39

1.3K 105 11
                                    

Dua hari setelah pesta berakhir, Louis dan Harry memutuskan kembali ke Copenhagen.

Terkejut bukan main begitu mereka berdua menemukan Liam, Niall, dan Zayn sudah duduk manis di sofa rumah Zayn.

"Kalian ?" Satu kata terucap dari mulut Louis dengan kebingungan penuh.

"Ya kami kesini. Jangan tanya kenapa, Zayn mengijinkan kami !" Niall menjawab dengan ketus.

Harry memeluk mereka semua detik itu juga. Rindu akan persahabatan yang sempat hilang.

"Oh God, Harry ! Rambut sudah makin panjang." Ujar Liam lalu tertawa.

"Astaga kalian asik berpelukan dan melupakan aku yang berdiri bodoh disini !" Gerutu Louis.

"Eh ?" Semua menoleh ke arah Louis.

"Bukannya kau sudah bodoh sejak lama ? Baru sadar ?" Sindir Zayn dan semua tertawa terbahak-bahak.

"Dasar kaliannnn !!!" Teriak Louis sebal dan ia menghambur ke teman-temannya lalu memukul mereka satu persatu.

Mereka bercanda seharian, mengobrol, bermain bersama melepas rindu satu sama lain sampai malam. Sekarang mereka tengah duduk di depan api unggun yang mereka buat di belakang halaman rumah Zayn.

"Aku ingin memberi tau kalian sesuatu.." Ujar Niall tiba-tiba dan semua menatap Niall dengan tanda tanya.

"Cepat bicaralah, Ni. Kami sudah menunggumu bicara." Ujar Zayn tidak sabaran.

"Baiklah, jadi begini. Ak-aku akan menikahi Cara bulan depan." Ujar Niall dan semua membuka mulut tak percaya.

"Ak-aku, ak-akan segera menjadi Ay-ayah.." Ujar Niall dengan takut.

Hening menyelimuti udara yang dingin. Semua merasa kaget tapi juga berbahagia.

"Congratulation, Niall !!!" Teriak Louis lalu memeluk sahabat pirangnya itu dengan sayang.

"Aku tak mengira kau mendahului kami semua !" Liam ikut memeluk Niall.

"Cara hamil ?" Ujar Zayn polos dan semua kembali duduk untuk mendengarkan cerita Niall.

"Ya, begitulah. Tidak bisa diceritakan, intinya anak di kandungan Cara adalah anakku. Ia sudah mengandung 3 minggu. Kami sudah merencanakam pernikahan ini dan undangan sudah dibuat. Keluarga kami sudah tau semua." Cerita Niall.

Semua menatap Niall dengan tatapan tak terbaca. Mereka tak menyangka sahabat yang paling konyol dan kekanakan itu berani mengambil keputusan untuk bertanggung jawab. Terlihat cinta dan kasih dimata Niall untuk Cara dengan dalam dan tulus.

"We're so proud of you, brother.." Ujar Harry dan mereka pun kembali berpelukan.

Malam menjemput, gelap menyelimuti langit. Malam itu semua tidur di tenda. Zayn tidur bersama Perrie di tendanya. Cowok itu tak bisa jauh dari calon istrinya. Ia sangat menyayangi Perrie.

Liam dan Niall setenda sementara Harry dan Louis juga setenda. Kedua insan yang di pucuk asmara itu tak kunjung tidur. Mereka memilih keluar dari tenda dan bicara.

"Lou ?" Harry bersuara, yang dipanggil menoleh sambil tersenyum tipis.

"Yes love ?" Ujarnya. Harry menutup matanya meyakinkan diri.

"We can't go again. I'm done here, Lou. Aku tau suatu saat nanti kau akan mencari wanita pujaan hatimu dan akan melupakanku." Ujar Harry berhasil.

Louis menatap tak percaya dengan apa yang dikatakan kekasih yang selama ini ia jaga dan banggakan.

"What's now, Haz ?! What's now ?! You say you love me but this is what you've done to me ?! Fuck hell you, mother fucker !" Louis sudah buta dengan sakit hati.

Hatinya remuk dan hancur. Ia tidak peduli dengan perasaan Harry yang sangat sakit untuk mengatakan semuanya. Harry menangis deras sementara Louis tak mengucap sepatah kata pun dan pergi.

Rumah yang sudah mereka tata di Copenhagen membuat keadaan makin parau. Louis menitikan air mata di dalam rumah. Ia mengemas semua barangnya dan mengambil penerbangan malam itu.

Tidak peduli lagi dengan Harry yang mengejarnya hingga ke bandara. Louis tak ingin menoleh ia menyumpal telinganya dengan lagu sendu milik Bruno Mars-It Will Rain.

Harry berteriak saat pesawat Louis mengudara. Semua orang menatap Harry dengan kasihan. Cowok itu menangis tersedu-sedu.

Ia kembali ke rumah dengan hati hampa. Kini tujuan berhasil. Ia putus dan mantan kekasihnya tak mendengar alasannya.

Louis tidak akan pernah tau kejadian selanjutnya. Karena ia pergi jauh menghindar dan terpuruk.

Harry berjalan dengan mata buram. Air mata mengering di pelupuk matanya. Tak melihat sedan putih dengan pengemudi mabuk melaju dari arah berlawanan.

Tabrakan pun terjadi tepat kurang beberapa rumah dari rumah Zayn. Semua orang yang mendengar tabrakan malam itu bangun.

Sang pengemudi yang ternyata perempuan menghantam setir ke pohon dan pingsan tak sadarkan diri. Sementa Harry terpental dan kepalanya terbentur batu besar.

Sungguh mengenaskan. Sayang Louis lah penyebab utamanya.

Zayn, Liam, dan Niall berlari di rumah sakit menghantar Harry dan si gadis mabuk yang menabrak Harry menuju ruang UGD.

Keduanya di tangani oleh dokter dan operasi terjadi. Tidak ada yang tau, bahwa benturan keras itu membuat koma Harry sebulan penuh. Tak ada kemajuan dari Harry.

Si gadis yang menabrak Harry sudah pulih dan gadis itu menjenguk Harry setiap hari. Gadis itu terus berdoa untung pria ikal tak dikenalnya yang sudag sebulan koma.

Louis menghabiskan waktu di bar. Sex ia lakukan dengan sembarangan tak peduli laki-laki atau perempuan. Tubuh laki-laki itu mengurus dan wajahnya nampak tak terawat.

Ia terlihat seperti bajingan. Hari dimana pernikahan Niall dengan Cara, ia tidak hadir. Alasannya ia masih sakit hati dan ingin menghindari Harry.

Padahal Niall sudah bilang bahwa Harry tidak ada. Harry sedang sakit. Tapi Louis tak percaya. Ia berpikir sahabatnya pasti berbohong.

Hingga akhir 8 berlalu tak ada perubahan dari Louis. Ia tidak akan pernah tau, karena ia sudah memutuskan menutup dirinya dan menjadi dirinya yang kasar dan buruk seperti pertama kali.

Ini yang kau lakukan padaku. Aku membencimu dengan segala alasanmu. Bila kita bertemu, pastikan kau jangan berkata di hadapanku. Karna aku akan gugur ketika kau ada -Louis.

Stuck in Love [Larry Stylinson]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang