari sana aku mulai sadar kalau aku tidak tertarik dengan perempuan.

Selama ini sebenarnya aku memang tidak tertarik dengan perempuan. Aku bermain dan bersenang-senang dengan mereka itu karena orang-orang sering mengejekku tidak normal, gay, homo, bisex, dan banyak lagi.

Aku mulai risih dan takut dibenci jadi aku menjadi brutal dan melakukan hal tidak benar.

Tiba-tiba Harry datang dan entah mengapa dia begitu baik. Dia sering kubentak tapi dia tetap mendekatiku. Orang-orang lain saja menjauhiku kecuali Liam, Niall, dan Zayn.

Harry berbeda. Ia menolongku berubah menjadi lebih baik. Tiap kali di dekat Harry rasanya dunia ini sangat tenang. Tiap kali bersama Harry, aku merasa aku tidak akan dihakimi orang-orang. Tiap kali bersamanya, aku jadi berani menatap siapa diriku dan mulai menerima diriku apa adanya.

Aku tidak mau kehilangan Harry. Aku akan terus bersamanya. Mulai sekarang sampai kapan pun. Aku ingin terus memeluknya saat malam, menciumnya tiap pagi, dan menggenggam tangannya kala senja tiba.

Tidakkah begitu indah bersamanya ? Aku mencintaimu, dan aku memilih berhenti berjalan karena aku sudah menemukan rumahku.

My home is in your eyes, Harry Edward Styles. I love you, always.

Stuck in Love [Larry Stylinson]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang