Release

8.6K 830 122
                                    

Minho menghabiskan air di gelasnya dalam sekali tegak. Dadanya naik-turun, napasnya tersengal. Ada sesuatu yang sesak hingga membuat dirinya kesulitan untuk mengganti karbon dioksida dengan oksigen di ruang alveolusnya. Pemuda itu tersenyum miris menyadari apa yang menimpanya sekarang ini.


Jatuh hati pada sesorang yang tidak mungkin dapat diraihnya.


Kenyataan yang cukup mengenaskan baginya. Meski mungkin ini bukan pengalaman cinta pertamanya, tetapi rasanya sangat menyakitkan. Bahkan dirinya sudah dipaksa menyerah sebelum berjuang. Ini semua karena takdirnya dan takdir si gadis jauh berbeda. Ada dinding penghalang di antara keduanya yang tak mampu Minho loncati bahkan hancurkan. Perbedaan status. Huh, masih ada saja penghalang cinta yang seperti itu di era modern seperti ini?


"Hei, Choi Minho."


Minho berbalik cepat. Jantungnya bergemuruh liar ketika mengetahui siapa yang barusan memanggil namanya. Si gadis merepotkan yang menjadi alasan utama kegelisahannya akhir-akhir ini.


"Belum tidur?"


Minho hanya mengangguk. Pemuda itu sama sekali tidak berniat bersuara guna menjawab pertanyaan si gadis. Bukan karena tidak mau menjawab. Hanya saja suaranya tertahan di tenggorokan, tak mau keluar meski untuk gumaman pelan.

Gadis di hadapannya sendiri masih menatap Minho dengan aneh. Biasanya Minho akan menjawab pertanyaannya dengan begitu ketus. Atau mungkin akan meninggalkannya dengan menyisakan kedongkolan karena sikap ketidaksopanan Minho. Tapi, itu tidak terjadi. Minho malah tetap diam di tempat sambil menggenggam gelasnya erat.

Huh, itu bukan urusannya. Si gadis mememilih bersikap acuh dengan berjalan melewati Minho. Mengambil segelas air dan meneguknya perlahan.

"Dia itu siapa?"

Si gadis terdiam sebentar. Menatap Minho sambil mengernyitkan dahinya bingung. Siapa yang dimaksud Minho.

"Kim Jongin. Sebenarnya dia siapamu?"

Oh, Jongin? Si gadis mengerjap sebentar lantas menundukkan kepalanya. Dirinya bingung harus menjawab pertanyaan Minho seperti apa. Mudah sebenarnya, cukup bilang teman. Tapi, entah kenapa ada bagian dirinya yang menahan untuk mengucapkan kata itu. Kata teman tidak terlalu tepat untuk menggambarkan sosok Jongin yang kini terkesan spesial di kehidupannya.

"Dia kelihatannya menyukaimu. Dia bahkan memanggilku kakak ipar," ujar Minho karena tak kunjung mendapat jawaban dari si gadis.


"Bukankah itu bukan urusanmu?"


Minho tercengang mendengar penuturan si gadis yang begitu tajam kepadanya. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Gadis yang kini mengisi ruang hatinya kembali bersikap seperti sebelumnya. Minho mendesah lega. Jika terus seperti ini, dia pasti akan lebih mudah menghapus perasaannya sebelum berkembang lebih jauh.

"Kau benar. Itu bukan urusanku," balas Minho dengan senyum yang masih tercetak di wajah tampannya. "Aku hanya ingin sekedar mengingatkan seperti sebelumnya."

Dengan berani Minho melangkah mendekat. "Ingat statusmu, nona muda. Kau sudah memiliki tunangan. Ku harap kau bisa membatasi diri berhubungan dengan lelaki lain," ujar Minho dengan nada menyindir.

Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang