7 : The Old Enemy, Nick

15K 668 89
                                    

...Bagaimana bisa dia berada satu sekolah lagi denganku? Bukannya dia seharusnya sudah kuliah karena usianya 2 tahun lebih tua diatasku?...

"Astaga kak David, kenapa kakak bisa sampai ngesot di lantai kayak gitu?" tanya seorang cowok yang langsung membuat Matt merinding. Bulu kuduknya menjingkat kaget seperti habis mendengar bisikan genderuwo.

Suara lelembut yang nggak berani mendekat itu, sukses membuat Matt tersadar dari kekosongan yang mendadak menyerang pikirannya gegara ulah si bajingan keparat, julukan Matt bagi pria yang tadi meremas bokongnya itu.

Matt nggak menyangka dia bakal blank dan nggak berdaya di depan pemuda urakan yang sudah berani kurang ajar melecehkannya itu. Sepertinya, mental dan hati Matt masih belum siap menghadapi serangan mengejutkan barusan. Terlalu tiba-tiba seperti bom nuklir yang meluluh-lantakan Hiroshima dan Nagasaki.

Trauma masa kecil yang sudah dia coba kubur dalam-dalam di hatinya, tiba-tiba mencuat menghancurkan pertahanannya. Ternyata Matt nggak sekuat yang dia bayangkan. Mungkin, dia cuma menang difisiknya yang kekar doank tapi hatinya masih tetap sama. Rapuh dan gampang tersakiti. Tipikal seorang bottom sejati.

"Fuck! Aku nggak boleh kalah lagi dari si bajingan keparat itu. Aku harus lebih kuat dan powerfull. Aku harus segera ikut kelas boxing dan nge-gym lagi di kota ini untuk melatih otot-ototku kembali. Aku mau menjadi Super-Matt yang nggak terkalahkan. Aku juga mesti perbanyak koleksi dvd macam "Texas Chainsaw Masacre" atau "Freddy's Nightmares" supaya hatiku nggak lemah, biar lebih cruel dan sadis. Bukan malah kebanyakan nonton bokep gay dengan botty kekar yang bikin kontolku jadi cepat ngaceng, dan pasti kuakhiri dengan mengocoknya sampai muntah. Apa mungkin kebanyakan coli itu yang membuatku jadi lemah? Ah, Shit!" Matt menjadi sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri, sambil segera bangkit berdiri dari posisi terduduknya di atas lantai toilet pria itu. Dia berniat untuk segera kembali ke kelasnya.

"Apa kamu liat-liat? MINGGIR!!!" sentak Matt ketus saat melihat penampakan yang menghalangi jalannya untuk segera keluar dari kamar mandi itu. Matt jadi bertanya-tanya dalam hati, mengapa dia selalu bergentayangan dimana-mana seperti sedang membuntutinya?

"Kak David nggak apa-apa?" tanya cowok imut di depan Matt itu, dengan suara yang pelan dan sedikit bergetar. Dia tampak khawatir melihat kondisi Matt, tapi sekaligus juga ngeri melihat tatapan kakak kelasnya yang kembali beringas itu.

"Bukan urusanmu, BANCI!! Sekarang cepat minggir! Atau jangan salahkan aku bila kamu harus menambah plester di wajah busukmu itu!"

Sam yang terlihat lebih cute dan menggemaskan dengan hiasan hansaplast bermotif kulit sapi hitam-putih di sisi kanan keningnya, langsung segera menepikan badan mungilnya, mepet pada urinoir (tempat pipis cowok) yang menempel berderet pada dinding kamar mandi itu. Dia tentu nggak mau jatuh lagi untuk kedua kalinya, diseruduk banteng yang sedang emosi dihadapannya itu.

Sam menjadi sedikit heran dengan sikap Matt yang sangat membencinya tanpa sebab. Jalanan toilet itu cukup luas untuk dilalui Matt tanpa dia harus menyingkirkan badan kecilnya.

Tapi bukannya putus harapan melihat realita yang ada, Sam malah semakin semangat untuk mendekati Matt. Dia memang agak nyeleneh. Dia bahkan mengambil kesimpulan sepihak jika cowok pujaan hatinya itu sedang ingin cari perhatian darinya. Dia pasti sengaja pura-pura jutek dan galak seperti Tao Ming She untuk menarik perhatian Sam-chai, dirinya. Dia pun mulai senyum-senyum sendiri sambil memandangi gestur tubuh Matt yang berlalu dari hadapannya, meninggalkan kamar mandi tersebut.

Sam membayangkan akan terjadi kisah cinta epic dan romantis ala Meteor Garden di sekolahnya itu. Tentu saja dengan dirinya sendiri dan cowok idolanya itu, yang akan menjadi pemeran utamanya.

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang