50

1.2K 112 4
                                    

"Niall, apa yang kau lakukan?" tanya Leo.

"Kau sudah bangun? Aku hanya bicara sebentar dengan Cameron," jawabku panik.

"Apa yang dia katakan?"

"Dia masih marah. Bagaimana kalau kamu buatkan sarapan?"

"Okay"

Leo berjalan meninggalkan ku, dan aku bernafas lega. Aku tidak boleh bertingkah seperti ini di depan Leo, ia pasti akan bertanya ada apa dengan ku. Mungkin aku harus berbicara dengan Perrie?

**

"Niall, bisa kau panggilkan Cameron? Suruh dia kebawah untuk makan siang"

"Okay,"

Aku berjalan menuju kamar Cameron. Aku tak yakin dia mau menemuiku. Dia pasti masih marah dengan ku.

Tok... Tok...

"Cam? Bisa kau buka pintunya?" panggilku. Tapi tak ada sahutan.

Tok... Tok...

"Ayolah, Cam. Kita bisa bicarakan ini,"

Krek,

"Cam! Akhirnya kau keluar juga"

"Mau bicara apa lagi?" tanya Cam polos.

"Kau belum sarapan dari pagi, nanti kamu sakit"

"Don't act like you are care"

"Tentu, aku perduli dengan mu. Kau anakku"

"Tapi kau nggak sayang dengan ku"

Saat Cameron ingin menutup pintu, aku menahannya. Aku masuk ke kamar Cam, lalu membekap mulutnya, mengunci pintu kamarnya.

"Dad! What are you doing?!" protes Cameron.

"Look. Kamu tau kan masalah tadi pagi nggak seharusnya mommy dengar? Kamu juga nggak mau kan kalau dad sama mom bertengkar?"

"Ya! Aku ingin kalian bertengkar. Jadi dad bisa tau bagaimana rasanya sendirian!"

"Kamu jadi liar seperti ini karna aku nggak memperdulikan mu selama mom di rumah sakit? Kamu tau siapa yang ada di rumah sakit? She's your mother. She needs me. Nyawa dia akan jadi taruhannya. Apa kamu mau nggak memiliki ibu lagi? Soal adik, daddy janji akan memberikan mu lagi, bahkan lebih dari satu. Tapi please, don't let her know about this. I'm begging you..."

Cameron terdiam, ia tak mau menatap mataku.

"Sudahlah. Aku lapar lagipula" ucap Cameron sambil berjalan keluar kamar.

Seusai makan siang, aku kembali mengobrol dengan Leo di kamar. Aku tak mau Leo terlalu dekat dengan Cameron, karna itu bisa membuat Cameron membocorkan rahasiaku.

"So, gimana si Cameron?" tanya Leo sambil menguncir rambutnya.

"He's good. Tapi ku rasa memang lebih baik kita masukkan dia ke asrama"

"Niall, no. Itu hukuman paling berat. Kita masih bisa maafin dia, mungkin dia memang lagi melewati masa sulitnya"

Aku mengelus perut Leo, dan menatap matanya.

"What?" Tanya Leo.

"Aku ingin ke rumah Zayn"

"Untuk apa?"

"Ada keperluan yang ingin aku bicarakan"

"Hmm, okay. Just take care"

"I will"

Aku mencium Leo, lalu bersiap. Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Perrie dan bicara soal Cameron. Ia tau apa yang seharusnya ku lakukan.

**

❝ FAMILY ❞ [njh.agb/COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang