27: Desire Vs Guilty

3.9K 218 48
                                    

Matt merayap ke atas, menempeli tubuh kekar pria dewasa yang ditindihnya bak seekor ular tengah membelit mangsanya, hidungnya mengendusi liar permukaan kameja lusuh bernoda darah dari bagian perut menuju ke atas hingga kerah terbuka di bagian ceruk leher.

Nggak ayal, jakun Yudha pun bergerak naik-turun saat hangatnya nafas yang memburu membelai kulit lehernya. Kedua matanya pun kini perlahan memejam dengan salah satu tangan otomatis menjambak pelan rambut pemuda di atasnya akibat sensasi nikmat dari dua arah yang menjalarinya saat mendadak muridnya itu mengadu penis mereka dengan menggesek-geseknya dari balik celana.

Di lain sisi, Matt menjadi semakin horny ketika indra penciumannya dipenuhi aroma parfum maskulin bercampur keringat yang menguar dari tubuh pria yang tengah ditindihnya. Membuatnya mencumbu liar penuh nafsu setiap jengkal kulit leher Yudha sembari mempercepat gesekan adik kecilnya di bawah, sementara jemarinya dengan cekatan membongkar sisa kancing yang masih melekat pada kameja lusuh gurunya itu.

"Ahhh..." Yudha memekik setengah terkaget sewaktu Matt mencoba menghisap kuat-kuat kulit lehernya seolah ingin menandai kepemilikan atas dirinya. Segera, dia menghalau lembut wajah Matt agar menghentikan aksinya, sambil serta merta menurunkan ibu jari dan telunjuknya untuk mengunci dagu pemuda itu, didongakkan sedikit ke atas supaya pandangannya beralih menatapnya. "Kamu jangan nakal yah, please... Jangan buat murid-murid berpikir Mas ngasih contoh yang nggak benar kalau mereka sampai melihat bekas cupanganmu itu nanti," pinta Yudha lembut setengah memohon sambil memandangi wajah murid kesayangannya itu.

"Huh... " dengus Matt mendadak kecewa. "Iya... iya..." lanjutnya kemudian pasrah nggak membantah. Lalu memutar-mutar jemarinya di sekitaran puting Yudha sembari memandangi kekasihnya itu dengan bibir mengerucut. Dia jadi sedikit kesal.

Kenapa sih, wali kelasnya itu terkesan terlalu berlebihan dalam menjaga imagenya? Padahal Matt yakin jika siswa seusianya pasti menganggap urusan cupang-mencupang sebagai hal yang wajar dilakukan dalam berpacaran, bahkan mungkin mereka sudah melakukan yang lebih jauh daripada itu, seperti apa yang sedang dilakukannya saat ini contohnya. Atau jangan-jangan gurunya itu bukan berniat menutupi dari para murid di sekolah, tapi dia ingin menutupi dari seseorang -- entah siapa -- yang pasti murka ketika mendapati kiss mark pada kulit lehernya nanti?

Ah... tapi sudahlah, daripada menduga-duga yang nggak pasti dan jadi bete sendiri, mending Matt segera mengalihkan kegiatannya ke area lain yang nggak dilarang sebelum nafsunya hilang menguap begitu saja ditelan rasa kesalnya.

"Kalau cium bibir boleh kan, Mas?" tawar Matt penuh harap memandangi wajah gurunya.

"Hah... sejak kapan kamu perlu minta ijin untuk melakukan hal itu, Matt? Bukannya kamu sudah sering mencuri bibir Mas yang menggoda ini, hmm..." sindir Yudha memancing sembari tersenyum genit mencoba mencairkan suasana yang sempat canggung. Dia tahu betul muridnya itu sedikit kecewa padanya.

Layaknya kucing diberi ikan asin, kedua mata Matt langsung berbinar mendengar perkataan Yudha barusan. Dengan gesit, dia menaikkan tubuhnya sedikit ke atas agar bibirnya sejajar dengan bibir Yudha. Lalu dengan cepat dilahapnya rakus bibir yang menggoda dibawahnya sembari jemarinya mulai meremas-remas dada kekar milik wali kelasnya itu.

Bak gayung bersambut, ciuman pemuda itu pun langsung berbalas hingga kedua pasang bibir ranum tersebut jadi saling melumat liar penuh cinta dan hasrat. Matt selalu berhasil dibuat melayang-layang oleh permainan bibir Yudha yang terampil dan nggak jarang membuatnya sedikit kewalahan mengimbangi. Maklum, Matt masih amatiran dalam urusan beginian. Dia bahkan mulai mendesah dengan badan sesekali menggigil, menahan desiran darah yang menjalari sekujur tubuhnya saat lidahnya tertangkap, yang kemudian dihisap kuat-kuat oleh guru muda yang terlihat sangat terampil melancarkan aksinya itu. Nggak heran, jika Matt selalu mencandu ciuman Yudha yang memabukkan, sampai-sampai nggak mengijinkan pria lain untuk menyentuh bibirnya.

BMKG (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang