BAB 3

8.7K 568 16
                                    

BAB 3

"Kau tidak akan bisa bersembunyi, anak manis.."

Wanita itu berjalan lambat mengelilingi ruangan besar itu. Di lantai gelap itu tergeletak mayat seorang pria setengah baya. Darah merah pekat merembes dari pakaiannya. Sementara itu di dalam sebuah lemari besar, Fraya memeluk adiknya erat-erat. Lily menggigil hebat di pelukannya dan dia berbisik takut, "Apa yang mereka lakukan pada paman?"

"Sshh.." Fraya memeluknya makin kuat, "Jangan bersuara, nanti mereka mendengar kita.." ucapnya nyaris tidak terdengar. Lily mengangguk.

Derap langkah makin terdengar keras ke arah mereka. Fraya mulai menahan napas. Matanya melebar begitu wanita berbaju hitam itu terlihat dari lubang kunci. Lily mendesah kaget, dan Fraya langsung membekapnya.

"Aku mendengarmu. Di mana kau, hah? Percuma saja bersembunyi, aku akan menemukanmu.."

Dua gadis dalam lemari itu mulai gemetaran. Siapa wanita ini? Apa yang dia inginkan? Langkah kakinya perlahan menjauh sampai kemudian tidak terdengar lagi. Fraya menghela napas lega. Tapi detik berikutnya kedua gadis itu menjerit begitu lemari itu tiba-tiba terbuka.

"Aku menemukanmu.." wanita itu menyeringai kejam.

Fraya semakin bergetar hebat. Ternyata dia seorang ninja. Wajahnya terbalut kain hitam dan hanya menyisakan. Di punggungnya tersemat sebuah pedang lengkap dengan sarungnya.

"Si-Siapa kau?"

Wanita itu terkekeh, "Itu tidak penting, bocah. Karena kalian akan segera pergi menyusul paman kalian.."

Faraya melirik pamannya dan tercekat hebat. Dalam sekejap matanya berubah menyala dan dia menggeram, "Siapa kau, sialan? Apa yang sudah kau lakukan pada paman?"

Wanita itu mendekat dan Lily memeluk kakaknya dengan erat. Lalu tanpa diduga, wanita itu menarik lengan Fraya dan mengeluarkan mereka dari dalam lemari dengan kasar. Lily mulai menangis karena mereka terpisah.

"Butuh bantuan?"

Fraya melirik ke arah suara yang berat dan parau itu dengan takut. Ninja lagi, tapi sepertinya dia seorang pria.

Wanita itu terkekeh, "Tidak perlu. Mereka hanya dua gadis bodoh yang harus mati karena ada di tempat dan waktu yang salah.."

Rahang Fraya mulai mengeras. Mata abu-abunya terang-terangan menatap tajam mata cokelat yang bersinar licik itu. Wanita itu hanya mengangkat alis, "Tidak sabar ingin mati, eh?"

"Cepatlah. Sebelum ada orang datang.."

"Tenang saja, Chris, aku senang melihat wajah takut mereka.." ucapnya puas, "siapa nama kalian, anak manis?"

Kedua gadis itu tidak menjawabnya dan mereka melotot ngeri ketika tiba-tiba wanita itu menghunus katananya yang tajam. Lily langsung menenggelamkan wajahnya di dada kakaknya. Dia gemetaran hebat. Dia tidak pernah melihat pisau sebesar itu. Fraya mulai tercekat ketika melihat katana itu mengarah ke wajahnya. Matanya tidak sengaja melirik sebelahnya. Ada gelas yang setengah pecah dengan ujung yang tajam tepat sepuluh senti dari punggungnya. Itu pasti gelas yang tidak sengaja dilemparkan paman saat panik tadi. Tanpa mengalihkan matanya, tangannya mulai merayap mengambil gelas itu.

Katana itu sudah hampir menempel di kulit wajahnya dan wanita itu mencibir, "Wajah imutmu itu membuatku kesal. Cih. Dengan senang hati aku akan menya-aaaarrgh!" dia meraung ketika  gelas setengah pecah itu menghantam wajahnya dengan keras. Katananya terjatuh dan tangannya mulai sibuk dengan wajahnya. Gelas itu pecah berkeping-keping. Wanita itu lalu melepas tutup wajahnya dan menatap berang ke arah Fraya. Bercak darah mulai menutupi wajahnya. "Bedebah, kau!" teriaknya, "Bunuh dia, Chris!"

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang