BAB 21

7.8K 487 8
                                    

BAB 21

Ketika Deryn membuka matanya, dia menemukan pemandangan paling indah di dalam hidupnya. Rei sedang tersenyum manis padanya.
"Selamat siang, Tukang Tidur.."
Deryn mencoba memfokuskan pandangannya. Masih ada titik-titik biru yang menari di depan matanya. Oh, astaga. kenapa kepalanya berat sekali?
"Hey, kenapa?" tanya Rei khawatir saat melihat wajah tidak nyaman Deryn.
Gadis itu meliriknya dan mengerang pelan, "Ugh.. Di mana ini?"
"Rumah sakit.."
Cewek itu mendadak melotot, "Apa?"
"Whoa.. tenang.." ucap Rei, "Kamu gak apa-apa kok.."
"Di mana yang lainnya?"
"Di sini juga. Aduh, Sayang.. kamu jangan banyak gerak dulu.." dia agak panik melihat Deryn yang memaksakan diri untuk duduk.
"Aku nggak apa-apa.. Adaw.." dia meringis dan memegangi pinggangnya.
"Itu maksud aku.." gerutu Rei, "Berbaring lagi aja.."
Deryn merengut. Tapi dia tidak melawan saat Rei membantunya tiduran lagi. Ternyata berbaring oke juga. Dia bisa melihat Rei secara keseluruhan. Oh.. Dia tetep kelihatan keren banget. Bekas babak belur di sana-sini malah membuatnya makin macho. Mata Deryn menangkap balutan putih di lengan kiri Rei. Deryn mendesah, "Apa yang terjadi?"
"Emm.. kamu pingsan setelah menghajar Leana, eh Akela.. yah pokoknya itulah.."
Rahang Deryn menengang, "Di mana dia sekarang?"
Rei mengangkat bahunya, "Kamu harus tanya Max untuk urusan itu.."
Mata Deryn terpejam sekilas. Dia terkejut saat tiba-tiba Rei menunduk dan mencium pipinya agak lama. Napas Rei menggelitik telinga Deryn.
"Oh.. Thank God.. aku lega banget kamu masih hidup.." bisiknya. Tangan Deryn bergerak mengusap rambutnya. Dia tersenyum, "Aku juga.."
Rei mengangkat kepalanya dan menatapnya tajam, "Kepalaku udah jungkir balik gak karuan karena semua ini.."
"Aww.. sorry.." ucapnya imut, "Gimana tangan kamu?"
"Oh.. better.." Rei mencium pangkal hidungnya, "Aku masih punya banyak soal buat kamu.."
Mereka bertatapan.
"Bisa kita bicarakan itu nanti?"
Rei tersenyum lembut, "Sure. Kapanpun kamu siap. Tapi jangan terlalu lama tentunya.."
Deryn mendesah lega, "Makasih.."
"Oke, sebentar, aku harus kasih tau yang lain kalo kamu udah bangun.."
Rei yang sedari tadi duduk di kursi di sisi ranjang mulai berdiri dan keluar ruangan. Tak lama kemudian dia kembali dengan seorang pria Arab dan Faris. Deryn baru sadar ternyata itu papanya Faris. Oh, tentu saja.. Dia kan dokter. dokter Omar memeriksanya sebentar. Dia tersenyum, "Sudah jauh lebih baik. Kamu cuma kelelahan, dan tekanan darah kamu agak menurun. Apa kamu pusing?"
"Oh ya.."
"Sebaiknya kamu cepat makan dan minum obat. Memar kamu akan sembuh dalam beberapa hari.." dia menatap Deryn sungguh-sungguh, "Terima kasih sudah menyelamatkan Faris.." ucapnya tulus.
Deryn tersenyum, "Itu bukan apa-apa. Terima kasih, Dokter.." dia dan ayah Faris berjabat tangan. Pria Arab itu melirik anaknya, "Kasih tau Papa kalo ada apa-apa.."
"Iya, Pa.."
"Tangan kamu gimana, Rei?"
"Udah baikan. Makasih, Om.." Rei tersenyum. Pria Arab itu menepuk bahunya dengan akrab, "Kapan-kapan main lagi ke rumah.."
"Pasti, Om.."
Dokter Omar pamit karena harus memeriksa pasien lain. Tinggallah Faris, Rei dan Deryn di ruangan itu. Faris maju ke depannya dan dia menatap penuh terima kasih, "Thanks banget, Ryn. Gue gak tau gue bakal jadi apa kao gak ada elo.."
Deryn hanya terkekeh.
"Elo beneran keren, Ryn! Cara lo menghajar Leana? Itu fantastis!"
Deryn tertawa kali ini, "Oya, di mana Tania? Dia gak apa-apa?"
"Dia gak apa-apa.." jawab Rei, "Dia lagi nyusul mama kamu.."
"Apa?" Deryn agak melotot, "Oh sial.." Waduh, harus siap-siap diomelin ini mah!. Oh, Fraya babak belur bukanlah hal yang baru. "Vira sama Aji mana? Mereka gak apa-apa?"
"Oh gak apa-apa.. Cuma patah tulang.." sahut suara di belakang Rei. Ternyata Aji dan Vira masuk sambil bergandengan tangan. Deryn nyengir ke arah mereka. Oh, sialan. Mereka terlihat baik-baik saja. Cuma memar sedikit di dahi. Vira meletakkan sekeranjang buah-buahan, "Super fruits for super girl.." godanya.
Deryn malah mengerang.
"Kenapa, Sayang?" Rei agak panik.
"Ya ampun.." desah Deryn, "Jadi cuma aku doang yang mengenaskan?"
Rei terkekeh sumbang, "Kamu bakalan cepat sembuh. Kamu harus banyak istirahat.."
Tiba-tiba Faris mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku jaketnya dan memberikannya pada Deryn. Botol kecil itu berisi cairan kuning, "Minum ini kalo udah makan. Ini akan membantu banget di saat-saat pemuilhan.."
Deryn menerimanya, "Thanks.." tapi dia mendadak tertegun, "I-Ini obat yang lo buat kan, Faris?"
"Yah.." jawabnya, "Lo harusnya bisa jadi super sehat dalam 30 jam.."
"Gila dan keren.." kata Aji, "Oh, gue lupa, man, lain kali jangan buat obat yang aneh-aneh lagi ya? Gue gak punya waktu buat menghajar komplotan gila lagi.."
Faris tertawa, "Kita liat aja nanti.."
Terdengar suara handle pintu terbuka. Rei menoleh. Dia langsung menyeringai pada Deryn, "Momy is coming.. jadilah anak baik.."

Chemistry #2 The Little Swan (Deryn's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang