Semenjak kejadian waktu itu dan sampai saat ini, Tania tak henti-hentinya menangis dan dia selalu memikirkan semua perkataan yang diucapkan oleh Harry waktu itu.
Tania masih saja tidak menerima bahwa dia dan Harry sudah berakhir, bahwa hubungannya dan Harry sudah berakhir.
Tania merasa frustasi dengan semua perkataan yang dikatakan Harry waktu itu. Setiap kali dia melihat Harry dan Kate yang sedang bersama, perasaannya langsung terasa hancur.
Saat ini yang dia pikirkan hanya cara yang harus dia lakukan agar Harry bisa kembali menjadi miliknya lagi. Hanya hal itu yang selalu ada dipikirannya saat ini.
Sampai pada saat di kampus, dia melihat Harry yang sedang duduk sendirian di kafetaria. Tanpa pikir panjang Tania pun langsung melangkah kearahnya.
"Harry?" Ucap Tania, dan Harry pun langsung mendongakkan kepalanya, seraya mulai menatap Tania dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Hmm...bisa kau ikut denganku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi." Balasnya, seraya mengalihkan pandangannya itu.
"Harry, please. Just a few minutes." Ucap Tania, seraya memohon.
Sedikit menoleh, Harry pun menghela nafasnya cukup panjang, dan mulai mengangguk.
"Baiklah, ikut denganku." Ucap Tania, seraya mulai berjalan, dengan Harry yang mengikutinya dari belakang.
Tania membawa Harry menuju halaman belakang kampus dan dia pun mulai mendudukki salah satu bangku.
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Kau duduklah dulu." Ucap Tania dan Harry pun mulai duduk dengan jarak yang sedikit jauh.
Tania melihat kearah Harry sebentar dan mengalihkan pandangannya, kemudian menghembuskan nafasnya.
"Kau tau kan, selama hampir satu setengah tahun ini aku tinggal di Australia?" Ucapnya dengan memberi jeda sedikit pada perkataannya. Dan Harry yang berada di sampingnya hanya tampak terdiam.
"Dan selama di sana aku tinggal di Sydney. Dan satu hal yang aku suka ketika tinggal di sana adalah, pada malam hari kondisi kota terlihat begitu indah, dengan berbagai macam lampu yang berkerlap-kerlip menyinari kota. Dan pada saat melihat keindahan itu di depan mataku, ada satu hal yang selalu aku bayangkan..." ucapnya lagi, yang kembali memberi jeda. Dan Tania tampak sedikit menoleh kearah Harry, yang tampak terdiam dengan pandangan lurus ke depan. Dengan sedikit menghela nafasnya, dia kembali mengalihkan pandangannya dan kembali untuk berbicara.
"Yang selalu aku bayangkan adalah kau. Aku selalu membayangkan akan dirimu yang berada di sisiku, dengan kita berdua yang sedang menatap lurus kearah pemandangan kota Sydney yang begitu indah. Tapi setelah membayangkan hal itu, pasti aku akan berakhir dengan menangis. Dan jika ada kau di sisiku pada saat itu, mungkin kau akan segera menghapus air mataku. Tapi sayangnya, kita berada di benua yang berbeda pada saat itu...."
"Kau tau Harry? Setelah kejadian waktu itu aku sempat ingin bunuh diri karena terlalu frustasi, karena kau yang tidak mau mendengarkan penjelasanku, tentang yang sebenarnya terjadi. Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke Australia untuk menenangkan diriku di sana. Dan berharap setelah aku sudah merasa lebih baik, aku akan kembali ke London, dan bisa memulai kembali hubunganku denganmu dari awal. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kenyataan yang terjadi begitu berbanding terbalik dengan apa yang aku bayangkan." Ucap Tania panjang lebar, dan dia sedikit terkekeh pada akhirnya. Dan Harry yang sejak tadi masih terus diam, mulai sedikit menghembuskan nafasnya berat, karena sepertinya dia tau akan kemana pembicaraan ini berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionMaddlyn Kate Anderson, atau yang biasa disapa Kate, selalu merasakan suatu hal yang aneh semenjak dia bertemu dengan seorang pria yang selalu menatapnya dingin. Dia selalu merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan setiap kali dia sedang...