"Ingat Matt, langsung pulang! Jangan keluyuran kemana-mana!" pesan Yudha saat mobil yang dia kemudikan telah berhenti di depan sebuah Mitsubishi Pajero berwarna hitam, di parkiran sekolah yang tampak lenggang sebab hari sudah menjelang malam.
Hanya terlihat beberapa mobil dan motor yang terparkir di sana menemani mobil Matt. Sepertinya itu milik siswa yang biasa menggunakan fasilitas lapangan outdoor sekolah untuk sekadar berolah raga di malam hari. Lumayan, gratisan, nggak perlu keluar biaya sewa lapangan.
Matt mendengus sebal. "Iya... iya... nggak usah bawel kayak emak-emak gitu, Mas."
Itu adalah kalimat pertama yang terlontar dari kebisuan Matt sepanjang perjalanan dari apartment Yudha menuju sekolah.
"Matt, apa kamu masih marah sama Mas?"
"Nggak, kok! Sudah, saya mau turun dulu. Hati-hati di jalan, Mas. Bye..."
"Tunggu, Matt! Hmm... nggak ada ciuman perpisahan buat Mas?"
"Haha... ogah!" sahut Matt sambil segera membuka pintu mobil dan langsung turun. Lalu dengan pelan dia menutup pintu sedan itu, bukan membantingnya. Dia masih mencoba menahan rasa jengkelnya.
"Brengsek!!!"
Matt langsung mengumpat kesal saat mobil Yudha sudah berlalu dari hadapannya. Dia lantas berjalan cepat menuju ke arah Toyota Avanza berwarna silver -- yang sedang terparkir nggak jauh dari mobilnya -- untuk mencari pelampiasan emosi. Dia tentu nggak ingin mengerjai mobilnya sendiri.
Ngesex belum sampai orgasme pasti membuat seorang pria frustasi. Rasanya seperti sedang tegang nonton film action di bioskop namun tiba-tiba mati lampu. Menyesakkan dada dan bawaannya jadi ingin marah terus seperti sedang datang bulan.
"Dasar guru PHP! Yudha bangsat! Yudha tai!" umpat Matt sambil menghujani ban mobil itu dengan tendangannya berkali-kali.
"Sial, kenapa alarmnya jadi bunyi?"
Matt langsung menghentikan aksinya sebab terkaget oleh bunyi yang memecah kesunyian malam. Tapi dia nggak kabur karena dia bukan pengecut. Dia berniat akan meminta maaf pada pemilik mobil itu.
Nggak lama berselang, terlihat dua orang siswa mengenakan seragam basket tengah berlari kecil mendekat ke arah mobil yang berisik itu. Sepertinya salah satu dari mereka adalah pemilik mobil tersebut.
Matt langsung bisa mengenali kedua pria berwajah ganteng itu. Mereka berdua tampak sangat hot dan keren dibalut kaos tanpa lengan itu. Tangan mereka tampak kokoh dengan tonjolan otot bisep dan trisep yang begitu menggiurkan, serta mengkilap dibasahi keringat. Sungguh terkesan sangat manly dan sexy, yang tentu saja mengusik ketenangan adik kecil Matt.
Tapi Matt buru-buru meralat pikirannya. Hanya satu saja yang terlihat menawan diantara mereka berdua itu. Sedang yang satunya jelek banget dan nggak menarik. Malah mendadak membuat Matt jadi semakin sebal. Huh, Matt jadi ingin menonjok mukanya yang sok kegantengan itu meski memang ganteng nyatanya.
"Kamu!"
Pemuda yang tengah membawa remote mobil di genggaman tangannya tampak terkejut dengan kehadiran Matt disana. Sementara pemuda satunya malah terlihat cengengesan sendiri sambil memperhatikan Matt.
"Oh... hai Kak..." Matt mencoba ramah.
"Woii... cong, kamu disini juga ternyata. Habis ngapain kamu kok belum pulang? Habis dibooking Om-Om, ya?" potong salah seorang dari mereka sebelum Matt menyelesaikan ucapannya.
"Anjing! Jaga mulutmu, Nick!"
"Wuih... galak juga sekarang kamu, cong!"
"Asem! Ngajak berantem kamu, hah?" Matt segera memajukan badannya dengan tangan yang mengepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BMKG (BL)
Teen FictionEits, ini bukan berita tentang banjir, gempa bumi, gunung meletus, ataupun tsunami. Tapi ini adalah sebuah kabar baik yang nggak akan membuat air mata berlinang gegara bencana alam diatas. Ini adalah cerita tentang pemuda yang nyaris sempurna tengah...