BAB 10

8.5K 503 6
                                    

BAB 10

Liburan di Phuket selama tiga hari benar-benar tidak terasa bagi Deryn. Tiga hari! Cuma tiga hari! Bentar banget! Tadinya rencananya memang mau lima hari atau seminggu. Tapi sayangnya ada halangan. Lagi seru-serunya liburan di Thailand, Nala malah sakit. Huh, jadilah pulang mendadak. Sebenernya Deryn cukup bete. Safa juga sepertinya bete berat. Dia bahkan manyun pada adiknya yang waktu itu lagi meriang. "Nala malah sakit sih. Kita kan masih pengen di sini.."
Meskipun tidak rela, Deryn tetap tidak bisa apa-apa ketika Bibi Nisha dan Om Arman memutuskan untuk pulang. Akibatnya dia bahkan tidak sempat membeli oleh-oleh. Ini sangat mengenaskan. Pulang dari Phuket kerjaan Deryn hanya tiduran, main game, dan makan. Haha.. itu adalah liburan yang sebenarnya.
Tidak tahan melihat anaknya berubah menjadi pemalas saat liburan, akhirnya Nyonya Risha mengusulkan agar setidaknya dia melakukan sesuatu. Dengan nada bujukan yang manis dan timing yang sangat tepat, dia berhasil membuat Deryn mati kutu. Dia menghampiri anaknya itu ketika dia sedang asik tiduran main game di kasur, "Fraya sayang, kamu kan gak ada kerjaan nih. Main juga kamu nggak. Gimana kalo kamu main ke butik atau ke kantor? Lumayan kan daripada bengong doang di rumah?"
Deryn skakmat ditodong begitu. Mau main, main sama siapa? Tania sama Vira masih asik pelesiran. Semua temannya masih asik pada liburan! Deryn baru sadar temen-temen ceweknya hanya di sekolah saja. Dia gak punya temen cewek di luar sekolah. Ugh, jadi gak ada yang bisa diajak hangout deh kalo gini. Akhirnya dia menyerah. Dua hari terakhir ini waktunya dihabiskan di butik, akademi, dan kantor. Barusan, dia baru dari akademi. Sebenernya dia mau ke kantor, tapi ayahnya mendadak menelponnya menggunakan telepon kantor. Dia menyuruh Deryn untuk mengambil ponselnya yang ketinggalan di ruangan Jeff kemarin.
Tadi dia berpapasan dengan Larissa. Deryn cukup kaget saat melihatnya. Larissa rupanya sudah pulang dari London. Hm.. berarti Rei juga udah pulang, kan? Dia langsung menggelengkan kepalanya begitu hal itu terlintas di benaknya. Oke, itu bukan urusannya. Dia berbasa-basi dengan Larissa sebentar dan dia berhasil mengernyit heran karena pacar Jeff itu malah cengar-cengir gaje padanya. Dia kenapa? Oke, itu juga bukan urusannya dan dia tidak akan memikirkannya.
Deryn menyetir mobilnya dengan santai menuju kantor ayahnya. Dia menyalakan radio. Sebenarnya hanya untuk mengisi kesunyian saja. Tadinya dia terlalu memikirkan lagu apa yang diputar. Tapi begitu di lampu merah, dia merasa seluruh aliran darahnya berhenti selama beberapa detik saat mendengar intro lagu itu. Radio itu memutar lagu Dovan dan sengatan rasa bersalah mulai menyerbunya. Sudah lama sekali dia tidak bertemu Dovan. Terakhir kali mereka bertemu adalah tiga hari setelah tim basket putri menang turnamen basket. Dan pertemuan mereka tidak berakhir bagus.
Malam itu Deryn benar-benar tidak menyangka Dovan akan menyatakan perasaannya. Awalnya Deryn mengira dia hanya mengajaknya makan malam biasa. Tapi dia mulai merasa aneh ketika dia tidak menemukan komplotan Jeff yang lain. Deryn dibuat cukup panik ketika Dovan mengatakan bahwa dia sudah lama memendam perasaan padanya. Deryn benar-benar tidak tahu harus berbuat apa karena dia belum pernah ditembak cowok seperti ini selama hidupnya. Dan sekalinya ditembak, yang nembak gak tanggung-tanggung! Seorang Dovan Ferdinand! Superstar yang sedang naik daun, berwajah rupawan, bersuara emas, dan punya jutaan fans cewek remaja.
Saat itu juga, Deryn menyatakan keterkejutannya dan dia mengatakan kalau Dovan sudah seperti kakaknya sendiri. Yeah, itu adalah salah satu ketololannya karena terlalu shock. Tapi Deryn benar-benar menganggap kalau Dovan sudah seperti kakak. Dia memang menyukai Dovan. Tapi hanya sebatas teman. Malam itu Dovan kesulitan menyembunyikan kekecewaannya. Dan dinner mereka pun jadi berantakan. Dan sampai sekarang Deryn masih merasa bersalah karena itu. Itulah sebabnya dia jadi agak gusar ketika Vira menanyakan kabar Dovan.
Cewek itu mendesah panjang sementara lagu itu masih diputar,  "I'm really sorry.." gumamnya.
Mobilnya melaju lagi. Nyanyian Dovan terdengar semakin keras meskipun dia tidak menambah volumenya. Telinganya serasa berdenging seolah Dovan bukan sedang menyanyi melainkan meneriakkan, "I hate you, Fraya!"
Deryn menggelengkan kepalanya. He still singing, not screaming. Kata-kata Jeff kembali terngiang di kepalanya. Dia patah hati. Oh, seumur-umur Deryn baru pertama kali ini dia merasa bersalah seperti ini. Dia tidak pernah menginginkan seorangpun sakit hati karena dirinya. Tapi apalah daya. semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diubah. Deryn sudah pasrah kalaupun sekarang Dovan membencinya. Yah, dia sudah membuatnya patah hati. Bahkan sejak saat itu, Dovan tidak pernah menghubunginya lagi. Deryn juga jarang melihat Dovan di TV. Kata Jeff dia lagi tour. Deryn tidak menyalahkan Dovan atas semua perubahan drastis itu. Deryn merasa dia pantas menerimanya.
Lagu Dovan sudah berganti dengan lagu lain. Dan Deryn mengembuskan napas lega begitu bangunan kantor ayahnya sudah terlihat. Dia membelokkan mobilnya. Oh, here we go. waktunya belajar jadi pebisnis.

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang