Chance

7.4K 808 28
                                    

"Kesempatan baik yang harus dimanfaatkan Jongin, benar bukan?"


...........................................................................................................................................

Jongin terus saja memandang pintu masuk kelasnya dengan gusar. Sudah sekitar 15 menit pelajaran berlangsung, tetapi dia tidak menemukan sosok Soojung muncul dari sana. Gadis itu –Jung Soojung, Jongin kira sudah masuk ke kelas lebih dulu setelah meninggalkan dirinya dan Luhan di kantin. Tapi nyatanya tidak. Sosok gadis itu tidak terlihat di bangkunya. Bahkan sejak Lee songsaenim masuk dan memulai pelajaran, Soojung tidak kunjung hadir. Dan itu benar-benar membuat Jongin.... khawatir?

Tok. Tok. Tok.

Jongin terkesiap dan segera kembali memandang pintu. Namun, harapan Jongin lenyap. Yang ada di sana bukanlah Soojung –yang ditunggunya sejak tadi, melainkan sahabat sekaligus teman sebangkunya sendiri, Oh Sehun.

Tunggu, Jongin baru menyadarinya. Dia segera menoleh ke sebelahnya dan kembali memandang ke depan, ke arah Sehun. Jadi, dari tadi Sehun tidak ada di kelas? Kenapa Jongin baru menyadarinya? Apakah pikirannya tentang Soojung membuatnya mengabaikan keberadaan Sehun? Jongin segera menepis pikiran bodoh itu. Ayolah, bagaimana bisa Soojung mempengaruhinya hingga seperti itu. Nerd itu?

Jongin menggelengkan kepalanya segera. Meraih kesadaran dan membuyarkan lamunan bodohnya. Begitu sadar, ternyata Sehun sudah duduk di sebelahnya. Kelihatannya pemuda berkulit putih itu berhasil mendapat izin dari sang guru yang terkenal paling killer di sekolah untuk tetap mengikuti pelajaran. Lagipula siapa yang bisa melawan Sehun, dia kan anak pemilik sekolah.

"Dari mana saja?" tanya Jongin berbasa-basi.

"Ada urusan," jawab Sehun singkat.

Jongin merasa menyesal karena telah berbasa-basi dan sok perhatian pada Sehun. Percuma saja menanggapi pemuda itu, hanya membuat Jongin merasa kesal. Jongin memutuskan untuk kembali menatap pintu kelasnya. Masih berharap bahwa sosok Soojung muncul dari sana.

"Kenapa kau terlihat gelisah?"

Jongin meringis kecil setelah diberi pertanyaan semacam itu oleh Sehun. Pemuda itu lantas menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. "Eh, bukan apa-apa," jawab Jongin sekenanya.

Sehun mengangkat sebelah alisnya. Perasaannya seperti mengatakan bahwa teman sebangkunya ini terkesan salah tingkah. Memang pertanyaannya tadi salah?

"Eh, Sehun-a kau tadi kan habis dari luar. Lihat Soojung tidak?"

Ekspresi Sehun seketika berubah. Tetapi, pemuda itu segera mengendalikan dirinya. "Tidak," jawabnya singkat.

Jongin tampak kecewa mendengarnya. Tetapi, pemuda itu gengsi untuk mengungkapkannya. Kan tidak seru jika dia ketahuan khawatir pada itik buruk rupa itu.

.

.

.

Sayangnya, Jongin sama sekali tidak bisa memendam kegelisahannya. Lebih tepatnya rasa penasaran mengenai keberadaan Jung Soojung –targetnya saat ini. Jadi, mau tak mau kali ini Jongin mengambil resiko.

Srek.

Sehun menoleh ke samping kirinya. Kini teman sebangkunya –sebut saja Jongin sudah berdiri. Bunyi akibat gesekan antara bangku dan lantai kelas membuat semua perhatian terfokus pada pemuda berkulit tan itu.

"Ada apa, Kim Jongin?"

Jongin mengusap tengkuknya gugup. Guru ter-killer-nya kini sudah memberikan tatapan siap memakan Jongin hidup-hidup. Sial, tidak adakah dispensasi khusus untuknya sebagai sahabat dari anak pemilik sekolah?

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang