BAB 11

8K 497 9
                                    

BAB 11

Liburan selesaaaiii!! Waktunya sekolah lagi! Woohooo.. Yeeeayyy!
Deryn, Vira, dan Tania sekelas lagi. Dan sekarang mereka resmi jadi penghuni kelas XI IPA 5. Deryn sangat senang karena bisa kembali sekelas dengan mereka dan dia makin senang karena banyak anak-anak basket yang juga jadi sekelas dengannya. Kelihatannya anak-anak di kelas ini lumayan seru dan Deryn cepat berbaur dengan mereka. Berbeda dengan Deryn yang enjoy dengan kelas barunya, Rei justru harus pasrah dihajar kedua sobatnya. Mereka sepertinya masih mengamuk soal London dan Rei tidak bisa apa-apa ketika kedua umat itu mencegatnya di pintu masuk kelas dengan tampang murka.
Aji bersiul kejam, "Aya urang Inggris, euy!"
"Nice to meet you too, guys.." Rei nyengir.
"Wah, Ji, pengen ditabok katanya.." Faris menggosok-gosok kedua tangannya, "Mau pipi yang mana dulu nih? Kiri? Kanan?"
"Adaww.." Rei meringis saat Aji menendang tulang keringnya, "Sadis maneh, Kunyuk!"
PLAK! Dia mengerang keras ketika tanpa aba-aba tamparan rasa telapak tangan si bocah Arab mendarat sempurna di pipinya. Dia mengusap pipinya yang berdenyut itu dan tertawa, "Hahaha.. guys, kalem dong!"
Dua cowok itu kompak menggeram. "Apa katanya, Ris?"
"Kayaknya dia minta bogem gratis ala Muhammad Ali.."
"Atau chris John.." timpal Aji.
Rei makin ngikik ketika si Aji merangkul sekaligus mencekiknya. Di sebelah kanan, Faris menjitaknya bertubi-tubi. Rei tertawa lepas dan dia merangkul kedua umat itu, "Aduh, anak-anak, Paman Rei kangen.."
"Hiiy.." keduanya bergidik meskipun mereka tidak mencoba melepaskan diri.
Faris menyikut perutnya, "Mana siah oleh-olehnya?!"
"Kan udah gue kirim ke facebook! Selfie gue!"
"Itu mah bukan oleh-oleh! Itu undangan pembunuhan!"
"Hahaha.. Entar deh. Gue gak bawa. Nah, elu mana? Di Arab ngapain aja lo? Bawa oleh-oleh gak?"
"Oh ada! Punuk onta! Mau lo?!"
Rei menjitaknya dan tawa Faris meledak.
"Nyet, lo bawa apaan dari Garut?"
"Hahaayy.. Banyak gue mah! Kalo pada mau, dateng aja ke rumah gue.." ucapnya bangga, "gue liburan di waktu yang amat sangat tepat, di kebun nenek gua lagi panen, cooy. Hehe.. "
Tiba-tiba Faris berjengit, "Kunyuuk!" dia berbinar, "Coklatnya masih ada yang kayak tadi?"
"Ada!" dia ketawa puas dan mencolek pipi Rei, "Ayo, Kapten! Gue punya hadiah spesial buat lo.."
"Apaan?"
"Ikut ajaa.."
Mereka lalu menggiring Rei masuk kelas. Cowok itu kelihatan santai dan dia tidak menyadari bahwa di belakang punggungnya, kedua mahluk itu saling menyeringai penuh konspirasi.
"Mau ngasih apa lo?"
Aji merogoh sakut tasnya dan menyerahkan sebutir permen coklat yang lumayan besar ke tangan Rei. Faris langsung semangat ngomporin, "Beuh, lu harus coba Rei! Tu permen mantap pisan! Gue aja ngabisin banyak tadi! Ayo buka, buka.."
Rei sedikit mengernyit melihat kehebohan si Arab ini. Dengan kalem dia membuka bungkusnya. Kedua sobatnya itu menontonnya dengan ekspresi berbinar yang ganjil dan mereka mulai bernyanyi layaknya pemandu sorak, "Buka.. buka.. buka.."
Tepat pada saat itu, Stella melewati bangku si Aji itu dan dia geleng-geleng kepala pertanda udah maklum banget, "Gelo.." gumamnya. Astaga.. kenapa bisa semua warga di sekolah ini begitu memuja ketiga pemuda sinting ini?
Rei memakan permen coklat itu bulat-bulat sampe mulutnya monyong. Dia mengunyahnya.
"Gimana? Gimana? Enak, kan?" tanya mereka geli.
"Hmm.." Rei mengangguk-ngangguk. Dia terus mengunyahnya dan perlahan dia mulai mengernyit. Rasa coklatnya mulai aneh dan dia melotot. Dia sudah bersiap akan memuntahkannya tapi Faris bergerak cepat membekap mulutnya, "Telen! Telen!"
"Hmmph.." dia meronta.
"Telen dulu!" Faris kesulitan menahan tawa dan si Aji ngakak mampus sambil menggebrak-gebrak meja.
Rei menelan coklat itu dengan susah payah dan melepaskan bekapannya dengan paksa, "Bwhaah! Itu coklat apaan sih?!" dia meleletkan lidahnya, "Pedes banget!"
"Hwahahaha.. Itu permen coklat isi cabe!"
"CABE?!!" raungnya, "Orang bego mana yang gak ada kerjaan bikin coklat isi cabe?!"
Aji mengusap ujung matanya yang sedikit berair, "Hihi.. di Garut ada, man. Beneran.. gue bisa anterin eo ke tokonya kalo lo mau! Hahaha.."
"Minum! Minum!" Rei lari ke bangku Stella yang kebetulan ada di belakang Aji. Dia langsung menyambar botol air yang ada di sana dan langsung meminumnya. Alhasil Stella ngamuk.
"Wooy!! Itu gue baru beli! Arrgh!"
"Darurat, Stel! Entar deh gue ganti! Beneran!"
Stella merebut botolnya sambil melotot galak.
"Aduh, Stella.. lo makin imut kalo melotot begitu.."
"Apaa?! Lo minta ditimpuk?!!" pekiknya, "Nih! Gue kasih!" dan dia menggetok kepala Rei dengan botol. Faris dan Aji makin menggila.
Rei mengusap kepalanya sambil manyun. Kenapa ni anak mungil tenaganya gede banget? Rei kembali menghampiri kedua sobatnya. dia menjitak mereka satu persatu-satu. "Kurang ajar lo, Kunyuk!"
"Haha.. Itulah akibatnya kalo enak sendirian!" dan dia malah ber-high five ria dengan Faris.
Rei makin manyun. Dia menyimpan tasnya dengan kesal bertepatan dengan bel masuk yang berbunyi. Azka sang ketua kelas langsung berdiri dan berseru, "Warga IPA 2 yang budiman, ayo upacara!"

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang