Hari ini Harry kembali menjemputku. Dia mulai melakukan ini lebih tepatnya semenjak beberapa hari yang lalu, Harry mulai rajin menjemput dan mengantarkanku pulang.
Aku sudah bilang kepadanya untuk tidak usah menjemput dan mengantarku pulang, tapi dia tetap bersikukuh dan lagi-lagi alasannya adalah dia ingin melindungiku.
Semenjak kejadian-kejadian yang terjadi kepadaku beberapa waktu lalu, Harry memang semakin protective kepadaku. Dengan dia yang selalu menjemput dan mengantarku, dan juga dia selalu bertanya kepadaku soal apakah ada yang terjadi kepadaku? Apakah Eric mendekatiku? Dan masih banyak lagi.
Bisa dibilang sikapnya ini terlalu berlebihan. Tapi menurutnya ini sama sekali tidak berlebihan, dan karena dia sendiri yang mau melakukannya, jadi aku menerima saja perlakuannya ini.
Bicara soal perasaanku kepadanya, walaupun aku sudah merasa bahwa Harry memang tepat untukku dan aku juga merasa bahwa aku menyukainya. Tapi sampai saat ini aku masih belum berani untuk menjawab pertanyaannya waktu itu, karena memang masih ada yang membuatku bingung yaitu, soal Tania.
Aku masih memikirkan tentang perasaan Tania kepada Harry, sehingga aku harus berpikir dua kali untuk menjawab pertanyaan Harry waktu itu.
"Kate?" Ucap Harry yang menyadarkanku. Aku pun menoleh kearahnya.
"Ya, ada apa?"
"Kau sedang memikirkan apa? Sedari tadi aku lihat kau melamun terus." Ucap Harry seraya menoleh sebentar kearahku, karena dia masih harus memfokuskan pandangannya kearah jalan.
"Tidak, aku tidak melamunkan apapun. Aku hanya sedang melihat keluar jendela saja."
"Kau yakin?"
"Iya, Harry."
"Ya sudah, jika kau memiliki suatu masalah beritahukan kepadaku." Ucap Harry dan aku hanya menganggukkan kepalaku.
**
Berjalan berdampingan dengan Harry di koridor menuju kelas kami, membuat beberapa mata menatap kearah kami. Bahkan sampai ada yang berbisik.
Memang, semenjak kejadian di kafetaria waktu itu aku, Harry, dan Tania mulai menjadi pusat pembicaraan sampai saat ini. Awalnya aku merasa risih karena dibicarakan sana-sini, tapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa dan menganggapnya sebagai angin lalu.
"Kate, aku ada urusan dengan salah satu dosen. Jadi kau ke kelas duluan saja, tidak apa kan?" Ucap Harry seraya berhenti berjalan dan menghadapkan tubuhnya kearahku.
"Ya, itu tidak masalah untukku. Uruslah urusanmu itu, aku akan ke kelas duluan."
"Baiklah. Kita bertemu lagi di kelas." Ucapnya dan aku pun menganggukkan kepalaku. Harry pun mulai beranjak pergi dari hadapanku. Tapi, baru beberapa langkah dia berjalan dariku, dia berhenti dan membalik badannya.
"Ohya, satu hal lagi. Hari ini aku tidak bisa mengantarkanmu pulang, karena setelah pulang kuliah aku masih memiliki satu urusan lagi dengan dosen yang berbeda, tidak apa kan?"
"Ya, its ok." Ucapku seraya menganggukkan kepalaku.
"Ya sudah, kalau begitu sampai jumpa." Ucapnya dan kembali membalik badannya untuk kembali berjalan.
Ketika aku baru melangkahkan kakiku, aku mendengar ada suara seseorang yang memanggilku.
"Kate!" Ucap seseorang itu dan aku langsung menghentikan langkahku, dan membalik tubuhku. Tania.
Tania sedikit berlari kearahku. Aku sedikit mengernyitkan dahiku ketika melihat dia yang berlajan semakin mendekat kearahku.
Aku sudah menyiapkan mentalku, jikalau dia ingin mengatakan segala kekesalannya yang ditujukan kepada diriku.
"Kate." Ucap Tania yang tiba-tiba memelukku. Aku sedikit kaget dengan sikapnya ini.
"Ta-tania, ada apa?" Ucapku dengan sedikit gugup karena sikapnya ini.
"Maafkan aku." Ucapnya dan aku langsung memasang ekspresi bingungku.
"Kau minta maaf untuk apa?"
"Maafkan aku karena waktu itu aku telah menamparmu. Maafkan aku karena sikapku waktu itu kepadamu." Ucap Tania dan aku masih bingung dengan sikapnya ini.
"Aku terlalu terbawa emosi waktu itu, dan aku benar-benar menyesal telah melakukan hal itu kepadamu. Dan soal Harry, aku sudah merelakannya untukmu. Hmm...kau memaafkanku, bukan?" Ucap Tania dan aku menganggukkan kepalaku.
"Iya Tania, aku memaafkanmu."
"Terima kasih Kate." Ucap Tania yang semakin mengeratkan pelukannya. Aku pun terasenyum simpul dan membalas pelukannya.
"Ohya, karena kau telah memaafkanku aku akan mentraktirmu, bagaimana?" Ucap Tania yang mulai melepaskan pelukannya dariku.
"Tidak perlu Tania. Aku tulus memaafkanmu." Ucapku dan Tania menghembuskan nafasnya.
"Kau ini, sudah ayo ikut denganku. Aku akan mentraktirmu." Ucap Tania, yang mulai menarik tanganku.
Apa sekarang aku harus merasa senang, karena Tania yang sudah bisa menerima bahwa Harry sudah tidak menyukainya lagi? Apa aku harus merasa senang karena hal itu?
Tania membawaku menuju kafateria dan dia menyuruhku untuk duduk, sedangkan dia yang akan memesankan makanan beserta minuman.
Sepertinya aku dan Tania akan segera berteman? Melihat dari sikapnya yang sudah mulai baik kepadaku. Tapi, entah kenapa, jauh dilubuk hatiku yang paling dalam aku merasa adanya suatu kejanggalan. Entah apa itu, tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh.
Tak lama pun dia datang dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman, seraya tersenyum kearahku.
"Ini dia." Ucap Tania seraya meletakan nampan itu keatas meja dan dia pun mulai mendudukkan dirinya di hadapanku.
"Ayo Kate dimakan. Sudah aku bilang, aku yang akan mentraktirmu." Ucap Tania yang mulai mengambil salah satu makanan.
"Baiklah. Anyway, thank you Tania." Ucapku seraya tersenyum kearahnya dan mengambil makanan yang ada di nampan itu. Tania pun membalas senyumanku sebagai respon.
"Kate, sekali lagi aku minta maaf atas semua perlakuanku beberapa hari lalu kepadamu, ya? Aku benar-benar sedang kacau saat itu."
"Iya Tania, aku sudah memaafkanmu." Ucapku seraya tersenyum kearahnya.
"Hmm...soal yang waktu itu, aku tidak bermaksud merebut Harry darimu." Ucapku yang masih merasa tidak enak. Tania pun menghembuskan nafasnya.
"Sudahlah Kate, tidak usah kau ungkit-ungkit lagi tentang masalah itu. Aku sudah melupakannya. Dan kau tidak perlu minta maaf, karena kau tidak salah, ok?"
"Hmm...ok." ucapku yang kemudian meminum jus jeruk yang ada.
"Ohya, apa hari ini aku boleh berkunjung ke rumahmu?" Ucap Tania dan aku terdiam sesaat.
"Kate, tidak boleh ya? Ya sudah kalau begitu." Ucap Tania seraya menundukkan kepalanya.
"Tentu saja boleh."
"Apa?" Ucap Tania seraya mendongakkan kepalanya lagi.
"Ya, kau boleh berkunjung ke rumahku."
"Benarkah itu?"
"Iya Tania." Ucapku seraya tersenyum simpul.
"Oh, thank you Kate." Ucap Tania, yang kemudian memelukku.
***
Sorry for the typo and dont forget to vomment.
See you in the next chapter :);)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
FanfictionMaddlyn Kate Anderson, atau yang biasa disapa Kate, selalu merasakan suatu hal yang aneh semenjak dia bertemu dengan seorang pria yang selalu menatapnya dingin. Dia selalu merasakan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan setiap kali dia sedang...