14 : Persistence and Ridiculous Love

10.8K 605 82
                                    

"Sial, kenapa preman sinting itu cepat sekali berada di sana?" Matt mengumpat dalam hati saat kedua matanya menangkap Nick tengah berjalan mondar-mandir di ujung lorong sekolah yang menghubungkan dengan halaman parkir. Dia seperti sedang menunggu kehadiran seseorang.

Matt bukan takut, dia siap-siap saja kalau sampai harus beradu jotos dengan Nick bila dia mulai mengganggu dan bersikap menjengkelkan. Tapi bukan itu yang membuat Matt jadi risau. Dia lebih memikirkan barang bernilai ratusan juta yang dibawanya hari ini. Matt tentu nggak mau donk, jika ban mobil barunya bernasib sama dengan Pajero hitam karena ketahuan oleh Nick. Jadi lebih baik dia menyingkir saja dari hadapan Nick saat ini. Sekalian mengamati dari jauh kendaraan apa milik musuh bebuyutannya itu untuk dijadikan ajang balas dendam.

Ups, sayangnya Nick terlihat sudah melambaikan tangan ke arah Matt. Dia telah menyadari kehadiran pemuda yang ditaksirnya itu meski dari jarak yang lumayan jauh. Kedua matanya langsung memicing tajam nggak sabaran, mirip elang yang hendak menerkam mangsanya. Nggak salah, rupanya pemuda urakan itu memang sedang menanti-nanti kedatangan Matt.

Matt segera melengos, membuang pandangan ke arah selain di mana Nick berdiri, yang terlihat terus saja melambaikan tangan menyuruh Matt mendekat. Batal sudah rencana pemuda ganteng itu untuk mencari info kendaraan milik Nick hari ini.

Pandangan Matt mendadak tersita oleh seorang pemuda yang terlihat sedang berjalan lurus menuju gerbang sekolah, nggak berbelok ke arah halaman parkir. Mungkin dia hendak pulang dengan berjalan kaki atau naik angkutan umum.

But, wait! Bukannya baru tadi pagi dia membelikan pacarnya sebuah kalung emas dengan liontin kinclong yang harganya pasti membuat kantong jebol? Lalu, mengapa dia seperti nggak membawa kendaraan pribadi ke sekolah?

Ah, Matt jadi penasaran. Kenapa teman sebangkunya itu nggak membeli setidaknya sebuah motor untuk kendaraan ke sekolah, bukan malah menghamburkan uang membeli barang mewah untuk pacar yang sama sekali nggak pantas menerimanya? Jangan bilang jika Lee berasal dari keluarga pas-pasan yang rela melakukan pekerjaan hina hanya demi menyenangkan gadis jalang kekasihnya itu. Terdengar sinetron banget, huh?

Matt memutuskan untuk diam-diam membuntuti Lee dari belakang. Dia ingin tahu dimana rumah pemuda cool itu. Lebih tepatnya kondisi ekonomi keluarga Lee. Entah kenapa Matt merasa simpati pada pemuda yang sudah berbaik hati meminjami buku catatan padanya beberapa hari belakangan. Apa ini hanya sebuah bentuk perhatian dari seorang teman sebab merasa hutang budi, atau ada sedikit ketertarikan pada teman sebangkunya itu? Entahlah, hanya Matt yang tahu. Yang pasti kedua kaki pemuda ganteng itu kini melangkah mengekor Lee dari jauh, meninggalkan Nick yang masih saja terus berharap dia menghampirinya.

"Eh, mau ke mana kamu, cong? Tunggu!" Nick terlihat bingung saat menyadari Matt berbalik arah, berjalan semakin jauh dari pandangannya.

"Hei... tunggu, cong! Kamu mau kemana?" Nick mulai berteriak-teriak dengan lantang karena Matt seperti nggak menggubris panggilannya. Semakin keras suara Nick, makin cepat pula langkah kaki Matt meninggalkannya. Dia terus berjalan, sama sekali nggak menoleh ke arah pemuda urakan yang sebentar lagi pasti akan membuat malu dengan tingkahnya.

Nick menjadi gusar. Dia berancang-ancang untuk mengejar Matt. Dia harus bisa membuat pemuda ganteng itu ikut pulang bersamanya hari ini. Nick nggak mau usaha kerasnya semalam menggembosi ban mobil Matt jadi sia-sia, jika dia nggak bisa mengantar pemuda incarannya itu pulang. At least, dia ingin tahu di mana rumah Matt sehingga memudahkan dia mengapel atau mengantar-jemput Matt bila mereka kencan suatu hari nanti. Hmm, lupakan yang satu ini, sepertinya Nick sedang mimpi di siang bolong.

Matt juga nggak pernah tahu jika Nick diam-diam mengawasinya semalam saat menunggu jemputan datang di area parkir hotel. Nick baru masuk kembali ke pub bergabung dengan Ken setelah memastikan kondisi Matt baik-baik saja meninggalkan tempat itu dengan sebuah taxi bercat biru.

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang