"Silahkan masuk, Matt! Anggap rumah sendiri."
Yudha langsung meninggalkan Matt sesaat setelah membukakan pintu flat miliknya, menuju ke arah dining room yang letaknya di sebelah ruang tamu.
Sementara Matt tengah asyik mengamati setiap sudut ruangan milik gurunya tersebut.Lumayan mewah, nggak terlalu besar dan nggak terlalu kecil. Cocok untuk pasangan muda yang baru menikah.
Matt jadi sedikit heran mengapa guru muda seganteng dan super sexy seperti Yudha itu masih saja single sampai hari ini. Apa dia nggak laku? Bahkan pemuda itu sama sekali nggak bisa menemukan tanda-tanda bila gurunya itu pernah terlibat jalinan asmara dengan seseorang. Semua hanya memajang foto-foto pribadi Yudha. Sendirian.
Sepertinya Yudha memiliki selera dan kriteria yang tinggi untuk bisa menjadi pasangannya, pikir Matt dalam hati.
"Matt... kamu mau minum apa?" teriak Yudha dari kejauhan tapi masih dalam jangkauan pandangan Matt sebab ruangan itu memang nggak bersekat. Nggak ada dinding pemisah seperti layaknya apartment pada umumnya. Hanya dua buah kamar tidur saja yang terlihat berdiri sendiri dengan pintu yang tertutup.
"Terserah, Mas..." balas pemuda itu sambil menjatuhkan pantatnya di atas sofa beludru ruang tamu yang empuk.
"Nih... tangkap, Matt!"
Yudha langsung melempar sekaleng minuman bersoda ke arah murid kesayangannya itu, ketika dia sudah berada di dekat ujung sofa.
"Makasih Mas," ucap Matt sesaat setelah minuman kaleng itu mendarat dalam dekapan tangannya.
"Jadi, apa yang hendak kamu bicarakan dengan Mas?" tanya Yudha penasaran tanpa berbasa-basi seraya menaruh pantatnya disamping Matt. Sangat dekat.
"Hmm... saya homo, Mas," tembak Matt langsung nggak pakai berbelit-belit.
"Hahaha... Mas sudah tahu itu bahkan sebelum kamu umumkan," ejek Yudha sambil tertawa ringan.
"Sial! Ini bukan sebuah pengumuman, Mas. Ini pengakuan jujur dari saya. Mas harus hargai itu, karena Mas adalah orang pertama yang tahu rahasia besar saya."
"Iya-iya... Mas minta maaf," ucap Yudha sembari langsung mencuri kecup pipi Matt secepat kilat.
"Mas..." Matt terkejut, nggak menyangka dapat perlakuan seperti itu dari Yudha. "Ok... dimaafkan!" sambung Matt lagi sambil tersenyum.
"Hmm... lalu kamu atas atau bawah?" pancing Yudha.
"Apa itu maksudnya, Mas?" tanya Matt polos sambil mengerutkan dahinya.
Yudha langsung mendekatkan bibirnya pada telinga Matt, berniat membisikkan sesuatu. "Top atau Bottom?"
"Yang terakhir, Mas!"
Yudha terhenyak sambil langsung menarik kepalanya menjauh. "Astaga! Yang benar saja kamu, Matt!"
Matt menganggukkan kepalanya enteng sambil menatap manis gurunya itu.
"Uhh... Ok. Tapi maaf, Mas malah jadi penasaran sekarang. Emm... sudah berapa banyak pria yang menidurimu, Matt?"
Matt menggelengkan kepalanya.
"Hah? For God sake, Matt! Lalu darimana kamu tahu bila kamu adalah seorang bottom? Believe me Matt, penampilanmu itu lebih meyakinkan untuk menjadi seorang Top!" decak Yudha takjub sambil kemudian mengurut keningnya, masih berusaha untuk percaya.
"Mas mau bukti? Boleh..." tantang Matt seraya mengembangkan senyuman mesum di kedua belah bibirnya.
"Mak-maksudmu, Matt?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BMKG (BL)
Teen FictionEits, ini bukan berita tentang banjir, gempa bumi, gunung meletus, ataupun tsunami. Tapi ini adalah sebuah kabar baik yang nggak akan membuat air mata berlinang gegara bencana alam diatas. Ini adalah cerita tentang pemuda yang nyaris sempurna tengah...