Ini adalah sebuah rahasia yang cuma aku, kamu, Matt dan Tuhan yang tahu, jika Matt masih perawan. Tentunya coli nggak masuk hitungan. Karena itu hal yang wajar buat seorang cowok.
Matt memiliki kebiasaan coli yang extreme. Dia hypersex. Nafsunya gedhe. Bisa 6-8 kali sehari. Mungkin juga biasa buat yang sudah pernah melakukannya.
Nggak hanya sampai situ, Matt juga suka menggerayangi tubuhnya sendiri saat onani. Dia sering meremas-remas dadanya yang bidang itu sambil memelintir putingnya bergantian, kanan-kiri-kanan-kiri sampai tubuhnya kelenjotan keenakkan. Rupanya salah satu titik rangsang terbesarnya terletak pada tonjolan mungil pada dada kekarnya itu.
Sexy dan menggairahkan. Kesan jika melihat seorang pria muda sekekar Matt dengan tubuh putihnya yang mengkilap dibasahi keringat, sedang mengocok kasar penisnya sambil memainkan puting berwarna merah terangnya itu. Desis dan lenguhan suara beratnya yang agak serak akibat kebanyakan merokok, bukan desahan melambai-lambai nan lebay ala bencong yang bikin ilfeel, membuat semua terkemas rapi dalam diri Matt sebagai seorang pria gagah yang super hot.
Tapi....
Meski terlihat jantan, maskulin, gagah dan perkasa kayak jagoan ala Jason Statham. Bot selamanya tetap bot. Nalurinya tetap sama, pingin dientot top-nya.
Hal ini berlaku juga buat Matt. Jemari tangannya nggak jarang dia tusuk-tusukkan ke lubang kenikmatannya, menyisir mencari kelenjar prostatnya sambil menonton bokep. Bokep gay tentunya. Tapi bukan sembarang adegan esek-esek yang dia tonton. Dia suka rewel. Dia nggak suka jika botnya slim atau bahkan kerempeng mana keren, berteriak-teriak histeris dan merintih kayak cewek ketika lubang pantatnya diobok-obok, meski seganteng apapun pemerannya.
Rasanya dia ingin menyumpal mulut bot yang berisik itu dengan botol bekas baygon. Kalau bisa yang masih ada sedikit sisa cairan racun serangga itu didalamnya, biar sekalian ketelan terus koit deh. Great! Matt bahagia jika berkurang satu populasi mahkluk yang dibencinya itu.
Matt hanya suka menonton yang botnya lumayan muscle dan maskulin seperti dirinya. Lebih hot dan sexy serta cepat merangsang libidonya. Matt sering membayangkan jika Ben sedang nge-fuck dia seperti adegan di film dewasa itu.
Jadi nggak heran jika Matt selalu jomblo dan masih perawan. Bukannya dia nggak laku karena yang naksir seabrek kayak antrian sembako di sekolah SMA lamanya. Yang pastinya semua mahkluk bergunung kembar dan berlembah rimbun semak belukarnya.
Tapi Matt nggak mau munafik dengan memacari seorang cewek. Dia gay dan dia sadar orientasinya itu. Dia nggak mau menyakiti hati seorang cewek dengan berpura-pura menyukai mereka. Dia nggak mau memainkan perasaan mereka dengan memberi harapan palsu.
Matt memang terkesan seperti seorang gentleman sejati bagi seorang wanita tapi sekaligus monster mengerikan bagi kaum amphibi. Pria bukan, wanita juga bukan. Setengah-setengah.
Dia lebih menghormati dan menjaga perasaan mahkluk ber-vagina itu daripada mahkluk lelembut yang meliuk-liuk ngondek kayak uler keket. Wajib dipites hingga mampus.
Cowok gay pun nggak berani naksir dia. Terlalu jantan dan gahar. Takut jika Matt seorang homophobia karena dia suka mem-bully siswa yang gemulai dan melambai. Terlebih kabar Matt yang suka menghajar siswa sekolah sebelah saat tawuran, membuat gay discreet pun ngeri untuk berniat mendekatinya. Mereka takut dihajar.
Matt bisa saja ber-chatting ria dengan para gay di luar sana lewat berbagai macam date apps khusus gay lewat HPnya. Dengan fisik yang nyaris sempurna tentu bukan hal yang susah baginya untuk mencari partner diranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BMKG (BL)
Teen FictionEits, ini bukan berita tentang banjir, gempa bumi, gunung meletus, ataupun tsunami. Tapi ini adalah sebuah kabar baik yang nggak akan membuat air mata berlinang gegara bencana alam diatas. Ini adalah cerita tentang pemuda yang nyaris sempurna tengah...