4 : The Strange Young Alien

17.9K 796 96
                                    

Niat awal Matt cuma ingin pergi ke kantin untuk sekedar mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Tapi siapa sangka, dia malah kebetulan menyaksikan kejadian yang baginya sayang sekali untuk dilewatkan.

Matt melihat seorang cowok yang mungkin melambai atau ngondek, dia nggak pasti juga, tengah dikerjai oleh dua orang siswa yang wajahnya terlihat lebih tua dan badannya lebih tinggi dari korban bully-an itu. Sebut saja dia Bunga (bukan nama sebenarnya).

Herannya, nggak ada satupun dari siswa yang kebetulan lewat di jalan yang memang agak sepi itu, yang berniat menolongnya. Semua bersikap cuek dan seolah nggak melihat apa-apa. Bahkan beberapa dari mereka dengan sengaja mengerem langkahnya dan berbalik arah menjauh, menghindari melewati jalan itu.

Tapi Matt beda, dia tentu nggak acuh ataupun takut seperti yang lain. Malah niat jahilnya tiba-tiba muncul seperti jatuh dari langit menghinggapi otaknya, yang membuat dia menjadi penasaran untuk mendekat.

"Hei bocah, masa cuma segini uang jajanmu, hah?" tanya salah seorang cowok yang berbadan tinggi dan gendut dengan kasar, sambil menepuk-nepukkan selembar uang kertas berwarna biru pada jidat Bunga.

"Iya kak, maaf. Memang cuma itu yang kupunya!" jawab si Bunga pelan sedikit memelas.

"Jangan bohong! Bukannya kamu itu anak orang kaya, hah? Tiap hari diantar jemput naik mercy, kok uang sakunya cuma goban? Kamu beneran kaya atau pura-pura sih? Ayo jawab! Atau jangan-jangan kamu umpetin yah uangmu? Awas kalau sampai ketahuan kamu berani bohong, bakal kubuat cacat wajah imutmu itu seumur hidup, NGERTI!!"

"Ampun kak, aku nggak bohong. Aku memang anak orang kaya yang punya toko berlian Frank and co di mall-mall. Tapi uangku memang tinggal segitu. Bahkan itu sisa terakhir uang jajanku minggu ini. Semua sudah kupakai untuk membeli kado ulang tahun buat cewekku kemarin. Kakak sih mintanya telat. Please kak, jangan diambil semua! Tolong kakak kasih aku kembalian buat mengisi perutku beberapa hari ke depan. 20.000 atau 15.000 boleh lah."

"Widih...malah curhat dan pakai nawar segala nih bocah. Cih...! Aku nggak peduli! Aku nggak ada urusan sama cewekmu dan aku nggak percaya omonganmu. Semuanya bullshit! Kamu pasti mau mencoba menipuku, hah!" geram cowok berbadan tambun itu sambil kemudian menoleh ke arah temannya. "Ceng, geledah dia! Cari dompetnya dan periksa sakunya! Pastikan nggak ada uang yang tertinggal disana!"

"Ok Bos!" jawab seorang cowok bertubuh kurus garing yang dipanggil 'Ceng' itu, disebelahnya. Mereka berdua jika berdiri sejajar terlihat seperti sedang membentuk angka '10'.

"Jangan kak, ampun. Aku beneran nggak bohong," ucap Bunga mendadak panik setengah memberontak. Badannya pun menggeliat entah karena merasa risih atau kegelian, saat cowok keceng tadi mulai menggerayangi tubuhnya yang terbalut seragam sekolah.

Bunga pun sempat memandang ke arah Matt yang hanya berdiam diri menyaksikan kejadian itu. Raut wajahnya menyiratkan ingin mencoba meminta pertolongan dari pemuda itu.

Tapi sayangnya, Matt sama sekali belum tergerak hatinya untuk menolong cowok yang baginya nggak patut dikasihani dan memang sudah sepantasnya diperlakukan seperti itu. Dia seperti sedang bercermin pada masa kecilnya yang kelam.

Dia tampak sangat menikmati adegan favoritnya itu, penindasan makhluk yang lembek dan menye-menye, meski ternyata Bunga nggak sengondek dan melambai-lambai seperti yang dia kira. Dia mungkin hanya terlalu lemah dan terlewat imut seperti cewek. Bahkan diluar dugaan, dia juga sudah punya pacar. Tapi tetap saja Matt alergi dengan model cowok seperti itu.

Matt jadi nggak habis pikir cewek macam apa yang mau dengan cowok selemah dan lembek kayak Bunga. Yang pasti kabur kalau ada preman yang tiba-tiba menggoda pacarnya itu di tengah jalan. Bukankah cewek itu selalu ingin dilindungi dan nggak merasa was-was saat berada di dekat cowoknya?

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang