BAB 15

8K 506 10
                                    

BAB 15

"Aaa.. ternyata cowokmu itu tampan sekali!" Mia memekik tertahan, "Pantas kau naksir padanya!"
Deryn hanya merengut dengan pipi merona dan itu berhasil membuat kakak sepupunya itu cekikikan, "Haha.. aku mengerti sekarang. Kenapa di keluarga ini selalu naksir orang Indonesia.." ucapnya geli, "Kurasa aku juga mau cari pemuda orang lokal, hihi.. Hey, Adam, kau mau cewek lokal atau tidak?"
"Kalau ada yang cantik sih aku mau saja.." Adam menyeringai, "Hey, Fraya, temanmu yang di seberang blok sana masih single tidak?"
"Dia sudah punya pacar.."
Adam langsung terkulai. Tapi dia nyengir lagi seketika, "Jadi, Rei itu pacarmu ya?"
"Bukan.."
"Belum, Adam.." kilah Mia sok serius, "Dia cuma satu-satunya cowok yang pernah mengencani Fraya dalam 17 tahun terakhir.." Mia berkedip ketika mendengar Jeff berteriak dari bawah.
"Hei, anak-anaak! Aku kebanjiran paket ayam KFC di sini! Siapa yang mau menghabiskannya?!"
Tidak perlu jawaban karena ketiga orang itu langsung ngibrit heboh turun ke lantai bawah. Mereka langsung menyerbu ayam dalam wadah besar itu. Deryn dan Adam rebutan paha ayam yang membuat semua orang tertawa. Dua orang itu memang selalu menghebohkan suasana. Sekarang semua orang sedang berkumpul di living room. Membahas pertunangan Jeff. Mamanya Jeff, Jemma Carvaletti terus menerus membicarakan bahwa Larissa nanti harus berkunjung ke Italia kalau sudah menikah nanti yang dibalas dengan anggukan pasti dari Jeff. Mia ribut soal gaun pengantin dan Deryn berhasil mendelik kesal padanya.
"Kita tidak perlu repot dengan itu, Mia. Nyonya Karina kakak iparnya kan designer, sudah pasti dia bakalan mendesainnya."
"Bagaimana dengan kita?"
"Itu sudah satu paket, Nona.."
"Oh, baguslah kalau begitu.."
Diskusi berlanjut saat makan malam sampai semua orang mulai mengantuk. Deryn baru saja selesai menggosok gigi. Dia sudah akan naik ke kasurnya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Dia mengambilnya. Matanya melebar begitu dia melihat ada sebuah pesan dari Rei. Dia membukanya dan langsung speechless. Itu adalah foto dirinya yang tidak sengaja  ketiduran di mobil Rei. Deryn masih ingat. Mereka waktu itu kejebak macet saat Rei akan mengantarnya pulang. Ya ampun. Dia tidak tau kalau Rei memotretnya! Tapi yang membuat Deryn kaget adalah, di dalam foto itu, Rei juga ada. Dia sedang mencium pelipis Deryn dari samping. Dia  tersenyum dengan mata terpejam. Di bawah foto itu ada tulisan, 'I like watching you sleeping. You have this peaceful face..' lalu ada emote senyum manis.
Deryn langsung meleleh. Dan dia melorot ke atas kasur, "Oh my God.. i'm dating the sweetest guy ever.." desahnya. Cengiran konyol menghiasi wajahnya. Dia kembali menatap foto itu. Oh, di bawahnya ada tulisan lagi.
'Good night. Selamat tidur, Nona Angsa yang Gila Es Krim. Have a nice dream ;)'
Deryn tertawa pelan, "You too.." bisiknya. Lalu dia mendekap ponsel itu di dadanya. Dia tidak bisa berhenti tersenyum. Matanya perlahan terpejam. Dan akhirnya dia tertidur sambil memeluk ponselnya.

♦♦♦

"Bagaimana perkembangannya, Fraya? Kau sudah menemukan titik terang apa yang dia incar?"
Bahu Deryn terkulai dan dia menggeleng pelan, "Maksudku, begini, Max, dia bersikap biasa saja kalau sedang mengajar. Tidak memperhatikan orang secara spesifik ataupun.. yah, kau tahu lah.. Dia benar-benar normal.." ucapnya putus asa.
Max menatapnya tajam, "Jangan tertipu, Fraya. Itu adalah bagian dari salah satu pekerjannya. Menyamar dengan baik."
"Kau bilang akan memberiku rekan kejutan untuk membantuku. Siapa? Aku tidak pernah melihatnya.."
Alis pria itu terangkat geli. Dan dia tertawa pelan, "Oh, Gadis ceroboh, kau melihatnya setiap hari.."
"Siapa?" tanyanya penasaran.
"Ekhm.. Dia sebentar lagi datang.."
Tidak lama kemudian pintu kaca di belakang mereka terbuka otomatis. Dan seorang pria tinggi ganteng melangkah masuk. Dia tersenyum. Dan Deryn ternganga. Dia tahu senyum itu. Itu senyum yang menyebalkan.
"Pak Reza!"
Pak Reza nyengir lebar, "Hola, Deryn.."
Deryn menatapnya bego sampai si pak guru itu duduk di sebelahnya dengan kalem. "Dia partnerku?!" tanya Deryn tak percaya, "Orang ini?!"
"Yep." Ujar Max pendek.
"Aku bahkan tidak tahu kalau dia ini agen OSF!"
"Hey, hati-hati kalau ngomong, Deryn.." lalu Pak Reza menunjukkan lencana OSF-nya, "Level 2."
Deryn ternganga lagi. Tapi tiba-tiba dia menatap Max protes, "Dia wali kelasku, Max! Boleh tidak aku minta orang lain saja?'
"Tidak bisa. Reza orang yang tepat untuk tugas ini. Dia bisa mengawasi orang itu ketika di ruang guru. Sesuatu yang tidak bisa kau lakukan.." Max beralih menatap Reza, "Bagaimana kelakuan gadis ini kalau di sekolah?"
Reza terkekeh geli, "Oh, dia sangat menghormatiku, chief.."
Deryn memelototinya terang-terangan. Peduli amat! ini bukan di sekolah!
Reza terkekeh geli, "Kau bisa lihat sendiri, chief.."
"Ya ampun, aku tidak percaya ini.." gerutunya.
Reza menyenggol bahunya pelan sambil menyeringai, "Santai aja laah.."
Deryn berhasil merengut. Lalu dia menatap Max dengan ekspresi mengenaskan, "Dia selalu berbuat semena-mena padaku, Max.." ratapnya. Matanya beralih mendelik pada Reza, "Kalau dari dulu aku tahu orang ini agen OSF, dengan senang hati aku akan menendangnya.."
Kedua pria itu tertawa dan membuat Deryn makin merengut. "Apa Bapak nyamar juga jadi guru?"
"Oh, nggak.." Reza masih terkikik, "Saya ini 100% PNS, Deryn. Dan ngomong-ngomong, gak usah panggil 'Bapak' kalo di sini. Kesannya udah tua banget gitu.."
"Emang.." ledeknya.
"Baiklah, Fraya, Reza akan membantumu. Aku yakin kalian bisa bekerjasama. Dan.. oh ya, aku hampir lupa. Aku melakukan sedikit penyelidikan. Orang itu kabur dari penjara, Fraya. Tidak ada yang membebaskannya. Dia membius penjaga. Dan sampai saat ini statusnya masih buronan. Misimu tidak sia-sia , Gadis Manis.."
"Aku akan mengembalikannya ke penjara, tenang saja.." ucapnya yakin.
"Aku suka semangatmu. Itu baru anak OSF.." Max bangkit berdiri, "Nah, kurasa kalian mau membahas rencana dan strategi? Aku ada urusan lain.."
"Kau mau kemana?"
"Aku harus mengurus kasus teror yang menimpa seorang pengusaha muda terkenal. Semoga berhasil, anak-anak.." lalu dia menghilang di balik pintu kaca.
Deryn melirik Reza dan menemukan gurunya itu lagi nyengir. "Apa?"
Cengirannya melebar, "Oh, aku punya rencana bagus. Mau dengar?"
Deryn meniup poninya, "Hhh.. baiklah.."

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang