Her Love, Her Life

8K 795 34
                                    

Sehun memulai aktivitas pagi harinya seperti biasa. Membuka lokernya dan menemukan sebuah kotak bekal yang tersedia di sana. Dengan tarikan napas kesal pemuda berkulit putih itu kembali meraih memo yang diletakkan di atas kotak bekal itu.

Maafkan soal kejadian kemarin. Aku bersalah. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi. Saranghae Oh Sehun. ^^

Seringaian Sehun muncul seiring dia selesai membaca pesan yang tertulis di memo itu. Memaafkan? Yang benar saja, memangnya semudah itu. Dan untuk kesekian kalinya Sehun meremas memo yang didapatnya dan membuangnya ke sembarang tempat.

"Tidak bisakah kau tidak membuang ini?" Sehun segera berbalik dan menemukan sepasang mata rusa itu menatapnya tajam.

"Setidaknya hargai sedikit. Dia sudah menulisnya dengan tulus, dengan sepenuh hati."

Sehun memutar bola matanya malas lantas memasang seringaian sinis. "Jangan sok ikut campur. Sudah sering kuingatkan bahwa ini bukan wilayahmu."

Sehun lantas berbalik dan kembali mengurusi buku-bukunya. Percuma berdebat soal memo yang tidak jelas dan juga soal pengirimnya yang begitu merepotkan.

"Apa membuatnya mengubah penampilan tidak cukup? Apakah melihatnya tersiksa setiap hari di sekolah tidak cukup?"

Sehun mengambil kotak bekal di lokernya lantas membanting pintu lokernya keras. Untungnya hari masih terlalu pagi, sehingga tempat loker itu masih sepi.

"Sudah ku bilang jangan ikut campur, Xi Luhan," ucap Sehun tajam.

"Aku tidak akan protes jika kau memperlakukan tunanganmu dengan baik," tukas Luhan segera. Dia sudah cukup sabar mengahadapi Sehun. Tetapi, melihat sang pujaan hati menangis karena perbuatan pemuda yang satu ini benar-benar membuat kesabaran Luhan mencapai batasnya.

"Kau merasa bisa memperlakukannya dengan baik, begitu?" sindir Sehun. Perlahan pemuda itu mendekat dengan seringaian sinis tetap terpampang di wajah tampannya.

"Kalau begitu kau bisa mengajukan diri pada kakek untuk melakukan perjodohan ini," usul Sehun -berbisik di telinga Luhan. "Ups, tapi aku lupa. Mana mungkin kakek akan membiarkanmu. Mengingat posisimu saat ini, sepupu."

Telapak Luhan mengepal selepas kalimat terakhir yang diucapkan Sehun. Yah, semua benar. Mau protes bagaimanapun, kenyataan tidak akan memihak padanya.

"Hei, apa yang sedang kalian lakukan?"

Perhatian Sehun dan Luhan teraihkan oleh suara seseorang. Dapat mereka lihat bahwa orang itu tampak heran melihat interaksi keduanya yang tidak terlihat bersahabat. Sehun menghela napasnya sejenak lalu segera melemparkan kotak bekal yang dipegangnya.

Hap.

"Jatahmu hari ini, Jong," kata Sehun lantas berlalu pergi.

Jongin mengernyit, "Dari pengagum rahasiamu lagi?" tanyanya penasaran. Namun, Sehun tidak menjawab. Dia terus saja melenggang pergi dan mengabaikan pertanyaan yang diajukan Jongin.

"Hissh, dia itu. Bagaimana mungkin ada yang menyukainya hingga seperti ini?" tanya Jongin heran sambil memandangi kotak bekal yang dipegangnya. "Rasanya terlalu bagus buat Oh Sehun yang berhati dingin," komentar pemuda berkulit tan itu kemudian.

"Kau benar," sahut Luhan. "Oh Sehun benar-benar terlalu buruk mendapat perhatian semacam itu."

Jongin mengangkat sebelah alisnya. Apa maksud Luhan? Tumben sekali dia berkomentar seperti itu?

.

.

.

.

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang