17 : Love Starts with Jealousy

14.1K 718 171
                                    

"Matt, bangun sayang..."

Sebuah goncangan pelan di bahu sukses menarik roh pemuda yang sedang asyik bergumul dengan pria-pria ganteng berbadan kekar di alam mimpinya. Dia langsung membuka mata, mengerjap sebentar sembari buru-buru mengelap belepotan liur di sekitar pipi dengan punggung tangannya. Sepertinya dia tidur terlewat lelap sampai nggak sadar sudah menodai sprei di depannya menyerupai sebuah pulau kecil.

"Aduh maaf, Bu. Saya jadi ketiduran di sini, hehe... " ucap Matt sungkan sambil cengengesan saat mengangkat kepala dari atas ranjang dan mendapati seorang wanita tengah berdiri di dekatnya.

Bodoh, bukannya tadi dia minta ijin hanya akan rehat sejenak bukan malah aji mumpung bermalas-malasan kayak kuda nil? Ah, sekarang Matt jadi bingung sendiri merangkai kata buat dijadikan alasan yang masuk akal.

"Iya nggak apa-apa kok, Matt. Tadi Ken bilang kamu sedang nggak enak badan. Katanya mendadak kepala kamu pusing dan merasa mual ingin muntah. Jadi Ibu sengaja biarkan saja kamu istirahat di sini."

"Hah, pusing dan mual? Sial, memang aku sedang hamil apa?" Matt menggerutu dalam hati. Tapi sudahlah, biar saja guru penjaga UKS tetap beranggapan seperti itu. Setidaknya dia nggak perlu banyak cingcong memberi penjelasan.

Di saat yang sama, Matt juga tersadar bila Ken sudah raib ditelan bumi ketika melempar pandangan ke arah ranjang di depannya. Sudah tertata rapi dan kosong nggak berpenghuni. "Ken kemana, Bu?"

"Dia baru saja balik, sayang. Nggak sampai lima menit yang lalu. Hmm... sepertinya tidurmu itu terlampau nyenyak yah, sampai nggak bisa mendengar dering bel tanda pulang."

"Hah!!! Sekarang sudah waktunya pulang, Bu?" Matt tersentak kaget seraya langsung bangkit berdiri dari duduknya.

"Iya, sayang."

"Gawat!! Permisi Bu, saya harus segera kembali ke kelas untuk mengemasi barang-barang. Saya harus pulang secepatnya. Saya ada urusan super penting! Terima kasih, Bu!" Setelah berpamitan, Matt langsung bergegas ngacir dari ruangan itu dengan sangat tergesa.

"Lho... lho... ada apa ini? Kenapa kamu buru-buru seperti itu, Matt?" Guru wanita itu tampak heran melihat ulah Matt yang sudah mirip pengedar narkoba kabur sewaktu digerebek polisi. Kedua matanya pun tampak mengikuti siluet tubuh pemuda blasteran yang tengah berlari kecil menuju pintu keluar. "Lain kali mampirlah main-main kemari kalau ada waktu luang! Titip salam buat Pak Yudha dari Bu Tince. Ingat yah sayang, dari Bu Tince! Awas, jangan sampai lupa!"

"Beres, Bu!!!" teriak Matt dari lorong depan ruang UKS. Pemuda itu terkekeh geli sambil menggeleng kepala takjub. Hari gini masih ada saja yang bernama se-alay itu.

Lalu Matt segera memacu kencang langkah kakinya, melesat dengan cepat menuju ruang kelasnya. Ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya saat ini. Dia nggak boleh sampai keduluan Nick tiba di halaman parkir sekolah sebab nyawa mobil baru miliknya jadi taruhannya.

Pemuda ganteng itu bahkan sempat menabrak beberapa murid yang berhamburan keluar dari ruang kelas XI-1 saking tergesanya. Syukurlah, guru yang mengajar di kelas itu sudah nggak ada. Setidaknya Matt nggak perlu repot-repot memberi penjelasan kenapa dia sampai menghilang di saat jam pelajaran berlangsung. Biar itu menjadi urusannya besok untuk mengarang indah jika sampai dipanggil oleh guru yang bersangkutan. Mungkin mendadak pingsan atau cepirit di celana bisa jadi alasan yang masuk akal.

Sesampainya di depan meja kosong tempatnya berhabitat sehari-hari, Matt langsung mengemasi buku-buku yang berhamburan di atasnya secepat kilat. Termasuk buku catatan milik Lee yang sengaja dia tinggalkan seperti hari-hari sebelumnya.

Namun gerakan tangan Matt mendadak melambat saat hendak memasukkan buku-buku tersebut ke dalam tas sekolah, seiring tersadar oleh sebuah kenyataan yang seakan menampar keras pikiran pemuda ganteng itu.

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang