Plak.
Satu tamparan manis diterima oleh Kim Jongin. Pemuda itu sama sekali tidak meringis kesakitan, malah menyeringai kecil. Tidak ada sedikit pun tampang kesal yang tercetak di wajah tampannya.
"Kau benar-benar bajingan, Kim Jongin."
Seringaian Jongin terlihat semakin lebar. Ditatapnya si 'penampar' tadi dengan amat santai. "Itu bukan lagi rahasia, Park Jiyeon. Kau sudah tahu bahkan sebelum kudekati. Salah sendiri kau mengijinkanku mendekatimu."
Jiyeon memandangnya tak percaya. Pemuda yang baru saja ditamparnya dengan mudah mengatakan bahwa yang terjadi bukanlah murni dari kesalahannya. Tidak ada tampang menyesal sama sekali yang ditunjukkan oleh pemuda itu. Jiyeon menyesal karena telah jatuh dalam permainan Jongin, jatuh dalam pesona pemuda itu. Seharusnya dulu dia mendengarkan perkaaan teman-temannya. Jongin seorang cassanova dan pantang baginya untuk berubah.
"Semoga saja kau kena hukuman atas perbuatanmu, tuan Kim," Jiyeon mengutuk pemuda itu dengan sengit.
Jongin hanya menanggapi kutukan Jiyeon dengan senyum manisnya. Pemuda itu tidak merasa takut. Sudah seringkali dirinya mendengar kutukan itu dari semua gadis yang berhasil dia permainkan. Dan nyatanya, kutukan itu tak mempan. Yah, suatu keberuntungan bagi Jongin, membuat dirinya tak jera mempermainkan hati gadis, lagi dan lagi.
"Oh, empat orang dalam sebulan ini," celetuk Chanyeol kagum. Pemuda jangkung itu berani bersuara setelah Jiyeon pergi meninggalkan mereka.
"Kurasa kau terlampau kejam kali ini, Jong," komentar Junmyeon sambil mendesah pelan. "Hanya setelah empat hari berkencan, kau sudah mengakhirinya. Kurasa dia benar-benar merasa terpukul."
Jongin mengedikkan bahunya sebentar. "Dia terlalu membosankan. Terlalu protektif. Bukan tipeku sama sekali," komentarnya.
"Kecuali dengan wajah cantik dan tubuh sexy tentunya," lanjut pemuda itu sambil mengerling jenaka.
"Aiish, mesum." Junmyeon memukul pelan kepala Jongin. Membuat si empunya kepala meringis sesaat.
"Tapi, menurutku Jiyeon benar-benar bodoh. Dia kan sudah tahu Jongin seperti apa, tetap saja mau digombali oleh si hitam ini," celetuk Minseok sambil menopang dagunya dengan sebelah tangan.
"Bukan hanya, Jiyeon. Kupikir semua yang Jongin kencani itu gadis bodoh," ralat Luhan segera. Perkataan Luhan diikuti anggukan oleh kesembilan temannya yang lain.
"Benar-benar cocok dengan Jongin yang IQ-nya sedikit jongkok," lanjut pemuda itu sangat kalem.
"Yak."
Semua teman Jongin hanya tertawa mendengar protes dari pemuda itu. Jongin hanya bisa mendengus kesal. Mau dibantah juga dia tidak mampu melakukannya. Xi Luhan merupakan lawan tangguh dalam memutar balikkan kata. Tentu dia yang akan kalah jika berdebat dengan pemuda bermata rusa itu.
"Tapi, kupikir ada juga gadis yang tidak bodoh." Perkataan Baekhyun sukses menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian sekarang ini.
"Maksudku, ada juga yang tidak bertindak bodoh dengan tidak menyukai Jongin," lanjut pemuda itu memperjelas perkataan sebelumnya.
"Memangnya ada yang tidak tertarik padaku?" tantang Jongin tidak terima. Yang benar saja, ada yang tidak menyukainya? Itu adalah suatu penghinaan bagi Kim Jongin.
"Itu."
Dagu Baekhyun menunjuk seorang gadis yang tampak tenang membaca buku di taman sekolah mereka. Gadis itu menyandarkan diri di sebuah pohon besar sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya yang terus melorot turun ke hidung lancipnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Your Love
FanfictionKim Jongin terlibat dalam sebuah taruhan dengan teman-temannya. Sederhana sebenarnya, cukup membuat seorang gadis jatuh hati padanya. Naasnya, Jongin harus memikat hati gadis yang jauh dari kriteria idamannya. Gadis bermata empat dan berkepang dua...