Author's POV
Perjalanan ke Copenhagen membutuhkan waktu lama dan syukurlah Zayn, Perrie, Louis, serta Harry sampai disana dengan selamat.
Zayn langsung mencari sosok perempuan yang selama ini ia panggil mama di kerumunan orang banyak.
"Mommy !!" Teriak Zayn senang.
Saking rindunya, ia memeluk ibunya erat, lupa kalau ia membawa tiga temannya.
"Sayang, lepaskan Mom ! Mom sesak napas !" Tirsha ibu Zayn bicara dengan sayang.
"Maaf Mom. Ah Mom, kenalkan dulu, ini Harry, ini Louis, mereka sahabat-sahabatku, dan ini Perrie, kekasihku." Ujar Zayn.
Tirsha terkesiap melihat putranya itu sudah memiliki kekasih yang cantik jelita dan terlihat sangat baik. Perrie menyalami ibu Zayn lalu memeluknya dengan sayang.
Bagaimana pun, ia juga rindu pelukan seorang ibu.
"Baiklah, kita lanjutkan ramah tamahnya di rumah saja. Ayo sekarang kita pulang." Ujar Zayn.
Mereka berlima pun akhirnya pergi dari bandara.
Tidak seperti yang Harry bayangkan, Copenhagen begitu indah dan udaranya sangat sejuk. Banyak orang bersepeda di jalur yang sudah disediakan. Disana juga disediakan sepeda khusus. Tinggal memasukan beberapa koin lalu sepeda itu sudah bisa digunakan.
Mereka juga taat akan peraturan lalu lintas. Setidaknya Copenhagen jauh lebih tenang dan nyaman. Jalanan banyak dilalui sepeda. Jarang sekali orang akan naik kendaraan pribadi seperti mobil dan motor kalau tidak di jalan raya.
Begitu menikmati pemandangan kota Copenhagen mampu membuat Perrie juga ikut terkesima.
Jelas saja Zayn mengajaknya kemari. Kota ini punya kemistri dan jiwanya sendiri. Tiap orang yang datang akan diberi kenyamanan. Disini juga ia bisa mengenal keluarga Zayn lebih dalam. Banyak waktu juga bisa ia pakai untuk lebih memahami kehidupan Zayn silam.
Louis tidak bisa berhenti tersenyum, melihat kekasihnya yang tampan sekaligus cantik itu begitu menikmati pemandangan.
Louis merasa senang karena keberadaan mereka disini jauh dari orang-orang yang ingin merusak hubungannya dengan Harry. Bagaimana pun juga ia akan tetap menjaga hubungan yag sudah terbentuk ini.
Louis's POV
"Sssttt, sayang, bangunlah. Kita sudah sampai." Ujarku lembut.
Harry baru 30 menit yang lalu tertidur dan aku sudah membangunkannya.
Ya kami sudah sampai di rumah keluarga Zayn. Kami sekarang tengah menurunkan semua barang-barang kami dari mobil.
"Nah, Harry, Louis yang disebelah kiri rumah, itu adalah rumah kalian. Mom sudah bersihkan rumah dan menata ulang sehingga bisa kalian pakai selama disini." Jelas Mom Tirsha.
"Ah Mom baik sekali, sebenarnya kami lebih baik menyewa apartment bila merepotkan Mom begini." Ujarku tidak enak.
"Jangan begitu, agap saja aku juga ibumu. Lagipula aku sudah mendengar banyak cerita tentang kalian semua dari Zayn jadi kalian sudah kuanggap seperti anak sendiri." Ujarnya.
Aku dan Harry menatap Mom Tirsha penuh rasa terima kasih dan sayang. Harry lalu memeluk Mom Tirsha untuk sekedar berterima kasih lagi lalu kami masuk ke rumah tersebut.
Kubuka pagar rumah lalu kubuka pintu rumahnya. Terlihat rumah minimalis yang rapi dan indah begitu mempesona.
Dibalut dengan dinding cat berwarna biru putih sekaligus banyak hiasan dinding dan juga pigura pemandangan indah menggantung disana.
Harry tersenyum lebar melihat keindahan rumah ini. Ia menoleh padaku lalu memelukku, membuatku sedikit terkesiap dan bingung.
"Ada apa cintaku ?"
"Hmm, entahlah, rasanya aku begitu senang hari ini. Kukira perjalanan ini akan begitu menyedihkan tapi aku salah. Semua ketakutanku sudah hilang begitu melihat keindahan kota ini, keramahan dan kebaikan sebuah keluarga, dan juga aku sangat senang karena detik detik yang akan berlalu nanti akan kita habiskan bersama. Tidakkah itu indah, Lou ?" Ujar Harry panjang membuatku terkekeh.
"Yaampun sayang, ucapanmu menggambarkan kebahagianmu sekarang dan dengan kau tersenyum saja aku sudah bisa merasakan kebahagiaanmu. Hey, dengarlah sayang, jangan pernah takut selama aku bersama denganmu. Selama aku ada disampingmu, kau akan baik-baik saja bersamaku."
"Tapi tetap saja aku cemas. Bagaimana bila mereka mengetahui keberadaan kita disini ? Meneror kita ? Mencelakai keluarga salah satu dari teman teman kita atau bahkan keluarga kita sendiri ?!" Harry mendadak murung.
"Hey, listen to me. Segala cara akan kita kerahkan dan lakukan untuk membuktikan pada dunia bahwa kita layak bersama dan kita akan menjaga terus hubungan ini."
"Lou, aku mencintaimu. Terima kasih karena telah meyakinkan ku terus untuk segalanya. Terima kasih sudah membuatku tersenyum." Ujat Harry.
Wajah kami saling berdekatan menatap dalam bola mata satu sama lain. Mencari ketenangan disana dan menenggelamkan seluruh kepercayaan yang kami buat disana.
"Aku lebih lagi mencintaimu. Jadi kumohon dengarkan aku, agar tetap dan selalu berada disisiku kapanpun mimpi terasa jauh. Berjanjilah sayang.."
"Ya aku berjanji.."
Lembutnya bibir manis itu kini terasa begitu nyata lagi. Tak sanggup rasanya menahan seluruh gejolak cinta dihadapan sang kekasih.
Tangan kami saling bertautan memberi kekuatan satu sama lain. Berpegangan erat meyakinin bahwa cinta kami akan terus kami perjuangkan.
Kepercayaan melebur dalam tatap, kesetiaan tercipta dalam tautan hati, bibir menyatu seperti ilusi, serta cinta tercipta didalam kesunyian abadi, yang hanya aku dan kamu mengerti.
-bacanya awas baper. Bernapas kawan bernapas 😂.
-maaf ya update lama, menjelang ukk soalnya jadi tugas dan ulangan luar biasa wtf.
-jumat depan ditunggu ya !
-happy reading
-VOTES AND COMMENTS
-HALELLUYAH
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Love [Larry Stylinson]
Fanfictioncinta adalah sebuah anugerah, cinta adalah kasih mesra yang di hadirkan Tuhan. Cinta dilahirkan berpasangan laki-laki dan perempuan. tapi bagaimana jika cinta itu mencintai sesamanya ? jika kau jijik dengannya maka lihat Tuhan yang justru memberkati...