Matt langsung buru-buru kabur dari halaman parkir sekolah, setelah turun dari mobil. Melesat cepat seperti maling jemuran. Dia nggak mau sampai ada yang melihat tumpangannya hari ini, bukan Mitshubisi Pajero hitam seperti biasa. Mobil itu sedang meringkuk di bengkel akibat ulah musuh bebuyutannya. Nick! Hanya satu nama itu yang muncul di kepalanya sebagai tersangka utama.
Tapi tentu bukan Matt namanya kalau dia diam saja atas perlakuan iseng Nick semalam. Dia pasti menuntut balas. Beri dia waktu sebentar untuk mencari informasi. Pemuda ganteng itu pasti bisa segera tahu kendaraan milik Nick. Sepertinya Nick harus bersiap menerima pembalasan dari Matt, meski belum tentu dia pelakunya.
Lee sudah terlihat duduk manis di bangkunya, saat Matt tiba di kelas. Nggak tampak tanda-tanda jika dia kelelahan atau mengantuk setelah kerja lembur semalam. Tetap antusias dan semangat menyambut pelajaran hari itu seperti biasanya. Apa dia mengkonsumsi viagra atau obat kuat lainnya? Hmm... lupakan pikiran ngawur Matt yang satu itu.
Matt segera menaruh pantatnya di atas bangku sebelah Lee. Sangat susah bagi pemuda ganteng itu melupakan apa yang dilihatnya semalam. Dia merasa prihatin tapi nggak bisa berbuat apa-apa. Dia ingin bertanya tapi nggak mau dibilang kepo, mencampuri urusan Lee. Ah, daripada serba salah mending Matt diam saja.
"Hai, Matt!"
Astaga, apa Matt nggak salah dengar? Pemuda cool yang biasanya cuek meski sudah beberapa hari menjadi tetangganya itu, akhirnya menyapa. Menyebut namanya pula.
"Hai... Lee!" balas Matt canggung, masih terasa janggal.
"Lihat... bagaimana menurutmu?" Lee menunjukkan sebuah kalung emas yang terjuntai ke bawah dari genggaman tangannya.
"Errr... bagus!" jawab Matt asal, spontanitas. Tapi tunggu dulu, mendadak kedua mata Matt membulat saat menangkap sebuah benda yang menggantung di ujung kalung. Sebuah liontin bertahtahkan batu permata yang indah. Lumayan besar dan berkilauan. Bahkan pendaran sinarnya menyilaukan mata. Apa mungkin itu berlian?
"Hari ini adalah tiga tahun anniversary hubunganku dengan Irene. Aku ingin memberi sesuatu yang berkesan untuknya." Lee mengulas senyum pada kedua belah bibir tipisnya. Dia seperti ingin berbagi kebahagian dengan Matt.
Ya ampun, Matt nggak menyangka jika senyum teman sebangkunya itu begitu menawan dan semanis es campur. Menambah kadar kegantengan dan entah kenapa terasa sejuk di hati. Andai saja dia bisa terus tersenyum pada Matt tiap hari, bukan nggak mungkin suatu saat dia jatuh hati pada pemuda hot and cool itu.
Oh, jadi si gadis semangka busuk itu namanya Irene, pikir Matt dalam hati.
Mendadak Matt merasa kasihan terhadap Lee yang terlihat sangat gembira dan antusias. Ditatapnya sejenak wajah pemuda di sebelahnya itu, sambil pikiran-pikiran negatif mulai menjejali otaknya.
Apa Lee terpaksa melakukan pekerjaan hina itu demi bisa memberi hadiah mewah pada gadis yang sama sekali nggak layak menerimanya? Bagaimana jika Lee sampai tahu Irene selingkuh di belakangnya dengan Nick?
Sial, kenapa harus nama itu lagi yang muncul? Selalu saja pemuda brengsek itu yang menjadi biang keonaran. Nggak di sekolah, nggak di luar, sama saja kelakuannya. Busuk! Matt jadi senewen sendiri.
Sudahlah, lebih baik Matt segera menyiapkan buku pelajaran sebab bel tanda masuk sudah dideringkan. Semakin lama dipikirkan semakin membuat Matt jadi emosi saja. Pemuda ganteng itu tentu nggak mau kena darah tinggi di usia mudanya.
Lee juga langsung menyimpan kalung emas itu ke dalam saku celana seragamnya. Lalu dia segera mengarahkan pandangan ke depan, memperhatikan guru yang sebentar lagi akan mulai mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BMKG (BL)
Teen FictionEits, ini bukan berita tentang banjir, gempa bumi, gunung meletus, ataupun tsunami. Tapi ini adalah sebuah kabar baik yang nggak akan membuat air mata berlinang gegara bencana alam diatas. Ini adalah cerita tentang pemuda yang nyaris sempurna tengah...