Author's POV
Malam itu Harry, Louis, Zayn, dan Perrie benar-benar pergi ke ruang bawah tanah. Semua orang sudah tidur jadi tidak ada yang tau keberadaan mereka bereempat disana.
"Ada apa ini ?" Ucap Louis berbisik.
"Kita harus melarikan diri dari sini. Alexis tengah mengicar kita dan ini bahaya." Jawab Zayn.
Harry merengut bingung karena Alexis sahabat kecilnya tersangkut masalah yang ia sendiri masih belum paham.
"Ada apa dengan Alexis ?" Tanya Harry.
"Dia datang bukan tanpa alasan, Harry. Dia ingin menjadikanmu miliknya dan menghancurkan Louis. Sementara aku tengah dicari juga oleh saudaraku jadi kita harus lari." Jelas Perrie.
Harry menganga tak percaya tapi ia juga tidak mau hal buruk terjadi.
"Sekarang begini, ambil semua barang kalian lalu kembali kemari tepat pukul 1 pagi. Jangan sampai menimbulkan suara. Kita akan kabur ke rumah ibuku." Ujar Zayn.
Semua mengangguk mengerti, akhirnya Louis dan Harry mengendap endap kembali ke kamar dan meringkas pakaian mereka. Sementara Zayn dan Perrie yang sudah menyiapkan diri dari tadi, pergi mengendap-endap untuk membeli snack.
Tepat pukul 1 pagi, mereka semua keluar dari rumah besar Simon dan kabur lewat tepian hutan. Tidak ada yang tau perihal kepergian mereka berempat yang sudah pasti akan memberikan banyak tanya.
Harry's POV
Kami sudah berada di penghujung jalan setelah berjam-jam menelusuri hutan malam.
"Kita ada dimana sekarang ?" Tanya Louis.
"Bandara, kita sudah dibandara dan pesawat kita akan membawa kita kabur." Jelas Zayn.
Semua menghela napas lalu menyebrang ke arah bandara dengan tiket dan paspor ditangan masing-masing, kami semua akhirnya masuk ke dalam pesawat dengan tenang.
Bayangan kebingungan masih menghantui tapi kami harus cepat bergerak. Ada perasaan tidak percaya, merasa bodoh, dan banyak lagi menghantui otakku.
Louis menggandengku masuk ke dalam pesawat dan kami duduk disana dalam diam. Tidak ada perasaan tenang saat itu. Semua terasa belum bersih.
Aku berusaha untuk tenang sekalipun sebenernya terlalu gelisah untuk duduk tenang. Louis sudah mulai merapatkan matanya untuk tidur sementara aku menyenderkan tubuhku di kursi sambil memutar lagu.
Aku tidak tau apa yang akan kami lakukan di Copenhagen setelah sampai. Masih terlalu pusing untuk memikirkan hal-hal yang menimpa kami beberapa jam terakhir ini jadi lebih baik beristirahat saja saat ini.
Sambil memejamkan mata dan mendengar lagu, aku membayangkan bagaimana Copenhagen itu.
Apakah disana akan benar-benar bisa membuatku nyaman atau justru akan semakin memburuk ?
Oh Tuhan kumohon lancarkanlah hari-hariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Love [Larry Stylinson]
Fanfictioncinta adalah sebuah anugerah, cinta adalah kasih mesra yang di hadirkan Tuhan. Cinta dilahirkan berpasangan laki-laki dan perempuan. tapi bagaimana jika cinta itu mencintai sesamanya ? jika kau jijik dengannya maka lihat Tuhan yang justru memberkati...