48

1.2K 105 6
                                    

Pagi ini, aku sedang ikut sarapan bersama di panti asuhan. Suasana nya damai sekali. Anak anak tertawa lepas, seperti tidak ada beban sedikit pun. Padahal, mereka tak lagi mempunyai orang tua.

"Niall? Mau ku ambilkan nasinya?" tanya Amanda.

"Oh sure, thanks"

"Aku senang melihat anak anak disini. Mereka selalu tertawa. Padahal anak anak yang masih mempunyai orang tua dan hidup mewah pun, belum tentu dapat berbahagia seperti mereka"

Amanda seperti mendeskripsikan hidupku. Aku memang mempunyai segalanya, tapi aku tak mempunyai kebahagiaan. Mereka jauh lebih beruntung daripada ku.

"Uncle Niall, apa kau akan mengadopsi Brianna? Ku lihat kau dekat sekali dengannya?" tanya seorang anak perempuan. Aku melirik Brianna, dan ia menunduk.

"Um... Ya i hope so. Tapi aku harus bicarakan hal ini dulu dengan istri dan anak anakku" jawabku gugup.

"Brianna nggak mood makan,"

Brianna bangkit dari kursinya, lalu berlari ke taman. Aku yang merasa bersalah, jelas mengejarnya.

"Brianna! We should talking about this" ucapku sambil terengah engah. Ia berlari cukup cepat, membuatku lelah.

"Do we?" tanya Brianna tanpa menatapku.

"Ya we do. Kau tiba tiba marah saat aku menjawab soal adopsi. Kau marah marna aku nggak mengadopsi mu?"

"Why should I? Lagipula aku senang tinggal di panti asuhan. Aku nggak butuh kasih sayang mu kok"

"Kenapa kamu lari? Seperti kamu marah dengan ku"

Brianna menarik nafas dalam dalam, lalu menghadap ku dengan matanya yang berkaca kaca.

"Aku nggak marah, Niall. Aku nggak mungkin bisa marah. Aku cuma.. Senang karna kamu mau menjadi teman terbaikku. Nggak ada yang bicara denganku sebelumnya, kecuali kamu. Makasih buat semuanya. Ku harap kita masih bisa bertemu lagi" jelas Brianna dengan suaranya yang lirih.

"Tentu. Aku janji, aku akan kesini lagi minggu depan. Aku akan membacakan mu dongeng, dan kita bermain seperti biasa. Okay?"

"Thanks Niall,"

Brianna memelukku.

Pukul 9, aku izin pulang. Aku tak pamit dengan Brianna, karna ia sedang sekolah. Alhasil, aku hanya menulis sebuah surat untuknya.

**

"Kyanna? Cameron?" panggilku sambil menelusuri kamarnya.

Bodoh. Mereka pasti sedang sekolah

Aku merebahkan tubuhku di sofa sambil memejamkan mata. Akhirnya, aku bisa beristirahat juga.

Beberapa menit kemudian, aku merasa seseorang datang dan duduk di sebelahku. Karna penasaran, ku buka mataku.

"Niall"

"Fuck! Liam! Kau membuatku terkejut!"

Aku terkejut ketika melihat Liam sedang minum coffee di sebelahku.

"What? Aku tadi mengantar anakmu ke sekolah sesuai permintaan mu di SMS kemarin. Dan aku tunggu dirumah mu untuk berjaga jaga kalau kau nggak bisa menjemput mereka saat pulang sekolah" jelasnya.

"I'll pick up them," sahutku sambil kembali memejamkan mata.

"Leo mencarimu,"

"You are joking"

"Niall, dia benar benar mencarimu. Kamu nggak menemuinya selama 3 hari. She needs you"

"She needs to fight with me"

❝ FAMILY ❞ [njh.agb/COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang