21 : Playing with Fire

10.9K 519 163
                                    

"Ayo, giliranmu mandi sekarang!"

Bukannya segera bangkit berdiri dari posisi duduknya di pinggir ranjang berukuran king size, Nick malah melongo memandangi badan kekar pemuda yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya berlilitkan selembar handuk hotel pada pinggangnya.

"Woyyy..." Matt mengumpat jengkel. "Disuruh mandi kok malah bengong! Kenapa kamu malah jadi ngeliatin tubuhku, hah? Suka?"

"Bukan... bukan gitu..." Nick berkilah. "Aku masih suka tetek montok kok. Aku hanya nggak menyangka saja, bocah kemayu yang dulu sering aku buat menangis sudah berubah jadi pria sekekar ini sekarang. Sungguh, badanmu terlihat keren, Matt..." seloroh Nick nggak bisa menyembunyikan kekagumannya.

"Sudah, jangan banyak bacot!" semprot Matt ketus seperti biasanya. "Nggak usah sok-sok memuji segala! Aku nggak butuh! Ayo, buruan mandi sana! Bau keringatmu sudah kecium sampai sini!"

"Eh... masak sih, yang?" Nick menyengir, lalu mengangkat lengan hingga hidungnya bisa mengendus keteknya dari balik seragam. "Hmm... nggak tuh, yang. Masih wangi kok. Nih, coba cium kalau nggak percaya!"

Grrr... Matt menggeram geregetan. Pemuda dihadapannya itu benar-benar paling pintar menguji kesabarannya. Dengan cepat, Matt menghampiri Nick seraya langsung melayangkan pukulan pada kepalanya. "Wangi kepalamu! Cepat, buruan mandi!"

"Iya... iya... sadis amat sih kamu, yang. Sukanya main kekerasan." Nick menurut sambil mengerucutkan bibir. Lalu bergegas bangkit berdiri dari duduknya.

"Yang..."

"Apa lagi?" Matt memutar bola mata gemas.

"Love you!" Nick mengecup sekilas pipi Matt, membuat pemuda ganteng itu menegang kaget beberapa saat, memandangi Nick yang tampak cengengesan di hadapannya.

Matt jadi lengah dan Nick tentu nggak ingin melewatkan kesempatan. Dengan sigap, tangan pemuda itu menyambar kain tebal yang melilit pinggang Matt, ditariknya hingga terlepas.

"Wow, ternyata badannya doank yang gede tapi adiknya imut banget, hohoho..." Nick mengejek sembari langsung tancap gas kabur menjauh menuju kamar mandi. Dia takut ada kingkong yang sebentar lagi murka.

"Woii, jancok!!! Ini masih tidur, anjing!" Matt mengumpat nggak terima setelah sadar dia dikerjai. Ciuman barusan ternyata hanya taktik Nick untuk membuatnya lengah.

Sial, kenapa preman kampung itu nggak bosan-bosannya mengerjai dirinya meski hubungan mereka berdua sudah lebih dekat dari sebelumnya? Apa sih sebenarnya salah Matt hingga Nick selalu ingin cari gara-gara dengannya?

Tapi anehnya kali ini emosi Matt nggak meluap-luap seperti biasanya. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu cekikikan sendiri sembari memungut handuk yang terjatuh di atas lantai untuk dipakai kembali menutupi benda keramatnya. Dia hanya merasa jengkel sesaat lalu segera menguap hilang kayak kentut saja gimana. Malah, sekarang dia mendadak jadi penasaran ingin segera melihat seperti apa body playboy abal-abal itu. Harusnya sih lumayan atletis dilihat dari posturnya yang tegap saat mengenakan seragam sekolah.

Aduh, Matt jadi nggak sabaran deh menunggu pemuda berandalan jelek itu keluar dari kamar mandi. Tapi perlu ditekankan, Matt nggak sedang -- amit-amit jabang bayi -- jatuh cinta sama Nick kok. Dia cuma merasa lelah jadi perawan jablay. Hanya sekadar sex dan nggak bakal ada yang namanya pakai perasaan di sini.

Matt lantas meletakkan pantatnya di atas pinggiran ranjang sembari menunggu Nick mandi. Lalu menggeser tubuhnya hingga bersandar pada tembok kamar. Saat hendak mencari remote tv, kedua matanya nggak sengaja menangkap sebuah arloji mewah yang dia tanggalkan sebelum mandi tadi, tergeletak di atas nakas sebelah ranjang. Oh sial, hati Matt mendadak jadi miris hingga jemarinya otomatis meraih ponsel yang terletak nggak jauh dari benda pemberian wali kelasnya itu.

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang