Part 15

2.4K 216 19
                                    

Liam's POV

Aku terbangun dari tidur ku, ku kerjap-kerjapkan mataku dan aku menyadari aku tidak ada di kamar asramaku lagi.

Hari pertama, berada di luar asrama. Itulah satu kalimat yang bisa diutarakan. Huh, kulihat ke kanan ke kiri sangat sepi. Zayn tidak ada juga, kemana dia ?

Kulangkahkan kakiku ke jendela lalu membuka nya agar udara segar bisa masuk, kurasakan angin menerpa kulit wajahku yang baru bangun tidur.

Ah berlebihan sekali ya :D

"Li, sedang apa ?" Suara Niall mengagetkanku.

"Nah, kau sedang apa juga disini ?" Aku bertanya balik dengan wajah datar.

"Aku mau mengajakmu sarapan pagi ! Oh, kalau kau menunggu Zayn, dia sudah di bawah dari pagi tadi bersamaku. Ayo cepatlah, jangan sampai membuat yang lain menunggu." Niall berkata panjang lalu menarik tanganku.

Padahal aku belum mandi, duh kan bau kalau belum mandi. Aish, ya sudahlah.

Begitu sampai di ruang makan, terlihat Zayn dan Harry sedang asik di dapur mengangkat hidangan ke meja makan. Sementara Louis mengawasi Harry dengan tajam dari tempat dia duduk.

Ada apa dengan bocah itu ? Jangan bilang ia masih cemburu juga pada Zayn karena kemarin ?

"Hey !" Aku mengageti Louis dan benar saja ia langsung memukulku karna ia kaget.

"Bodoh ! Kenapa mengagetiku begitu hah ?!" Louis berkata sambil marah marah.

Dasar sensitif!

"Biasa saja, tak perlu marah-marah ! Eh, omong-omong kenapa kau menatap Harry seperti itu ?" Aku bertanya.

Niall menyusulku duduk di samping Louis sambil menuangkan jus jeruk untuk kami semua.

"Seperti apa hah ?!" Sinis lagi dia.

"Ya ampun Lou, kau masih marah pada Harry karna kemaren ia asik terus dengan Zayn ? Pencemburu sekali kau ini ! Dia kan hanya mengobrol, untuk apa kau cemburu ?" Aku berceloteh lalu tertawa.

"Ha ! Liam benar, untuk apa kau cemburu pada Zayn ? Lagipula Zayn kan straight !" Niall ikut menimpaliku lalu kami tertawa bersama.

"Hey, jangan lupakan satu hal ya ! Dia pernah tidur denganku bodoh ! -_-" louis berkata sarkastik.

Aku dan Niall merinding.

"Fuck, Lou ! Bisakah kau pelan kan suaramu ?! Kau mau Harry dengar dan sakit hati ? Kau mau Zayn menghajar mu juga hmm ? Lagian itu kan kecelakaan, dasar bodoh !" Aku berkata sarkas sekarang.

"Nah iya ! Kau ini benar benar tidak berpikir dulu sebelum bicara !" Niall menimpali ku lagi.

"Eh, kalian sedang membicarakan apa ?" Suara Harry terdengar dan benar saja laki-laki kriting cantik itu datang bersama Zayn untuk duduk bersama kami karena semua hidangan telah siap.

"Eh, bukan apa apa kok, hanya membahas bagaimana tempat kerja kita nanti dan dimana nanti kita akan ditempatkan Simon saja." Niall menjawab, huh syukurlah.

"Ah, iya benar itu, eh sudah ayo kita makan, setelah ini kan kita harus bersih-bersih !" Aku kali ini bicara dan tidak ada yang membantah lagi.

Kami pun makan hingga selesai kemudian Niall mencuci semua piring kotor dan membersihkan sisa sisa makanan.

Sementara aku dan Louis pergi mengambil pel untuk mengepel lantai satu. Kami harus membagi tugas sesuai perintah Simon kemarin malam.

Huh, kau benar jika berkata ini menyusahkan karna jujur ini sebenernya sangat melelahkan dan menyebalkan.

Kami tidak biasa bekerja pekerjaan rumah begini. Kami anak anak yang sering berada di luar rumah berkeliaran bebas mencari kesenangan.

Kami masuk asrama juga kami tidak pernah bekerja pekerjaan rumah seperti ini. Huh, ini cukup menyebalkan tapi ya, aku harus dewasa.

Harry's POV

Aku tengah menata ruang perpustakaan yang seruangan dengan ruang santai.

Buku buku disini banyak sekali, bahkan letaknya hampir menyentuh langit langit atap. Nampaknya Simon dan keluarga nya suka membaca makanya buku disini sangat banyak.

Aku membersihkan rak nya kemudian menata kembali buku bukunya hingga rapi. Setelah selesai aku pergi ke belakang untung menjemur pakaian yang sudah di cuci miliku dan Louis.

Omong-omong soal Louis, dia dari tadi menatapku dengan tajam. Aku bingung dengan kelakuannya, apa aku berbuat salah ? Mengapa ia terlihat kesal denganku ?

Baru saja aku memikirkan Louis, laki laki yang sering membuat hatiku dag dig dug itu datang ke arahku sambil membawa gunting rumput.

"Emm, hi ?" Dia menyapaku dan aku meremas bajuku sambil menunduk malu.

"Hey, aku bicara padamu Hazza, kenapa menghindariku ? Tatap aku Haz.." louis menyambung perkataannya.

Kurasakan jemarinya menyentuh daguku dan membuatku kini bisa melihat matanya yang biru itu. Ah, ya ampun aku blushing !

"Kenapa menghindari tatapanku, Haz ? Apa ada yang salah hingga membuatmu kurang nyaman ?" Louis bertanya seraya melemparkan guting rumput yang ia bawa ke tanah.

Wajah kami begitu dekat, Louis meraba lekuk wajahku membuatku merinding disentuhnya.

"Lou.. Emm.. Kenapa kau terlihat kesal dan tidak mau bicara padaku dari kemarin sore ?" Aku akhirnya mampu membuka suara.

Louis menatapku intens, hingga aku merasa di telanjangi hanya dengan tatapannya saja. Oh God, dia terlalu menawan dalam keadaan apapun !

"Bagaimana kau masih tidak sadar juga kalau aku cemburu, Harry ? Kau menghabiskan sore itu dengan Zayn bahkan pagi tadi juga, apa aku tidak boleh kesal ?" Louis mengucapkan pengakuannya aku terkesiap hingga mulutku terbuka.

"Maaf.. Aku, tidak bermaksud membuatmu cemburu, Lou.. Jika kau tidak suka aku bersamanya aku akan menjauhinya, kau tenang saja.." Aku berkata sambil menunduk lagi merasa bersalah .

"Tak perlu, Harry. Aku yang terlalu berlebihan, harusnya aku tau kau tak akan tega meninggalkanku hanya untuk bersama Zayn. Aku terlalu pendek dalam berpikir, aku minta maaf." Louis berkata lagi dan aku hanya bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan kata.

"Aku minta ma-.......

CUP !

"Ahh.."

Suara desahan keluar dari mulutku, Louis menciumi dan menggigit bibir bawahku lagi, ah ya ampun ku mohon jangan disini jangan sekarang.

Aku hendak menghindar tapi tangan Louis sudah menarik pinggangku menyatu menempel dengan tubuhnya lalu ia memegang tengkukku dan mulai menciumku.

Aku sudah tak tahan dan akupun membalasnya, kami pun hanyut selama beberapa waktu hingga akhirnya Louis menyudahi nya. Aku merasa sedikit kecewa, aku masih menginginkan nya.

"Kita lanjutkan ini nanti, honey.. Kita selesaikan dulu pekerjaan kita." Dengan ucapan terakhir itu Louis pun mengambil kembali gunting rumput, kemudian ia mencium keningku sebelum pergi.

"Sampai nanti, sayang.." Begitu ucapnya dan aku tersenyum penuh arti.

"Sampai nanti juga.." ucapku.









Panjang kannnn panjang...
Apa yang panjang (?)

Hahaha

Btw sounds nya ga nyambung masa judulnya perfect munculnya ha ha ha what makes you beautiful Wk Wk

Udah lah nikmati aja ya elemen

Happy reading yaaaa ;)

VOMMENTS !!!!

Stuck in Love [Larry Stylinson]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang