52

1.2K 107 5
                                    

Sepulang dari pengadilan, wajah Leo langsung berubah menjadi sedih. Begitu pula Niall. Bahkan mata Niall sedari tadi sudah berkaca kaca. Kini, mereka sudah benar benar pisah.

"Hiks," isak Leo, sontak membuat Niall menoleh ke arahnya.

"Kau kenapa menangis?" tanya Niall. Leo tak menjawab, dan langsung menghapus air matanya.

"Kau menyesal karna sudah melakukan ini?" tanyanya lagi.

"Nggak. Aku nggak menyesal. Hanya.. Senang akhirnya kita berpisah"

"Senang dengan cara menangis? How funny. Jadi kau sudah melupakan kenangan 8 tahun kita?" lagi lagi Leo tak menyahut. Keadaan hening seketika. Leo yang sibuk menyetir, tak henti nya menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Ia terus memikirkan perpisahan ini. Apa yang ia lakukan sangat kelewatan, tapi ia selalu berpikir kalau ini sama sekali tidak ada apa apa nya dengan perbuatan Niall.

Tin.....!!!!

"Ahhh!!! Shit!"

Leo segera mengerem mobilnya secara mendadak. Karna terus memikirkan Niall, ia tak sadar kalau sebuah truk sedang lewat di depannya.

"Are you okay? Let me drive" tawar Niall sambil menatap Leo. Leo menoleh ke arah Niall.

"I'm sorry. Are you hurt?" tanya Leo.

"Nope, biarkan aku yang mengemudi. Kau duduk saja di sampingku"

Niall mengambil alih kemudi.

Sesampainya di rumah, Leo langsung merapihkan barang barangnya.

"Wait... Kau mau kemana?" tanya Niall sambil memperhatikan Leo heran.

"Mau pergi. Ini rumah mu, dan kau bilang aku yang harus pergi dari sini"

"No, biar aku yang pergi"

"Is that okay?"

"Ya.. Kau stay disini saja dengan Cameron"

Niall dan Leo bertatapan beberapa detik, lalu Niall melangkah kan kakinya ke kamar Kyanna. Ia membereskan segalanya. Dan rumah yang akan Niall tempati selama mereka berpisah adalah rumah yang dulu Niall pernah rancang untuk Leo saat ulang tahunnya.

"Maafin daddy, Kyanna, Cameron. Daddy harus misahin kalian" isak Niall sambil menatap bingkai foto kedua anaknya.

"Hei, barang barangmu sudah ku rapihkan. Mau ku bantu merapihkan barang Kyanna?" tiba tiba Leo datang dan duduk di tepi ranjang Kyanna.

"Sudah selesai kok"

"Okay. Aku akan jemput anak anak"

"No! Aku yang jemput Kyanna"

"Why?"

"Kita nggak bisa misahin mereka terang terangan. Bisa bisa Kyanna marah dan masalahnya lebih sulit lagi"

"Baiklah..."

Niall menghela nafas, lalu ia mengambil segala barang barangnya. Meninggalkan rumah ini sangat sulit bagi Niall. Tapi ia tak bisa berbuat apa apa lagi. Semua sudah terjadi, dan Niall mau tak mau harus menerima keadaan ini.

**

"Daddy, kita mau kemana sih? Terus kok Cameron nggak ikut dengan kita?" tanya Kyanna.

"Uhm.. Kita pindah rumah, sweetie" jawab Niall lembut sambil mengelus anak perempuannya.

"Pindah? Kemana? Kok pindah? Memang kenapa dengan rumah kita yang dulu?"

"Nggak apa kok. Tapi daddy mau pindah saja berdua denganmu"

❝ FAMILY ❞ [njh.agb/COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang