BAB 16

8.3K 479 5
                                    

BAB 16

"You look amazing.."
Deryn mengerling, "Cukup, oke? Bosen tau dengernya.."
Rei tertawa. Dia memang tidak bohong.. Gadis pacarnya itu tampak mengesankan dengan long dress-nya yang berwarna gading. Dia sendiri mengenakan setelan jas hitam. Oh yeah, malam ini adalah malam ulang tahun Jeff. Dan pertunangannya sekaligus. Banyak sekali orang di ballroom hotel ini. Dan dari sekian banyak orang, Rei hanya betah melototin pacarnya aja. Sebenarnya dia juga tidak menyangka ternyata Deryn juga menyukainya. Tapi dia sangat senang tidak tertolong. Bisa menjadi pacarnya merupakan hal paling luar biasa yang terjadi dalam tujuh belas tahun terakhir.
Mereka baru selesai berdansa. Jeff sudah mengumumkan pertunangannya tadi dan sekarang semua orang sibuk dengan perkumpulan masing-masing. Meskipun semua orang sibuk dengan rekan ngobrol mereka masing-masing, nyatanya banyak sekali orang yang menyapa Deryn. Sebenarnya Rei tidak akan mempermasalahkannya jika yang menyapa pacarnya itu sesama perempuan. Tapi kenyataannya hampir semua orang yang menyapa itu adalah para pria dewasa dan tidak sedikit dari mereka yang sangat akrab dengan Deryn. Dan itu berhasil membuatnya cemburu.
Deryn mengatakan kalau mereka semua adalah teman Jeff yang kebetulan kenal dengannya. Tapi itu tidak cukup menghilangkan kebeteannya dan cowok itu malah menyindirnya, “Kenalan ya? Kok banyak banget..”
Ceweknya itu hanya mengerling geli dan mencubitnya. Aah.. tadi Rei juga bertemu dengan ayah Deryn. Mereka berbincang cukup lama dan berhasil membuat Deryn takjub. Wow.. dia tidak menyangka Rei bisa merebut perhatian ayahnya dalam waktu singkat. Sebenarnya Rei juga agak gugup tapi dia bisa menguasai dirinya.
Menurutnya, Tuan Erik adalah pria yang sangat berwibawa. Dia terlihat seperti Jeff versi pria empat puluhan. Dia tampaknya sangat menyayangi putrinya dan begitu juga sebaliknya. Dan Rei cukup lega karena sepertinya Tuan Erik tidak keberatan dia berpacaran dengan putrinya.  Rei tidak bisa menahan senyum begitu melihat Deryn yang tanpa malu mencium pipi ayahnya di depan umum. Menurut pengamatan Rei, keluarga Deryn itu harmonis banget. Mama sama ayahnya mesra abis layaknya pasangan muda. Itu luar biasa. Mereka sepertinya sudah terbiasa tampil mesra di manapun.
Itu sangat berbeda sekali dengan orang tuanya yang hanya bersikap mesra jika mereka sedang berdua saja. Aah.. Rei masih ingat pengalaman yang berhasil membuatnya malu. Dia pernah tidak sengaja memergoki papanya sedang mencium mamanya di ruang kerja. Oke, mencium dalam artian ciuman ala orang dewasa. Saking kagetnya waktu itu, Rei sampai kejedot tembok. Karena suara gedebuknya lumayan keras, orang tuanya tersentak. Mereka langsung memisahkan diri dengan cepat. Rei yang masih kelas 3 SMP tentu tidak terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Karena dia gak tau harus ngapain, akhirnya dia cuma bisa langsung lari ke tangga sambil berseru, "Aku nggak apa-apa, Ma!" meskipun dia agak menyesali perkataannya waktu itu mengingat di kepalanya mulai muncul benjolan.
Tapi kejadian itu selalu menjadi pengingat untuk Rei kalau orang tuanya masih normal seperti pasangan pada umumnya. Yah.. mesra tentu saja. Ngomong-ngomong tentang mesra, Rei sama Deryn juga mesra. Sedari tadi Rei terus menggodanya sampai cewek itu kehabisan kata-kata dengan wajah merah. Tangan Rei selalu merangkulnya dengan posesif. Mereka sesdang asik berbincang sampai kemudian sebuah suara menghentikan obrolan mereka.
"Fraya.."
Deryn menoleh dan tersentak kaget begitu melihat orang di depannya. Dovan! Ya ampun.
Pria itu nyengir lebar. "Hei, cewek Monas.."
"O-Oh.. hei.." Deryn melirik Rei dan menemukan cowoknya itu menegang. Tangannya yang memeluk lengan Rei mendekap makin erat. Mencoba mengatakan tanpa kata kalau Dovan bukanlah siapa-siapa. Deryn mencoba tersenyum. "Mm.. gue gak liat lo dari tadi.."
"Gue baru datang barusan.." Dovan melirik Rei. Lalu beralih ke Deryn lagi, dia nyengir menggoda, "Pacar baru, Fraya?"
"Hehe.. yah, gitu deh.." Deryn sedikit mencubit lengan Rei. Cowok itu langsung meliriknya seolah bertanya 'Apa?'. Deryn mengerang dalam hati. Dia kembali melirik Dovan dan bertanya seringan mungkin, "Lo sama siapa ke sini?"
"Oh, cewek gue.."
Deryn agak melotot. Kaget tentu saja. "Oh ya? Mana?"
Tiba-tiba seorang cewek anggun menghampiri mereka. Dovan tersenyum dan merangkul pinggangnya dengan mesra, "Kenalin. Ini Sheryl.."
"Hai, kamu pasti Fraya ya?" tanyanya ramah.
Deryn berkedip kaget, "Eh, iya.." detik selanjutnya, dia malah salaman dan diajak cipika-cipiki sama Sheryl. Deryn memang kaget Dovan ternyata udah punya pacar. Tapi dia turut senang. Oh.. Thank God, Dovan masih menyebutnya 'cewek Monas'. Itu berarti dia tidak membencinya.
"Kalian udah ketemu Jeff?'
"Ini mau. Tapi tu orang gak tau ke mana.." Dovan tiba-tiba mengulurkan tangannya padanya, "Sori, Fraya.." ucapnya pelan.
Deryn menelan ludah gugup, "Harusnya gue yang minta maaf.."
"Lo gak salah kok.."
Deryn melirik tangan Dovan. Di sebelahnya, Rei mendengarkan mereka meskipun dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Perlahan, tangan Deryn bergerak menjabat tangannya.
Dovan tersenyum, "Still friend.."
"Still friend.." ulang Deryn.
Dovan tersenyum lega. Tangan mereka terlepas. Dovan mendadak melirik Rei dan membuat cowok itu agak tersentak. Dovan tersenyum. Dia kembali mengulurkan tangannya. Kali ini pada Rei, "Selamat, man. Lo udah berhasil mencairkan hati baja cewek kegelapan, adaow.." kata-katanya terhenti karena Deryn sudah menendang betisnya. Dovan tertawa, "Yah pokoknya selamat deh.."
Rei menjabatnya. Kali ini dia tersenyum, "Thanks.."
"Eh, kita pernah ketemu ya? Waktu di pantai?" tanya Dovan.
Rei berkedip terkejut. Whoa.. Dovan ingat? "Ehmm.. iya. Lo masih inget?"
Dovan tertawa lagi, "Oh iya dong. Lo keliatan kayak mau nyekik gue.." ucapnya ringan.
Rei agak melotot. Dovan merangkul Sheryl dengan mesra, "Kita pamit dulu deh. Mau nyari Jeff. eh, lo pernah ditendang Fraya gak?" Tanya Dovan dengan akrabnya sampaiRei tidak bisa bersikap jutek.
Rei tertawa, "Yah.. tujuh atau delapan kali sehari.."
Dovan tertawa lagi. Kali ini dia geleng-geleng kepala, "Parah lo, Fraya!"
Setelah itu Dovan dan Sheryl pamit meninggalkan merekai. Deryn mencubit Rei agak keras dan cowok itu mengaduh.
"Adaw.. Kenapa sih?"
"Kamu judes banget tau!"
"Apaan? Nggak." elaknya. Dia menghindari tatapan Deryn dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ballroom megah itu. Dia tertegun ketika merasakan kecupan lembut di pipinya. Rei langsung meliriknya. Cewek itu sedang nyengir, "You're jealous.." godanya.
Rei cuma mengerling, "Dia masih suka sama kamu."
"No.." ucapnya dengan nada imut, "Dia udah punya pacar.." Deryn memeluk lengannya dan menumpukan dagunya di bahu Rei, "Badak nggak keren kalo marah.." bisiknya.
Rei berhasil tersenyum dan menoleh padanya. Hidung mereka hampir tabrakan, "Oya, Angsa Galak Imut?" Wajah mereka begitu dekat, dan Rei tergoda untuk menciumnya. tapi dia ingat ini di depan umum. Jadi dia cuma mengecup pipinya dan berbisik, "Aku cinta padamu, Nona Angsa.."
Deryn terkikik. Detik berikutnya mereka saling pandang sambil tersenyum.Membuat dua orang pria yang memperhatikan mereka berdua dari kejauhan terkekeh bersamaan. Dua pria itu beradu gelas.
"I'm happy for her, Jeff.."
Jeff hanya mengangguk, "Me too.." dia tersenyum, "Rei punya pesona yang tidak bisa ditolak Fraya.."

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang