57

1.3K 132 9
                                    

Setelah makan siang, aku mengajak Leo berjalan jalan ke sekitar taman. Walaupun wajah Leo sedari tadi sangat sinis, tapi aku yakin dia juga merindukan ku. Aku 9 tahun bersamanya, dan aku tau benar sifat istriku.

"Kau harus tepati janjimu," ucapku.

"Janji apa? Yang bersama anak anak dikamar? Oh please. Kau tau aku hanya bercanda" Leo terkekeh geli.

"Kamu membohonginya. Kamu menjanjikan sesuatu yang nggak bisa kamu tepati"

"Kamu mau aku bilang kita pisah? Mereka masih terlalu kecil Niall. Apa yang harus aku lakukan, kecuali membohonginya?"

"Cam bilang kamu suka menangis. Apa yang kamu tangisi?" pertanyaan ku sukses membuat Leo terdiam.

"Kamu menangisi ku?" tanyaku lagi. Dan Leo masih saja tidak menjawab.

"Kamu bisa jujur padaku Leo. Aku tau kamu masih mempunyai perasaan yang sama denganku. Kenapa kita nggak ulang semua ini dari awal saja? Aku akan lakukan apapun untukmu,"

"I cant, Niall. Kamu nggak ngerti perasaanku"

"Aku mengerti jelas bagaimana perasaan mu. Kamu masih sedih karna aku.. Mencoba menyelamatkan mu? Coba bayangkan kalau kamu lebih me--"

"Stop it! Aku nggak mau bahas itu sekarang.."

Aku reflex ingin mencium bibirnya, tapi untung saja aku sadar sebelum aku benar benar mencium nya.

"Can i kiss you?" tanyaku sambil memegang kedua bahu nya. Leo menatap mataku.

"No, aku ingin kembali ke dalam"

Leo beranjak meninggalkan ku, tapi aku menariknya ke dekapan ku.

"I miss you Leo. Aku harap kamu kembali denganku, biar kita bersama sama lagi. Aku tau aku sangat salah, tapi kita bisa belajar dari kesalahan. Satu hal yang perlu kau tau, kita nggak bisa melakukan ini sendiri. Kita butuh satu sama lain," bisikku, masih dalam pelukkannya. Leo tak menyahut.

Aku mencium keningnya beberapa detik, dapat ku rasakan detak jantungnya yang meningkat. Ia seperti menahan semua nafsunya.

**

Saat makan malam, semua tampak berisik mengobrolkan perusahaannya. Ditambah lagi suara anak anak yang bercanda, membuat tambah ramai. Ku lirik Leo, ia sedang mengobrol dengan Eleanor. Mungkin karna aku terlalu lama meliriknya, Leo jadi sadar kalau ia sedang di perhatikan. Mereka langsung berbisik. Ku rasa mereka membisikkan ku.

"Ya, setidaknya aku nggak menggoda istri sahabatnya sendiri,"

Tiba tiba aku terpana pada obrolan Zayn dengan Liam.

"Zayn.. Kau bicara terlalu keras" nasihat Liam.

"Biarkan saja, aku nggak perduli dengan nya. Penggoda,"

Amarahku memuncak seketika. Rasanya aku ingin hantam wajahnya, dan bilang soal ia menidurkan Leo.

"Zayn! Jangan memulai" Perrie angkat bicara.

"Aku nggak ngapa-ngapain dengan istrimu, Malik! Seharusnya kamu sadar dengan perbuatan mu ke istriku!" omelku.

"Ohya? Aku nggak akan having sex dengan Leo kalau kamu nggak-- ups..."

Seketika semua menatap Zayn dengan ekspresi terkejut. Zayn sendiri yang membocorkan masalah ia meniduri Leo. Jadi jangan salahkan aku.

"Aku... Nggak percaya Zayn"

Perrie membanting sendok dan garpunya, lalu berlari ke kamar dan spontan Zayn dan Leo mengejarnya.

"Ada apa sih? Ada sesuatu yang nggak kamu ceritakan?" Tanya Liam. Aku memutuskan untuk tetap diam, tidak mau memperpanjang masalah.

❝ FAMILY ❞ [njh.agb/COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang